Jokowi Sebut Cuaca Indonesia Pengaruhi Perkembangan Virus Corona, Benarkah?

4 April 2020 8:00 WIB
comment
55
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi memimpin ratas melalui sambungan video di Istana Negara, Jakarta. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi memimpin ratas melalui sambungan video di Istana Negara, Jakarta. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
ADVERTISEMENT
Dalam ratas online Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Presiden Joko Widodo, sempat menyinggung ihwal cuaca Indonesia yang turut mempengaruhi perkembangan virus corona. Kendati dia tak merinci apa kaitannya cuaca dan virus SARS-CoV-2 tersebut.
ADVERTISEMENT
“"Kalau kita lihat dengan musim yang ada sekarang, saya kira cuaca juga sangat mempengaruhi berkembangnya COVID-19 ini," ucap Jokowi saat membuka ratas online, Kamis (2/4).
Bukan hanya Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Pandjaitan, juga membicarakan hal yang sama. Ia menyebut bahwa Indonesia diuntungkan oleh cuaca.
"Indonesia diuntungkan dengan temperatur tinggi pada April. Ini humidity (kelembaban) tinggi buat COVID-19 relatif lemah daripada tempat lain," kata Luhut kepada wartawan, Selasa (31/3).
Lalu, benarkah cuaca di Indonesia berpengaruh terhadap perkembangan dan penyebaran virus corona?

Virus corona

Studi ihwal hubungan antara cuaca dan virus sudah banyak dijabarkan oleh para peneliti, kendati masih banyak variabilitas di dalamnya. Sebelum mengupas bagaimana keterkaitan cuaca dan virus, mari kita ketahui terlebih dahulu apa itu virus corona.
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
Virus corona adalah jenis virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus). Artinya, sekujur tubuh virus ini dilindungi oleh lapisan yang tersusun dari protein dan minyak yang disebut lipid bilayer.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat menggunakan mikroskop, lapisan protein yang membungkus tubuh virus mirip dengan duri mahkota. Duri-duri itu berguna dalam mengikat membran sel inang untuk mengaktifkan enzim furin.
Nah, enzim furin ini banyak ditemukan dalam organ tubuh manusia seperti di paru-paru, hati, dan usus kecil. Inilah yang membuat virus mudah menyerang organ-organ tersebut.

Cuaca dan virus corona

Berbicara soal hubungan antara cuaca dan virus, dalam studi yang dilakukan tiga peneliti, Rony Henry Macgregor Price, Catriona Graham, dan Sandeep Ramalingam, menyebut bahwa virus berselubung cenderung bersifat musiman.
Lapisan selubung minyak yang melindungi virus lebih rentan terhadap panas. Di suhu yang dingin, lapisan berminyak yang berfungsi untuk melindungi virus akan mengeras seperti karet. Inilah alasannya kenapa virus berselubung cenderung lebih banyak menginfeksi manusia di musim dingin dengan kelembaban udara rendah.
ADVERTISEMENT
Studi lain yang dilakukan oleh Qasim Bukhari dan Yusuf Jamel, ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology, mengatakan bahwa penyebaran virus corona di negara tropis mungkin tidak akan semasif di negara beriklim dingin.
Diterbitkan dalam jurnal Social Science Research Network, 90 persen infeksi terjadi di daerah yang memiliki suhu antara 3 hingga 17 derajat Celcius dengan kelembaban 4 hingga 9 gram per meter kubik.
Di beberapa negara dengan suhu rata-rata lebih dari 18 derajat Celcius dan kelembaban di atas 9g/m3, jumlah kasus COVID-19 kurang dari 6 persen dari kasus global. Artinya, penularan virus corona di negara beriklim panas tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan negara-negara dingin.
Perbedaan suhu dan kelembaban udara mungkin telah berperan dalam memperlambat penyebaran virus, bukan menghentikannya. Suhu udara yang panas berpengaruh dalam daya tahan virus corona. Secara sederhana bisa dikatakan, semakin tinggi suhu udara di suatu tempat, semakin pendek umur virus corona bertahan hidup di udara atau permukaan benda.
ADVERTISEMENT
“Kita tetap harus melakukan pencegahan. Suhu udara yang lebih panas mungkin membuat virus ini kurang efektif menginfeksi, tapi bukan berarti virus ini tidak dapat menginfeksi,” tulis penelitian tersebut, seperti diberitakan The New York Times.
Suasana Jalanan Jakarta Ketika Kebijakan Work From Home Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Kendati begitu, studi perilaku virus corona terhadap suhu maupun kelembaban ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Sebab, pada kenyataannya masih banyak kasus virus corona yang ditemukan di wilayah beriklim tropis, seperti Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Baru-baru ini, para ilmuwan dari Harvard Medical School mencoba meneliti bagaimana penyebaran virus corona di Asia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cuaca dengan suhu dan kelembaban tinggi tidak memengaruhi tingkat penurunan kasus SARS-CoV-2 di wilayah-wilayah tropis.
Ini artinya, iklim bukanlah faktor utama untuk mengukur penyebaran virus. Alih-alih cuaca, virus lebih banyak menular antarmanusia lewat kontak dekat atau droplet yang keluar dari penderita COVID-19, dan masuk ke saluran pernapasan orang sehat yang ada di dekatnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga diungkapkan oleh peneliti dari French Institute of Health and Medical Research, Vittoria Colizza. Menurutnya, kendati virus corona bisa ditularkan melalui udara atau airbone, penularan virus lebih banyak terjadi lewat kontak dekat antara penderita dengan orang lain.
“Belum ada bukti yang cukup tentang perubahan perilaku virus COVID-19 terhadap cuaca,” ujarnya, seperti dikutip BBC.
Colizza mengatakan, bagaimanapun, untuk saat ini virus corona hanya bisa dihentikan dengan beberapa protokol pencegahan yang sudah direkomendasikan para pakar, seperti menjaga jarak sosial dan mengurangi kontak dekat antarmanusia, ketimbang mengharapkan cuaca.
“Kalaupun kasus COVID-19 mulai berakhir di bulan depan, itu bukan hanya karena cuaca, tapi ada tindakan pencegahan yang berperan di dalamnya, seperti karantina wilayah atau lockdown, isolasi, dan pola hidup masyarakat dalam mencegah terjadinya penularan,” ujar Colizza.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, wabah virus corona tidak bisa diatasi sendiri oleh alam, tapi perlu ada sinergi dari pemerintah dan masyarakat untuk benar-benar menghentikan penularan. Pemerintah harus punya kebijakan ketat dalam membatasi interaksi antarmanusia, sementara masyarakat harus disiplin dalam menerapkan physical distancing dan tetap berada di rumah.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!