news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kenapa Cahaya Bisa Muncul di Langit Usai Gempa?

12 April 2021 7:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cahaya aneh di langit Malang setelah dilanda gempa bumi Foto: Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Cahaya aneh di langit Malang setelah dilanda gempa bumi Foto: Twitter
ADVERTISEMENT
Sebuah video viral di media sosial memperlihatkan cahaya langit yang begitu indah di balik awan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Cahaya tersebut dilaporkan muncul setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,7 SR mengguncang wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Jamaludin memastikan warna di langit Malang yang terekam itu adalah fenomena biasa yang tidak berkaitan dengan gempa.
"Tidak ada hubungan fisik antara fenomena gempa dengan penampakan awan. Itu hanya suatu kebetulan. Belum tentu teramati dari tempat lain yang juga mengalami gempa," tuturnya kepada kumparan, Sabtu (10/4).
Fenomena aneh seperti ini rupanya tidak hanya sekali ini saja terjadi. Sebelumnya, hal serupa juga pernah dilaporkan saat gempa di Selandia Baru pada 1888 silam. Saat itu, muncul cahaya di wilayah gempa yang bertahan selama beberapa jam.
Fenomena yang sama juga terjadi di Idu, Jepang, pada 1930 dan di Sichuan, China, pada 2008 lalu. Tidak semua gempa menghasilkan cahaya indah di langit di sekitar lokasi. Namun, dari sejumlah fenomena kemunculan cahaya setelah gempa ini, kualitas cahaya sangat bervariasi.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa orang yang melaporkan bahwa mereka melihat sekadar cahaya putih. Ada juga yang mengatakan bahwa cahaya aneh tersebut seperti bola api atau cahaya pelangi. Kadang durasi sinar cahaya tersebut bertahan selama beberapa detik, tapi ada juga yang bertahan selama beberapa jam.
Ilmuwan berhipotesis bahwa cahaya tersebut ada hubungannya dengan gerakan tektonik batuan yang bisa menghasilkan medan pizoelektrik yang menghasilkan kilatan cahaya. Sementara beberapa lainnya berpendapat bahwa tekanan tektonik untuk sementara memungkinkan batuan untuk menghantarkan energi elektromagnetik, memicu perubahan muatan magnet dari ionosfer.
Namun belum ada satu pun hipotesis yang bisa dibuktikan para ilmuwan karena kondisinya yang sulit untuk ditiru di laboratoriun. Dalam riset di jurnal Seismological Research Letters, tim peneliti yang dipimpin Robert Thériault menggunakan strategi alternatif untuk mencari tahu jawabannya.
ADVERTISEMENT
Mereka menganalisis keadaan geologi dari 65 gempa bumi yang dimulai pada tahun 1600 yang menghasilkan laporan cahaya untuk melihat apa fenomena ini memiliki kesamaan.
"Kami membangun basis data gempa bumi yang cukup besar dengan fenomena cahaya gempa yang terjadi di seluruh dunia," kata Thériault, ahli geologi dari Kementerian Sumber Daya Alam Quebec, Kanada, seperti dikutip Smithsonian Magazine. "Dan akhirnya, saat kami mulai melihatnya, kami menemukan pola yang sangat mencolok."
Di seluruh dunia, sekitar 95 persen aktivitas seismik terjadi di perbatasan antara dua atau lebih lempeng tektonik. Tetapi sebagian besar cahaya gempa, sekitar 85 persen, ada hubungannya dengan gempa di dalam lempeng tektonik di situs-situs retakan benua.
Selain itu, sebagian besar dari 15 persen sisanya, cahaya terjadi karena gempa bumi yang disebabkan oleh dua lempeng yang meluncur melewati satu sama lain. Sebagian kecilnya terjadi karena satu lempeng terdorong ke bawah lempengan lainnya (zona subduksi).
ADVERTISEMENT
Ilmuwan juga menemukan bahwa cahaya tersebut muncul secara tidak proporsional. Ia bisa tampak sebelum, selama, atau sesudah gempa bumi. Mereka belum bisa menjelaskan pola lokasi gempa berdampak pada fenomena tidak biasa ini, tetapi mereka pikir mereka dapat menjelaskan tren waktu ini.
Ilustrasi langit. Foto: Shutterstock
Penelitian ini dikaji oleh rekan ilmuwan Friedemann Freund dari San Jose State University, juga melibatkan batuan yang menghantarkan energi ke permukaan, tetapi tidak sampai ke ionosfer.
"Prosesnya dimulai jauh di dalam kerak, di mana batuan mengalami tingkat stres yang tinggi, sebelum tekanan tersebut dilepaskan untuk menghasilkan gempa bumi," kata Thériault.
Freund menunjukkan dalam eksperimennya bahwa tegangan ini dapat memecah pasangan atom oksigen bermuatan negatif yang dihubungkan bersama dalam ikatan peroksi. Ketika ini terjadi, setiap ion oksigen akan terlepas dan mengalir melalui retakan di batuan menuju permukaan.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebabkan atom bermuatan dengan kepadatan tinggi ini akan mengionisasi kantong udara, membentuk gas bermuatan plasma yang memancarkan cahaya. Penelitian yang mengandalkan tekanan ini bukan aktivitas seismik yang sebenarnya.
Oleh karena itu, cahaya aneh yang muncul beriringan dengan bencana gempa ini adalah fenomena yang menarik. Bisa dikatakan bahwa cahaya aneh ini bisa menjadi indikator apabila tanah akan bergetar.
“Jika Anda melihat cahaya yang terlihat di langit, dan Anda tinggal di daerah rawan gempa, itu mungkin merupakan tanda peringatan dini bahwa gempa akan datang," kata Thériault.