Kerangka Luka Parah Ditemukan, Bukti Kehidupan Kuno di Gurun Terkering Kejam

1 September 2021 17:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tanda trauma mematikan di wajah. Foto: Standen/Journal of Anthropological Archaeology
zoom-in-whitePerbesar
Tanda trauma mematikan di wajah. Foto: Standen/Journal of Anthropological Archaeology
ADVERTISEMENT
Tak ada yang pernah mengira bahwa bertani di tengah Gurun Atacama adalah pekerjaan yang sangat berat. Kendati begitu, di masa kuno, ada sekelompok orang yang nekat bertahan hidup di lingkungan gersang nan mematikan itu.
ADVERTISEMENT
Faktanya ancaman yang datang tidak hanya dari kondisi alam yang brutal, tapi ancaman juga datang dari kelompok mereka sendiri. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Anthropological Archaeology, para peneliti menyelidiki sisa-sisa kerangka manusia yang tampak mengerikan.
Kerangka-kerangka itu diduga adalah petani atau ahli hortikultura pertama yang berusaha mengolah Gurun Atacama pada 3.000 tahun yang lalu. Gurun Atacama sendiri terletak di wilayah yang sekarang disebut Chili, dan disebut sebagai salah satu tempat terkering di dunia.
Selain sulitnya bercocok tanam di tempat yang gersang, ketegangan sosial di masa perubahan sosial dan budaya juga menjadi penyebab konfrontasi dan kekerasan dramatis. Jejaknya itu dapat kita lihat dengan jelas pada kerangka yang ditemukan sekarang.
Fraktur pada tengkorak, kemungkinan disebabkan oleh benturan batu. Foto: Standen/Journal of Anthropological Archaeology
“Di gurun ekstrem ini, lahan pertanian sangat terbatas dan bergantung pada lembah dan oasis dengan petak tanah dipisahkan oleh pampas interfluvial steril yang mendominasi daratan,” tulis para peneliti yang dipimpin, Vivien Standen, penulis utama studi dari University of Tarapacá di Chili, sebagaimana dikutip Science Alert.
ADVERTISEMENT
“Jauh dari tanah yang subur, pergi dari oasis berarti menghadapi wilayah tandus tanpa air dan sumber daya untuk kehidupan. Sosial budaya dan penggunaan lahan baru ini dapat memicu ketegangan sosial, konflik, dan kekerasan di antara kelompok-kelompok yang bergerak di bidang pertanian.”
Temuan ihwal kehidupan brutal di masa lampau ini didapat setelah para peneliti menganalisis sisa-sisa kerangka 194 individu dewasa yang terkubur di pemakaman kuno di gurun Lembah Azapa, yang dulunya pernah menjadi salah satu lembah paling kaya dan subur di Chili utara.
Individu dengan luka kekerasan dimakamkan di kuburan massal dalam posisi tubuh yang tidak biasa. Foto: Standen/Journal of Anthropological Archaeology
Karena lingkungan di sana sangat kering, kerangka tersebut terawetkan dengan sangat baik, bahkan beberapa kerangka ditemukan dengan rambut yang masih menempel di kepalanya. Sebagian besar kerangka petani kuno itu punya tanda-tanda trauma atau kekerasan dan bekas perkelahian atau pertempuran mematikan.
ADVERTISEMENT
Peneliti mengatakan, banyak dari tanda kekerasan ditimbulkan secara sengaja, mungkin karena terlibat perkelahian antarindividu--beberapa di antaranya berupa luka pukulan mematikan seperti serangan dari belakang.
Beberapa individu menunjukkan patah tulang tengkorak yang sangat parah hingga menyebabkan kerusakan pada wajah dan neurocranium. Peneliti mencatat, luka tersebut tampaknya disebabkan oleh benda tumpul seperti gada, tongkat kayu, dan proyektil panah. Adapun kenapa kekerasan itu terjadi, peneliti menduga disebabkan oleh konflik soal lahan pertanian dan sumber daya seperti berebut tanah atau air.
“Faktor-faktor ini dapat memicu persaingan, ketegangan, konflik kekerasan antar kelompok sosial yang bersaing di Lembah Azapa selama Periode transisi sosial,” kata tim.