Kisah Perempuan Afrika Bikin Pembalut Cuci Ulang

11 Desember 2019 13:33 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menstrual cup dan pembalut. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Menstrual cup dan pembalut. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Freweini Mebrahtu berhasil menciptakan pembalut yang dapat dicuci dan dikenakan kembali. Perempuan berusia 54 tahun asal Ethiopia itu awalnya prihatin terhadap sesama kaumnya yang tinggal di beberapa negara yang tidak memiliki akses pada produk tersebut.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari pengalaman pribadinya ketika remaja dulu, Mebrahtu merasakan betul betapa sulitnya mendapatkan pembalut yang terjangkau saat menstruasi. Dari situ, ia terdorong untuk melakukan kampanye mengembangkan sebuah produk pembalut yang dapat digunakan kembali.
Mebrahtu mengisahkan, saat datang bulan tiba, ia terpaksa menggunakan kain atau rumput kering. Kala itu ia kerap berpikir bahwa masa haid merupakan kutukan baginya.
Menurut laporan Medical Daily, masih banyak komunitas yang memiliki anggapan tabu soal menstruasi. Ini juga terjadi di Ethiopia dan beberapa negara lain di dunia. UNICEF mengungkapkan, tak ada edukasi perihal sanitasi selama periode menstruasi di sekolah-sekolah.
Freweini Mebrahtu. Foto: eritreahub.org
Selain stigma yang menganggap bahwa menstruasi adalah hal yang tabu, produk pembalut sekali pakai pun tak tersedia di negara-negara Afrika. Kalaupun ada, harganya tidak terjangkau oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut perkiraan, hampir 75 persen wanita dan anak perempuan di Ethiopia tidak memiliki akses terhadap produk pembalut.
Mebrahtu sendiri sebenarnya cukup beruntung. Pada tahun 1980-an, dirinya pindah ke Amerika Serikat dan memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di jurusan teknik kimia. 25 tahun kemudian, tepatnya pada 2005, ia mematenkan produk pembalut ciptaannya yang dapat digunakan kembali.
Saat ini, masih banyak remaja perempuan di Ethiopia yang menggunakan kain atau rumput kering selama masa haid. Disebutkan bahwa satu dari 10 remaja perempuan di negara tersebut harus bolos sekolah setiap mereka datang bulan
Dengan menciptakan pembalut yang dapat dicuci dan dikenakan kembali, Mebrahtu memiliki misi membantu para remaja perempuan untuk melalui periode menstruasi mereka tanpa harus mengorbankan waktu belajarnya di sekolah. Sejak 2009, Mebrahtu dan timnya telah membantu hampir 800 ribu wanita dan remaja perempuan.
ADVERTISEMENT
Mariam Seba Sanitary Products Factory, pabrik yang didirikan oleh Mebrahtu, saat ini memproduksi 750 ribu pembalut setiap tahun. Uniknya, nama pabrik itu diambil dari nama putrinya sendiri, yakni Mariam Seba.
Ilustrasi pembalut Foto: Shutterstock
Pabriknya mempekerjakan para wanita di Ethiopia. Para karyawan yang bekerja di pabrik ini menerima pelatihan gratis, upah premium, liburan berbayar, cuti hamil selama empat bulan. Pabrik tersebut juga menyediakan pusat penitipan anak gratis untuk anak-anak karyawannya.
"Tujuan saya di sini tak semata-mata membantu mereka mencari nafkah," kata Mebrahtu. “Saya juga ingin mengajari mereka bagaimana membuat hidup mereka lebih baik dan membuat perbedaan di komunitas mereka.”
Di sisi lain, Mebrahtu juga menyediakan lebih dari 80 persen pembalut yang dapat digunakan kembali untuk organisasi non-pemerintah yang mendistribusikan produk tersebut secara gratis.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin melihat gadis-gadis di Ethiopia dan sekitarnya untuk memiliki akses terhadap pembalut wanita dan tanpa perlu khawatir, malu atau takut," kata Mebrahtu kepada CNN. "Memberi pembalut pada gadis-gadis ini berarti memberi mereka kebebasan sehingga mereka dapat mencapai apa pun yang mereka ingin capai."
Produk pembalut yang diciptakan Mebrahtu ini sepenuhnya dapat dicuci dan terbuat dari kapas yang bisa menyerap dan menahan air. Masa pemakaiannya bisa sampai 2 tahun. Biaya pembuatan produk ini, menurut Mebrahtu, 90 persen lebih murah dibandingkan pembalut sekali pakai.