Kisah Gila Orang Eropa Kuno: Makan Mumi Mesir buat Sembuhkan Penyakit

9 Juni 2022 7:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua mumi, seorang wanita dan anak-anak yang baru ditemukan dari Makam Tutu. Foto: Reuters/Mohamed Abd El Ghany
zoom-in-whitePerbesar
Dua mumi, seorang wanita dan anak-anak yang baru ditemukan dari Makam Tutu. Foto: Reuters/Mohamed Abd El Ghany
ADVERTISEMENT
Sebagai orang Indonesia, kita mungkin merasa tidak asing saat mendengar ada orang yang melakukan tindakan di luar nalar, seperti makan mayat manusia buat ilmu hitam, minum darah ayam sampai makan cicak karena dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
Namun, budaya konyol ini juga pernah dilakukan oleh orang-orang Eropa kuno. Mereka terobsesi makan mumi Mesir karena dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Ini terjadi tepatnya pada abad pertengahan hingga abad ke-19, di mana orang Eropa punya keyakinan bahwa sisa-sisa mayat tubuh manusia yang dihaluskan dan diberi pewarna dapat menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit pes hingga sakit kepala.

Mumi mania

Dikutip Science Alert, keyakinan mumi bisa menyembuhkan penyakit telah mendorong bangsa Eropa selama berabad-abad menelan sesuatu yang rasanya tentu tidak enak. Nama obatnya mumia.
Para apoteker menggunakan sisa-sisa mumi yang dibawa dari Mesir ke Eropa pada abad ke-12 untuk dibuat obatnya, kemudian dijual bebas di apotek. Mulai dari yang kaya hingga miskin membeli obat mumi karena dipercaya khasiatnya.
ADVERTISEMENT
Ketika dunia tak memiliki antibiotik, para dokter bahkan meresepkan tengkorak, tulang, hingga daging yang dihaluskan untuk mengobati berbagai penyakit, mulai sakit kepala hingga mengurangi pembengkakan atau pemulihan wabah.
Seorang peneliti bersiap memindahkan mumi Mesir Civic Archaeological Museum of Bergamo ke rumah sakit Policlinico Milan di Bergamo, Italia. Foto: Flavio Lo Scalzo/REUTERS
Namun, dari banyak orang yang yakin mumi bisa jadi obat, Guy de la Fontaine, seorang dokter kerajaan meragukan mumia adalah obat berkhasiat. Sebab, kata Fontaine, ada mumi palsu yang beredar, dibuat dari petani yang meninggal di Alexandria pada 1546. Dengan begitu, orang-orang berpotensi ditipu dengan memakan mumi palsu.
Akibat adanya pemalsuan ini, ditambah pasokan mumi Mesir kuno tak bisa mencukup kebutuhan, orang-orang mulai bergeser untuk membeli daging dan darah segar (manusia yang baru meninggal) untuk dijadikan obat dan diklaim lebih berkhasiat. Klaim daging dan darah segar lebih berkhasiat ini bahkan diamini oleh sosok bangsawan paling dihormati kala itu.
ADVERTISEMENT
Raja Inggris Charles II, misalnya, berani mengonsumsi obat yang terbuat dari tengkorak manusia setelah menderita kejang. Obat dari tengkorak manusia ini digunakan hingga 1909, di mana dokter bisa meresepkannya bagi mereka yang mengalami gangguan neurologis.

Makan malam, minum, dan pesta mayat

Bangsa Eropa tak lagi konsumsi mumi buat usir penyakit pada abad ke-19. Tapi, orang-orang Victoria justru mengadakan hal yang lebih gila lagi: Mereka membuka bungkus mumi Mesir kuno dan menjadikan itu sebuah tontonan, bahkan hiburan di sebuah pesta.
Penemuan Peti Mati Mumi Berusia 2.500 Tahun. Foto: Zein Ahmad/AFP
Ya, orang-orang Victoria abad ke-19 kerap mengadakan sebuah pesta yang dikhususkan untuk membuka sisa-sisa Mesir kuno. Di pesta itu, tuan rumah akan menghibur para tamunya dengan membuka bungkus mumi.
Ketika perban terbuka, daging, dan tulang kering muncul, orang akan berbondong-bondong mendekatinya dan melihatnya. Menciptakan hiburan tersendiri, pesta bersama mumi sambil minum air keras. Ini dilakukan di pesta-pesta rumahan hingga teater pertunjukan di masyarakat.
ADVERTISEMENT

Kutukan mumi

Pesta membuka mumi berakhir pada abad ke-20. Sensasi mengerikan tampaknya telah memberikan kesan tak lazim dan dinilai menghancurkan peninggalan arkeologis. Kemudian penemuan makam Tutankhamun, salah satu firaun Mesir yang paling terkenal, telah memicu banyak spekulasi.
Tak lama setelah makam itu ditemukan, Lord Carnarvon yang mensponsori ekspedisi Tutankhamun mendadak meninggal dunia pada 1923. Kematiannya dikaitkan dengan mitos sebagai kutukan mumi.
Kini di era modern, pembukaan mumi Mesir kuno bukan lagi untuk dijadikan obat atau bagian dari sebuah pesta, melainkan murni untuk ilmu pengetahuan, seni, dan pameran. Orang-orang juga lebih tertarik menjual barang antik yang nilainya miliar rupiah daripada jual beli mumi.
Tapi, bukan berarti penjualan mumi berakhir. Sebab ada saja orang yang tertarik untuk memiliki mumi Mesir kuno dan rela membelinya dengan harga fantastis.
ADVERTISEMENT