Kenapa Manusia Bisa Tersambar Petir?

17 Desember 2019 16:06 WIB
comment
33
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sambaran petir. Foto: AgencjaAIAC
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sambaran petir. Foto: AgencjaAIAC
ADVERTISEMENT
Peristiwa nahas menimpa tiga calon anggota Brimob Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (16/12). Ketiganya tewas tersambar petir saat melakukan perjalanan menuju Gunung Welirang melalui Gunung Ringgit dalam rangka mengikuti pendidikan Dasar Bintara dan Dasar Perwira Pusdik Brimob Watukosek Pasuruan.
ADVERTISEMENT
Salah satu korban tewas bernama Rizki Septiawan Pratama kini telah dievakuasi dan dibawa ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan pemeriksaan medis.
“Hari Senin, 16 Desember 2019, yang bersangkutan gugur tersambar petir. Rencananya akan naik Gunung Welirang via Gunung Ringgit, Jawa Timur, saat sedang mengikuti pendidikan pengembangan spesialis bintara dasar Brimob,” ujar Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto, dalam keterangan tertulis, Selasa (17/2).
Memasuki musim penghujan, aktivitas petir memang akan meningkat. Hal ini juga disampaikan oleh Dr. Ir. Syarif Hidayat, Ahli Petir dari Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Menurut Syarif, ada beberapa faktor seseorang bisa tersambar petir. Salah satunya adalah keberadaan orang di ruang terbuka yang membuatnya menjadi objek paling menonjol.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, pada umumnya aktivitas petir dimulai dari awan. Petir di awan yang bermuatan negatif akan mencari lawan-lawannya di Bumi yang bermuatan positif. Dalam perjalanan dari awan ke Bumi, petir akan bergerak secara zig-zag karena bergantung pada kantong-kantong muatan di udara.
Ilustrasi Petir Foto: Pixabay
Ketika petir mendekati permukaan Bumi, muatan positif yang ada di permukaan akan menyambut ke atas, mulai dari kepala orang, puncak pohon, hingga puncak bangunan.
“Kalau ada orang di tempat terbuka, maka muatan penyambut dari kepala orang itu bisa jadi lebih cepat dari sekelilingnya untuk menyambut langkah-langkah pelopor petir dari awan. Itulah peristiwa orang disambar petir,” papar Syarif saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (17/12).
Jadi pada intinya, kata Syarif, orang bisa tersambar petir karena ia berada di tempat terbuka yang membuat orang itu paling menonjol ketimbang objek-objek yang ada di sekelilingnya. Sehingga risiko atau kemungkinan tersambar petir akan lebih besar.
Ilustrasi petir. Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Adapun seseorang bisa terhindar dari petir. Itu karena ada objek-objek lain yang lebih tinggi di sekitarnya, seperti pohon, tiang bendera, atau bangunan rumah.
ADVERTISEMENT
“Sekali lagi, ketika pelopor petir dari awan yang zig-zag itu mendekati permukaan bumi, dari semua jenis permukaan bumi, tidak peduli dia itu logam atau pun bukan logam, itu menyambut muatan positif nya,” ujarnya.
Syarif menyarankan, ketika hujan disertai petir tiba, segera menempati objek-objek yang tinggi, seperti bangunan atau pohon. Kendati ia juga mengingatkan agar tidak mendekati pohon yang paling tinggi, karena objek tersebut berpotensi terkena petir dan bisa berimbas pada orang yang berteduh di bawahnya.
“Jadi, misalnya, kalau pohon menjulang tinggi sendiri, harus ngambil jarak dua meter dari pohon. Kenapa? Karena kalau lebih dekat dari dua meter, bisa jadi petirnya menyambar pohon atau apapun objek yang tinggi, dan kita kena imbas,” katanya.
ADVERTISEMENT