Jangan Mudik, Riset Sebut Diam di Rumah Bisa Selamatkan Jutaan Nyawa

31 Maret 2020 9:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana mudik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Foto: Soejono Eben/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana mudik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Foto: Soejono Eben/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dan banyak negara lainnya, kini tengah bertarung menghadapi penyebaran pandemi virus corona yang semakin meluas. Salah satu cara yang sering digaungkan untuk menghentikan penyebarannya adalah melakukan physical distancing atau berdiam diri di rumah aja.
ADVERTISEMENT
Penerapan social distancing atau physical distancing di Indonesia, menghadapi tantangan baru. Jelang bulan Ramadhan, mulai terjadi gelombang pulang kampung atau mudik para perantau yang berada di kota-kota besar, seperti Jakarta dan lainnya. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan adanya lonjakan korban kasus positif COVID-19 di berbagai daerah.
Sebuah studi menunjukkan bahwa dengan melakukan physical distancing atau membatasi kontak sosial dapat menyelamatkan jutaan nyawa dari penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona. Para peneliti dari Imperial College di London mengatakan bahwa tanpa penerapan physical distancing, COVID-19 bisa menewaskan 40 juta orang tahun ini.
Seorang Petugas dari Satgas Covid 19 melakukan penyemprotan disinfektan, di Pasar Remu Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (25/3). Foto: ANTARA FOTO/Olha Mulalinda
Dalam laporan South China Morning Post, riset tersebut menyebutkan pandemi COVID-19 dapat membunuh sebanyak 20 juta orang di seluruh dunia tahun ini.
ADVERTISEMENT
Model matematika yang dikembangkan para peneliti mengindikasikan, bahwa jika tidak ada physical distancing, penyakit ini dapat membunuh sebanyak 40 juta orang di seluruh dunia. Tetapi ini dapat dikurangi setengahnya jika orang memotong pertemuan sosial mereka sebesar 40 persen dan masyarakat yang berusia lanjut mengurangi interaksi mereka hingga 60 persen.

Pemerintah dituntut lakukan langkah agresif

Dalam laporan itu juga menyebutkan langkah pemerintah berbagai negara yang terjangkit COVID-19 yang lebih agresif dalam memaksakan physical distancing, dan berapa lama mereka mampu langkah-langkah ini, dapat mengurangi banyak korban.
Peneliti menghitung bahwa jika physical distancing yang lebih intensif dan berskala luas diterapkan lebih awal dan berkelanjutan dengan memotong 75 persen dari tingkat kontak antarpribadi, itu bisa menyelamatkan 38,7 juta jiwa.
ADVERTISEMENT
Dalam studi mereka yang dipublikasikan Jumat (27/3), peneliti memasukkan sejumlah skenario, seperti apa yang akan terjadi jika dunia tidak mengambil tindakan untuk menghentikan virus corona. Physical distancing yang intensif, bisa mengurangi jumlah korban yang timbul akibat kegagalan sistem kesehatan.
Studi tersebut mengatakan bahwa physical distancing intensif kemungkinan memiliki dampak terbesar ketika diterapkan lebih awal dan perlu dipertahankan dengan batas waktu tertentu sampai vaksin atau penyembuhan yang efektif tersedia.
"Satu-satunya pendekatan yang dapat mencegah kegagalan sistem kesehatan dalam beberapa bulan mendatang kemungkinan adalah langkah-langkah jarak sosial intensif yang saat ini sedang dilaksanakan di banyak negara yang paling terkena dampak," kata studi tersebut, dikutip dari SCMP.
Walau riset ini menyatakan physical distancing sangat penting dilakukan untuk mencegah timbul banyak korban, tetapi riset tidak menghitung sosial dan dampakekonomi yang lebih luas dari penerapan physical distancing yang ketat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah berbagai negara harus mempertimbangkan keberlanjutan langkah-langkah tersebut, sebelum menerapakan physical distancing yang ketat diterapkan untuk menekan penyebaran COVID-19.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!