Jangan Timbun Masker! Proses Produksinya Tak Mudah, Bahan Baku Kian Menipis

23 Maret 2020 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas apotek memasang tanda stok masker habis, di kawasan pusat penjualan obat-obatan dan alat kesehatan Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Petugas apotek memasang tanda stok masker habis, di kawasan pusat penjualan obat-obatan dan alat kesehatan Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
Di tengah wabah virus corona yang masih bergulir, situasi pelik lainnya masih harus dihadapi publik soal kelangkaan alat pelindung diri (APD) seperti masker. Persoalan ini dirasakan betul, terutama oleh para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam melawan virus corona SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Tak jarang wabah penyakit mematikan sekalipun justru dijadikan sebagai peluang bisnis oleh beberapa oknum. Kita kerap menyaksikan ada yang menimbunnya, lalu melemparnya ke pasaran dengan harga selangit.
Masker N95 yang dijual di toko online. Foto: Dok. Istimewa
Produksi masker di China sebagai sumber wabah ini gila-gilaan. Negeri Tirai Bambu itu bahkan bisa membuat 200 juta masker saat ini, baik masker bedah maupun jenis N95 yang khusus diperuntukkan bagi tenaga medis. Jumlah tersebut 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang mereka produksi pada awal Februari lalu.
Ratusan juta masker pun masih dirasa kurang untuk memenuhi permintaan lokal maupun pesanan global. Tak pelak, permintaan yang tinggi tersebut membuat masker menjadi produk yang diperebutkan. Bukan cuma di China tetapi juga di beberapa negara.
ADVERTISEMENT
“Pabrik-pabrik masker beroperasi dengan kapasitas 110 persen,” ucap pejabat setempat, seperti dikutip dari NPR.
Tak tanggung-tanggung, pekerja pabrik yang sehari-hari memproduksi sepatu, smartphone dan mobil, turut dikerahkan untuk menghasilkan masker dalam jumlah besar. Mesin yang sedianya digunakan untuk memproduksi bahan popok bayi dan pembalut wanita pun kini dipakai sebagai bahan untuk membuat masker.
Kepala Perusahaan Farmasi Shengjingtong, Guan Xunze, membeberkan, membuat masker merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
“Membuat masker tidak semudah yang Anda bayangkan. Kita harus membuat lilitan di telinga dan strip logam yang akan menempel pada batang hidung pengguna, dan memikirkan soal kemasannya. Ada sistem yang cukup besar yang terlibat” tutur Xunze.
Ilustrasi masker N95. Foto: Shutter Stock
Shengjingtong sendiri merupakan satu dari ribuan perusahaan yang mau tak mau harus mengambil bagian dari produksi masker di China. Guan terpaksa merelakan ruangan steril di pabrik farmasi miliknya untuk dihuni oleh mesin bekas pembuat masker.
ADVERTISEMENT
Menurut Guan, para pekerja mampu menghasilkan lebih dari 10.ooo masker N95 dalam sehari.

Kendala pembuatan masker

Mengingat kegunaannya untuk mencegah penularan penyakit, masker untuk tenaga medis dan masyarakat umum tak bisa diproduksi sembarangan.
Produsen membutuhkan materi yang sangat halus dari serat polimer sintetik yang membentuk lapisan filtrasi bagian dalam yang penting dari sebuah masker. Bahan tersebut memungkinkan pemakainya bisa bernapas sekaligus bisa menyerap droplet yang memungkinkan orang lain tertular penyakit.
"Kita berbicara tentang serat di mana satu filamen memiliki diameter kurang dari satu mikron, jadi kita berada di area nano," kata Markus Müller, direktur penjualan di perusahaan Jerman Reicofil, penyedia mesin pembuat bahan dasar masker.
Seiring meningkatnya jumlah permintaan, ketersediaan bahan dasar membuat masker pun kian menipis. Beberapa perusahaan mengaku kewalahan untuk memproduksi bahan ini.
ADVERTISEMENT
Demi mengisi defisit bahan dasar masker, bulan ini, China mengatakan perusahaan minyak dan gas negara Sinopec menginvestasikan 200 juta yuan, atau sekitar 29 juta dolar AS, untuk memulai 10 jalur produksi yang dilebur dengan jalur produksi dari anak perusahaan Sinopec, Yanshan Petrochemical.
Pembuatan masker yang dilakukan salah satu keluarga di apartemen mereka di Praha, Republik Ceko. Foto: REUTERS / David W Cerny
Timothy Robson, seorang manajer pengembangan bisnis di Hills, Inc. di Florida, skeptis terhadap kualitas jalur produksi tersebut, yang harus memenuhi standar yang tepat untuk menghasilkan jenis masker yang dikenakan oleh staf medis.
"(Mesin-mesin ini) tidak seperti pemanggang roti. Ini bukan sesuatu yang Anda beli dan kemudian Anda pasang. Ini adalah proses industri," kata Robson.
Sejak awal kemunculan wabah virus corona, terjadi kekurangan pasokan untuk masker wajah, begitu putus asanya sehingga pemerintah daerah telah menyita pengiriman masker yang ditujukan untuk daerah lain di China. Pemerintah daerah bahkan meminta perusahaan di yurisdiksi mereka untuk beralih ke produksi masker.
ADVERTISEMENT
Mengingat proses produksi masker yang tak mudah, ditambah ketersediaan mesin pembuat bahan bakunya yang kian terbatas, hal ini bisa menjadi perhatian serius bagi siapa pun agar lebih bijak untuk memanfaatkan alat pelindung diri yang satu ini.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!