Keren, Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Corona Lewat Suara Batuk

3 November 2020 16:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tenaga kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri lengkap melakukan tes usap (swab test) COVID-19 pada warga di kawasan Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/9). Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tenaga kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri lengkap melakukan tes usap (swab test) COVID-19 pada warga di kawasan Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/9). Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan utama dalam mengatasi pandemi corona adalah pengujian dan pelacakan kasus orang yang terinfeksi. Berbagai macam metode tes pengujian dicoba oleh para ilmuwan untuk mendeteksi kasus corona dengan cepat, mulai dari rapid test antigen sampai swab test PCR (polymerase chain reaction).
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, para peneliti bisa jadi telah menemukan cara termudah dalam mendeteksi orang terinfeksi corona: Suara batuk. Identifikasi orang dengan COVID-19 melalui suara batuk ini dikerjakan oleh sekelompok ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di AS.
Mereka menciptakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk merancang algoritma yang bisa mendengarkan perbedaan halus antara batuk khas corona dan batuk biasa, yang sulit dibedakan oleh telinga manusia.
Sampai saat ini, menurut catatan kampus, para peneliti telah mengumpulkan lebih dari 70.000 rekaman batuk dan sekitar 200.000 sampel audio batuk yang dipaksakan. Sekitar 2.500 rekaman batuk tersebut adalah milik orang-orang yang dipastikan mengidap COVID-19, termasuk mereka yang asimtomatik alias tak bergejala.
Tim kemudian menggunakan 2.500 rekaman orang terinfeksi corona bersama dengan 2.500 rekaman batuk lainnya yang mereka pilih secara acak dari koleksi untuk menyeimbangkan kumpulan data. Mereka lalu menggunakan 4.000 sampel untuk melatih model AI. Setelah itu, data 1.000 rekaman batuk yang tersisa dimasukkan untuk melihat apakah AI secara akurat dapat membedakan batuk dari pasien corona dan individu yang sehat.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi batuk Foto: dok.shutterstock
Ketika diuji coba, kecerdasan buatan tersebut memiliki tingkat keberhasilan deteksi 98,5 persen di antara orang-orang yang telah menerima hasil tes virus corona positif resmi. Persentase keberhasilan AI ini bahkan mencapai 100 persen pada orang yang tidak memiliki gejala. Laporan mereka telah diterbitkan dalam IEEE Journal of Engineering in Medicine and Biology pada 30 September 2020.
"Saat divalidasi dengan subjek yang didiagnosis menggunakan tes resmi, model tersebut mencapai sensitivitas COVID-19 sebesar 98,5% dengan spesifisitas 94,2% (AUC: 0,97). Untuk subjek tanpa gejala, sensitivitasnya mencapai 100% dengan spesifisitas 83,2%," kata peneliti dalam laporannya.
Para ilmuwan berharap bisa mengembangkan AI ini menjadi aplikasi gratis yang akan menyaring pengguna yang terinfeksi COVID-19 dan merujuk mereka yang punya batuk yang terdengar mencurigakan untuk pengujian lebih lanjut. Meski demikian, aplikasi tersebut memerlukan persetujuan dari badan pengawas obat dan makanan di AS (Food and Drug Administration/FDA) terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Metode identifikasi orang dengan virus corona melalui suara batuk ini bisa sangat berguna, khususnya untuk mendeteksi virus di orang tanpa gejala.
"Penerapan alat diagnosis kelompok yang efektif ini dapat mengurangi penyebaran pandemi jika semua orang menggunakannya sebelum pergi ke ruang kelas, pabrik, atau restoran,” kata peneliti MIT, Brian Subirana, dalam situs resmi kampus, Kamis (29/10).
Meskipun banyak infeksi virus corona yang asimtomatik, orang tanpa gejala ini masih dapat menularkan virus kepada orang lain yang rentan. Tanpa sistem pengujian COVID-19 universal yang konstan, penyebaran tanpa gejala ini memungkinkan virus dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas sebelum petugas kesehatan dapat melacaknya.