Jika Terjadi Kiamat, Berapa Jumlah Manusia yang Harus Selamat agar Tidak Punah?

7 Mei 2021 2:01 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kiamat Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kiamat Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bagi mereka penganut agama samawi, kiamat adalah keniscayaan. Saat hari itu tiba, seluruh kehidupan di muka Bumi dipastikan punah. Entah itu karena serangan benda luar angkasa macam asteroid atau bahkan perang nuklir, tidak ada yang tahu kapan dan seperti apa kiamat itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Yang pasti, keduanya sudah cukup untuk membuat umat manusia musnah. Tapi, bagaimana jika seandainya ada orang yang selamat dari bencana tak terbantahkan itu. Kira-kira, dibutuhkan berapa banyak manusia untuk bertahan dari kepunahan? Jawabannya, tergantung.
Bencana berbeda akan menciptakan kondisi yang berbeda pula. Misalnya, perang nuklir dapat memicu musim dingin berkepanjangan dengan korban selamat menghadapi suhu beku dan kelaparan secara global, belum lagi paparan radiasi.
Namun, dengan mengesampingkan kondisi tersebut, kemungkinan besar jumlah manusia yang bertahan hidup sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah manusia yang hidup saat ini, mencapai 7,8 miliar orang.
Ilustrasi Kiamat Foto: Pixabay
“Jumlah populasi di angka ratusan atau populasi kecil maka kemungkinan bertahan bisa selama berabad-abad,” kata Cameron Smith, seorang Asisten Profesor di Departemen Antropologi di Portland State University, Oregon, AS, kepada Live Science.
ADVERTISEMENT
Menurut Smith, kota-kota besar menjadi wilayah yang paling rentan jika peradaban global runtuh, karena mereka mengimpor hampir semua bahan baku makanan dan sangat bergantung pada listrik. Oleh karena itu, saat segelintir manusia selamat dari kiamat, mereka akan mulai menyebar ke beberapa wilayah terpencil untuk mencari sumber daya.
Selama periode Neolitik awal, ketika manusia mulai bertani ada banyak desa kecil di seluruh dunia dengan populasi berkisar ratusan hingga ribuan individu. “Itu adalah populasi mandiri, tapi saya curiga mereka memiliki hubungan perkawinan sedarah dan perkawinan dengan desa lain. Dalam skenario apokaliptik, saya membayangkan hal yang sama akan terjadi,” katanya.
Smith menyebut, perkawinan sedarah atau perkawinan antar individu yang memiliki hubungan kerabat dekat merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi populasi kecil.
E-4B melakukan pengisian bahan bakar di udara dari kapal tanker KC-10 pada 12 Juni 2017. Foto: Angkatan Udara AS
Konsekuensi perkawinan sedarah dapat dilihat dari runtuhnya Dinasti Habsburg yang memerintah Spanyol selama abad ke-16 dan ke-17. Dinasti Habsburg mempertahankan tradisi pernikahan dalam keluarga, dan kejayaannya terhenti saat Raja Charles II lahir dengan keadaan tidak subur dan cacat wajah. Skenario serupa bisa terjadi pada populasi kecil yang selamat dari kiamat.
ADVERTISEMENT
Hipotesis lainnya, bagaimana jika manusia berhasil menghindari kiamat dengan pergi ke planet lain, berapa jumlah minimum orang yang dibutuhkan agar manusia bertahan hidup di luar angkasa?
Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of the British Interplanetary Society yang dipimpin oleh Frederic Marin, seorang astrofisikawan di University of Strasbourg di Prancis, jika 98 orang selamat dari kiamat, mereka mungkin bisa melakukan perjalanan menggunakan pesawat ruang angkasa ke Proxima Centauri b, exoplanet mirip Bumi yang berpotensi bisa dihuni.
Kru Proxima Centauri b tidak terdiri dari sampel acak dari 98 orang-- laki-laki dan perempuan dengan jumlah tak menentu--, melainkan 49 pasangan yang siap mewariskan gen mereka. Populasi akan tetap beragam secara genetik dan menghindari perkawinan sedarah. Ini berguna untuk menghindari kecacatan kelahiran dan manusia bisa hidup lebih sehat dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Akan lebih baik lagi jika yang selamat lebih dari 500 orang, karena keragaman genetik akan tetap terjaga memungkinkan lebih banyak manusia melahirkan keturunan sehat.