Jumlah Kematian Pasien COVID-19 di Italia Lampaui China, Kenapa Bisa Terjadi?

20 Maret 2020 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Corona di Italia. Foto: Andreas SOLARO / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Corona di Italia. Foto: Andreas SOLARO / AFP
ADVERTISEMENT
Jumlah kematian pasien COVID-19 yang meninggal dunia di Italia sekarang lebih tinggi dari jumlah kematian di China, negara yang menjadi awal penyebaran virus corona SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Jumlah kematian di Italia akibat COVID-19 kini berjumlah 3.405 orang. Sementara di China, total ada 3.245 orang meninggal.
China memiliki populasi dua puluh kali lipat lebih besar dari Italia. Jumlah kasus COVID-19 di China kini tercatat ada 80.907, sementara Italia ada 41.035.
Para ahli percaya total jumlah infeksi di Italia jauh lebih tinggi karena sebagian besar pasien positif diketahui dari mereka yang datang untuk mendapat perawatan di rumah sakit.
Ilustrasi corona di Italia. Foto: Shutter Stock
Seorang perawat di rumah sakit Milan, Daniela Confalonieri, mengatakan kepada Sky News, bahwa "Ada penularan tingkat tinggi."
Seluruh wilayah Italia telah diisolasi atau lockdown sejak 9 Maret dan terus diperpanjang sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Sejauh ini, daerah di Italia yang paling parah catatan kasus COVID-19 terjadi di bagian utara negara itu. Otoritas kesehatan mencatat salah satu faktornya adalah populasi lansia yang besar. Sebanyak 23 persen dari populasi Italia adalah lansia.
ADVERTISEMENT
Italia adalah negara dengan populasi lansia terbesar kedua di dunia setelah Jepang. Sebagian besar pasien COVID-19 yang meninggal di sana berusia di atas 70 tahun.
Ahli virologi Jonas Schmidt-Chanasit mengatakan, hal ini bisa jadi juga terpengaruh oleh sistem kesehatan yang kurang kuat di Italia. "Itulah yang terjadi ketika sistem kesehatan runtuh," katanya, dikutip Sky News.
Seorang pria berjalan di sekitar Duomo Square yang sepi pengunjung di Milan, Italia, Selasa (10/3). Foto: REUTERS / Flavio Lo Scalzo
Selama kunjungan ke Milan, Wakil Presiden Palang Merah China, Sun Shuopeng, terkejut melihat begitu banyak orang yang beraktivitas di luar rumah, memakai transportasi umum, dan makan di luar, sementara pemerintah telah meminta agar beraktivitas di rumah.
"Saat ini kita perlu menghentikan semua kegiatan ekonomi dan kita perlu menghentikan mobilitas orang," katanya. "Semua orang harus tinggal di rumah di karantina."
ADVERTISEMENT
Di kota Wuhan sendiri, Sun Shuopeng berkata, catatan infeksi COVID-19 memuncak setelah sebulan pemerintah melakukan lockdown kota tersebut dan sejumlah provinsi lain. Namun, setelah beberapa diberlakukan isolasi ketat, jumlah infeksi tak naik signifikan.
Di Wuhan, Provinsi Hubei, yang menjadi awal penyebaran virus corona, kini dilaporkan sudah tak ada lagi kasus COVID-19 yang terjadi karena penularan lokal. Kasus COVID-19 yang terbaru adalah imported case atau pasien yang tertular di luar negeri.
Johns Hopkins University, selaku pihak yang melacak wabah virus corona, memprediksi ada 227.000 kasus COVID-19 di mana jumlah kematian yang terkonfirmasi telah mencapai 9.300 orang.