Kabar Buruk! Pertama Kalinya Mikroplastik Ditemukan di Darah Manusia

27 Maret 2022 13:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pembekuan Darah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pembekuan Darah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bencana polusi udara semakin nyata. Ini ditandai dengan penemuan mikroplastik yang mengalir di pembuluh darah manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam studi baru yang terbit di jurnal Environment International, para peneliti mencoba mencari polutan mikroplastik di jaringan manusia, karena bagaimanapun hampir tidak ada tempat di Bumi yang bebas dari kabut polimer. Ketika kita tahu bahwa mikroplastik bisa meresap ke dalam darah, ini menjadi pertanda buruk bahwa sampah plastik telah menjadi masalah ekologi yang tak terbendung lagi.
Para peneliti dari Vrije Universiteit Amsterdam dan Amsterdam University Medical Center menganalisis sampel darah yang diambil dari 22 donor sehat untuk mencari jejak polimer sintetik berukuran lebih dari 700 nanometer.
Menggunakan dua metode untuk mengidentifikasi susunan kimia dan massa partikel, peneliti menemukan beberapa bukti adanya partikel plastik di 17 sampel yang diuji. Beberapa partikel mikroplastik yang ditemukan dalam darah bervariasi, termasuk polietilen tereftalat (PET) dan polimer stirena yang sering digunakan di kendaraan, karpet, dan wadah makanan.
Ilustrasi Mikroplastik. Foto: Shutter Stock
Para peneliti tidak merinci ukuran partikel karena metode pengujian yang terbatas. Lantas, apakah ini berbahaya bagi kesehatan?
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, masih banyak hal yang belum diketahui tentang efek samping mikroplastik dalam darah pada kesehatan manusia. Tapi, penelitian pada hewan memberi petunjuk bahwa mikroplastik dapat memberi efek samping serius.
Masalah yang lebih penting saat ini adalah bagaimana cara menangani masalah sampah plastik di laut karena pada tahun 2024 akan ada lebih banyak sampah yang dibuang ke laut.
Sampah seperti sepatu, garpu plastik, bungkus roti dan coklat, serta yang lainnya, itu bisa pecah menjadi butiran kecil dan secara perlahan partikel masuk ke dalam tubuh, beredar di dalam darah manusia dan tidak menutup kemungkinan itu bisa berefek buruk pada kesehatan, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
"Kami juga tahu secara umum bahwa bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap paparan bahan kimia dan partikel," kata Dick Vethaak, ahli ekotoksikologi di Vrije Universiteit Amsterdam, sebagaimana dikutip The Guardian.
ADVERTISEMENT
Ini juga membuktikan bahwa debu polusi yang beredar di udara dan masuk ke dalam tubuh tidak sepenuhnya disaring dengan baik oleh paru-paru dan usus. Diperlukan yang lebih besar untuk memetakan bagaimana dan di mana mikroplastik menyebar dan terakumulasi pada manusia, serta bagaimana tubuh kita akhirnya membuangnya.