Kata Pakar Reptil soal Ular Peliharaan Lepas saat Banjir

3 Januari 2020 8:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kendaraan melewati banjir di kawasan Jalan S. Parman, Jakarta Barat, Rabu (1/1). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan melewati banjir di kawasan Jalan S. Parman, Jakarta Barat, Rabu (1/1). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Banjir masih merendam sejumlah wilayah di Jabodetabek sejak Rabu (1/1). Selain memakan korban jiwa, genangan banjir turut memicu kemunculan ular di beberapa lokasi.
ADVERTISEMENT
Sebuah tweet berisi video di Twitter merekam sejumlah warga tengah ramai membopong ular di tengah banjir. Perekam video menyebut lokasi penemuan ular terletak di Kampung Empang, RT 8 RW 7, Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Menanggapi peristiwa tersebut, ahli reptil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, mengungkap ular yang ditemukan merupakan ular peliharaan. Menurutnya, sangat mungkin ular tersebut lepas dari kandang yang terbuka karena terjangan banjir.
“Kalau saya lihat dari beberapa video Twitter yang dikirimkan ke saya, ini kan pemelihara reptil di Jakarta dan sekitarnya kan banyak, termasuk ular. Ada piton yang besar di salah satu video, itu kan ternyata morph (mutasi warna kulit ular hasil kawin silang), kalau kita lihat polanya,” ujar Amir saat dihubungi kumparanSAINS pada Kamis (2/1).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perbedaan mencolok antara ular peliharaan dengan ular liar yang masih hidup di habitat alami dapat dilihat dari motif warna kulitnya.
“Kalau kita lihat, polanya hasil captive breeding, berarti pasti peliharaan. Tapi ada yang polanya masih alami, pola batiknya, jadi piton atau sanca batik itu kan ada polanya. Yang peliharaan, karena itu adalah fashion atau tren, orang akan berusaha cross-breed atau menyilangkan satu dengan yang lain sampai dia punya pola warna yang menarik dan berbeda,” lanjutnya.
Ilustrasi ular piton. Foto: sipa via Pixabay.
Meskipun sudah dikondisikan hidup di dalam kandang, Amir menekankan ular masih tergolong satwa liar dengan insting yang berbeda dengan hewan domestikasi. Dengan kata lain, ular akan tetap menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan menyerang siapapun saat kondisi terancam.
ADVERTISEMENT
“Walaupun pola warna kulitnya sudah berubah jadi kuning, albino, tapi sifat liarnya belum berubah. Tapi kondisi strike atau menyerangnya enggak akan seganas ular-ular jenis yang dari alam. Jadi ya lebih kalem. Tapi secara general, ular tetap satwa liar,” tuturnya.
Adapun saat dihadapkan dengan ular dalam kondisi banjir, penanganan pertama yang disarankan yakni menghalau dan mengusir ular dengan alat yang ada, hindari memakai tangan kosong. Namun, penanganan terbaik tetap dengan menghubungi petugas damkar yang berkompeten untuk mengevakuasi ular.
“Kalau ketemu seperti itu ya bisa kontak teman-teman damkar, ada bagian khusus untuk menangani ular-ular seperti ini untuk relokasi karena bisa membahayakan kita kalau ularnya berbisa. Lebih baik prosedurnya untuk calling teman-teman damkar yang memang sudah punya kapasitas dan kapabilitas untuk handling dan relokasi ular,” pungkas Amir.
ADVERTISEMENT