KLHK Canangkan Program Aksi Darurat Selamatkan Badak Sumatera dan Jawa

22 September 2021 14:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Badak Sumatera. Foto: AFP/GOH CHAI HIN
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Badak Sumatera. Foto: AFP/GOH CHAI HIN
ADVERTISEMENT
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan para pemerintah daerah setempat terus melakukan upaya pelestarian Badak Sumatera yang populasinya semakin berkurang dan terancam punah.
ADVERTISEMENT
KLHK kini telah mengeluarkan rencana aksi darurat badak Sumatera guna meningkatkan populasi badak di alam liar. Hal ini diterapkan di dua wilayah yang menjadi fokus penyebaran Dicerorhinus sumatrensis, yakni di Kalimantan dan Sumatera.
“Kita sudah melakukan uji genetis terhadap badak yang ada di Kalimantan, ternyata adalah jenis yang sama (dengan badak Sumatera) hanya memang morfologinya saja yang sedikit berbeda. Tapi secara genetis mereka adalah sama-sama Dicerorhinus sumatrensis,” kata drh Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, dalam pemaparannya di acara webinar Hari Badak Sedunia 2021, Rabu (22/9).
Rencana aksi darurat badak Sumatera ini telah dilakukan di beberapa lokasi penyebaran populasi badak di Sumatera, yakni di Leuser Timur dan Leuser Barat, Bukit Barisan, dan Taman Nasional Way Kambas.
Tam, badak sumatera jantan terakhir di Malaysia. Foto: Raymond Alfred/WWF-Malaysia
Saat ini, di Leuser Timur dan Taman Nasional Bukit Barisan tercatat ada kurang dari 15 individu badak Sumatera yang hidup di sana. Sementara dua lokasi Leuser Barat dan Taman Nasional terdapat lebih dari 15 individu badak yang hidup di masing-masing lokasi.
ADVERTISEMENT
Indra mengatakan, aksi darurat perlu dilakukan ketika laju perkembangbiakan dari badak sangat rendah karena okulasinya hanya 24 jam. Ini yang menyebabkan badak di alam liar sangat susah terjadi perkawinan karena memang sistem reproduksi badak yang sangat susah untuk bisa mempertemukan sel telur dan sperma jantan.
Selain itu, karena sifatnya soliter sehingga sangat sulit mempertemukan antara badak jantan dan betina. Maka dari itu, jika di suatu wilayah populasi badak kurang dari 15 individu, tim akan melakukan penyelamatan ke suaka badak.
Suaka badak atau Suaka Rhino Sumatera (SRS) sendiri adalah salah satu dari beberapa upaya pemerintah dalam meningkatkan dan menjaga populasi badak di alam liar. Selain SRS, KLHK juga melakukan monitoring populasi, perlindungan dan pengamanan habitat hingga pengembangan Assisted Reproductive Technology.
Badak jawa terekam di Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: Dok. Istimewa
“Kami juga melakukan Assisted Reproductive Technology atau seperti bayi tabung, dengan kita mengembangkan program pengembangbiakan tidak secara alami tetapi secara buatan,” kata drh Indra.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk Badak Jawa yang kini jumlah sekitar 75 individu di Taman Nasional Ujung Kulon, beberapa upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestariannya adalah dengan membangun Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang akan dijadikan salah satu lokasi penelitian untuk memilih individu terbaik, kemudian akan ditranslokasikan ke habitat kedua.
Selain itu, Eradikasi tanaman langkap untuk menambah tempat tumbuhan pohon pakan bagi badak Jawa juga dilakukan. Indra menegaskan, selain peran pemerintah, peran masyarakat juga sangat penting dalam menjaga populasi badak Sumatera maupun Jawa, terutama menjaga habitat mereka agar tetap lestari. Jangan sampai, 2 spesies badak yang ada di Indonesia hanya menjadi cerita belaka di masa depan.