news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Italia Kesulitan Tangani Korban Meninggal Corona: Jasad Antre Dikremasi

20 Maret 2020 14:35 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan masker pernapasan di Milan. Foto: Andreas Solaro / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan masker pernapasan di Milan. Foto: Andreas Solaro / AFP
ADVERTISEMENT
Puluhan hingga ratusan peti mati berjejer di beberapa gereja Italia, menunggu datangnya jasad korban meninggal virus corona yang tersimpan di rumah, atau di sebuah ruangan tertutup selama berhari-hari.
ADVERTISEMENT
Mayat-mayat tersebut mengantre untuk dikremasi karena layanan pemakaman di negara tersebut kewalahan, terutama di kota Bergamo, provinsi Italia, yang paling banyak terpukul pandemi virus corona.
Pada Jumat (20/3), COVID-19 (penyakit yang disebabkan virus corona) telah membunuh 3.405 orang di seluruh Italia. Mereka dikubur dan dikremasi tanpa upacara pemakaman. Bahkan, korban meninggal di rumah sakit langsung dimakamkan bersama barang pribadinya, dikumpulkan oleh petugas dan pekerja pemakaman.
Di Bergamo, salah satu wilayah Lombardy berpenduduk 1,2 juta orang, korban jiwa telah lebih dari 1.900 orang, dan sekitar 4.305 orang lainnya terinfeksi. Menurut laporan The Guardian, pada Rabu (18/3) malam, para tentara diminta untuk memindahkan 65 peti mati di Bergamo ke Modena dan Bologna di Emilia-Romagna.
Petugas palang merah mengecek kondisi tunawisma di kota Roma, Italia. Foto: REUTERS / Guglielmo Mangiapane
CFB, perusahaan pemakaman terbesar di daerah Bergamo telah melakukan hampir 600 pemakaman dan kremasi sejak 1 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
“Per bulan normalnya kami hanya melakukan 120 pemakaman,” ujar Antonio Ricciardi, presiden CFB, dilansir The Guardian. “Ratusan orang meninggal hanya dalam waktu dua minggu. Kami belum pernah melihat yang seperti ini dan itu bisa membuatmu sedih.”
Di Bergamo, ada sekitar 80 perusahaan pemakaman. Setiap jamnya mereka mengaku menerima puluhan panggilan pemakaman korban virus corona. Kurangnya peti mati karena banyaknya permintaan telah menghambat proses kremasi, ditambah para pekerja yang juga ikut terinfeksi semakin memperparah keadaan.
Rumah sakit setempat menerapkan peraturan yang lebih ketat mengenai penanganan orang meninggal, di mana korban harus segera ditempatkan di tempat mati tanpa pakaian karena berisiko menginfeksi orang lain.
“Keluarga tidak bisa melihat orang yang mereka cintai atau memakamkan kerabatnya dengan layak. Ini adalah masalah besar dalam level psikologis,” ujar Ricciardi. “Banyak staf kami yang juga sakit, kami tidak memiliki banyak orang untuk mempersiapkan dan mengangkut para korban.”
Petugas palang merah mengecek kondisi tunawisma di kota Roma, Italia. Foto: REUTERS / Guglielmo Mangiapane
Bagi korban virus corona SARS-CoV-2 yang meninggal di rumah, proses birokrasi pemakaman akan jauh lebih panjang karena perlu ada sertifikat dari dua dokter. Salah satunya adalah dokter spesialis yang bertugas memverifikasi kematian selambat-lambatnya 30 jam setelah korban meninggal.
ADVERTISEMENT
“Jadi kamu harus menunggu kedua dokter datang, dan saat ini banyak dari mereka juga sakit,” tambah Ricciardi.
Stella, seorang guru di Bergamo berbagai kisah tentang kematian salah satu korban COVID-19.
“Kemarin, seorang pria berusia 88 tahun meninggal. Dia demam selama beberapa hari. Tidak ada cara untuk memanggil ambulans karena saluran telpon selalu sibuk. Dia meninggal sendiri di kamarnya. Ambulans tiba 1 jam kemudian. Namun, tidak ada yang bisa dilakukan karena tidak ada peti mati di Bergamo. Mereka lantas meninggalkannya di tempat tidur dan menyegel kamar agar kerabatnya tidak masuk hingga peti mati tiba,” ujar Stella, kepada The Guardian.
“Biasanya orang meninggal akan diberikan pakaian, dan mereka akan tinggal satu malam di rumah mendiang. Namun, tidak untuk kali ini,” ujar Alessandro, warga Codogno yang pamannya (74) menjadi korban virus corona. “Kamu bahkan tidak bisa melihat mereka untuk mengucapkan selamat tinggal. Ini adalah bagian yang paling menyedihkan.”
ADVERTISEMENT
Di tempat lain di Italia bahkan ada perusahaan pemakaman yang enggan mengurus mayat korban COVID-19. Di Naples, misalnya, jenazah Teresa Franzese (47) yang meninggal akibat virus corona dibiarkan di rumahnya selama hampir dua hari sebelum akhirnya dimakamkan.
Ya, semua upacara keagamaan, termasuk upacara pemakaman, pernikahan, dan upacara seremonial lainnya telah dilarang di Italia. Dua orang imam di Venesia dan di wilayah Campania selatan bahkan dituntut karena mengadakan dan memimpin upacara pemakaman.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!