Komet Ini Ternyata Bisa Bernyanyi, Begini Suaranya

29 Mei 2020 13:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang terekam suara nyanyiannya. Foto: ESA/Rosetta/NAVCAM via NASA
zoom-in-whitePerbesar
Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang terekam suara nyanyiannya. Foto: ESA/Rosetta/NAVCAM via NASA
ADVERTISEMENT
Sebuah komet yang bergerak menuju matahari pada 2014 ternyata punya keunikan yang mengejutkan ilmuwan astronomi. Pasalnya, komet ini terekam mengeluarkan bunyi selayaknya sedang bernyanyi.
ADVERTISEMENT
Rekaman nyanyian dari komet ini diperoleh setelah peneliti mengamati dan mengikuti komet bernama resmi 67P/Churyumov-Gerasimenko itu selama empat bulan. Instrumen luar angkasa bernama Rosetta menjadi alat yang merekam suara ini.
Suara yang terdengar mirip seperti suara gelembung-gelembung dalam nada yang rendah. Rekaman selama 97 detik milik European Space Agency (ESA) membuat dunia akhirnya bisa mendengar nyanyian dari sebuah komet.
Peneliti yang mengawasi Rosetta mengaku kaget atas rekaman ini. “Ini menakjubkan karena ini benar-benar baru bagi kami,” ungkap Karl-Heinz Glaßmeier, yang bekerja di Rosetta’s Plasma Consortium (RPC), dalam blog milik lembaga antariksa Eropa, European Space Agency (ESA).
“Kami tidak menyangka tentang ini sebelumnya dan kami masih bekerja untuk memahami sains dan fisika dibalik semua ini,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Tim yang dipimpin Glaßmeier mengunggah nyanyian komet 67P ke internet. Nyanyian tersebut sebenarnya sudah ditingkatkan pitch-nya sekitar 1.000 kali dari suara aslinya. Peningkatan ini dilakukan agar suara tersebut bisa terdengar oleh manusia.
Suara yang dihasilkan komet 67P memiliki frekuensi antara 40 hingga 50 mili-Hertz. Sementara manusia hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi antara 20 sampai 20.000 Hertz.
Ilustrasi pesawat luar angkasa Rosetta yang berhasil merekam suara nyanyian komet 67P. Foto: ESA/ATG
Glaßmeier menilai, sinar ultraviolet dari matahari menjadi penyebab komet ini mengeluarkan suara nyanyian. Sinar ultraviolet matahari membuat partikel netral yang dilepas komet terionisasi. Kemudian, lingkungan berfase plasma pada komet membuat partikel terionisasi tersebut bergerak menurut medan magnetnya.
Pergerakan partikel ini disebut sebagai arus listrik cross-field. Glaßmeier memprediksi bahwa arus ini tidaklah stabil, sehingga menyebabkan komet tersebut mengeluarkan suara nyanyian.
Ilustrasi komet. Foto: commons.wikimedia.org
Glaßmeier memberikan analogi selang air untuk mempermudah penjelasannya.
ADVERTISEMENT
“Pada selang penyiram taman, saat aliran air dinyalakan, ada kemungkinan selang tersebut berosilasi (membuat getaran) yang menghasilkan gelombang. Inilah yang terjadi pada plasma,” jelasnya.
Plasma adalah sebutan untuk fase zat keempat setelah padat, cair, dan gas. “Plasma adalah gas yang terkonduksi listrik dan dapat membawa medan magnet dan aliran listrik,” terang Glaßmeier.
Penampakan permukaan komet 67P/G-C yang difoto oleh pesawat luar angkasa Rosetta milik ESA dari jarak 16 km di atas permukaan komet. Foto: ESA/Rosetta/MPS
Hal selanjutnya yang akan diamati peneliti adalah apakah komet 67P/C-G akan menyanyikan “lagu” yang sama atau tidak ketika ia semakin mendekati matahari. Atau, kemungkinan komet akan mengganti nyanyiannya saat terpapar lebih banyak sinar ultraviolet.
“Gelombang nyanyian komet masih ada, namun terkubur di bawah banyak jenis fitur yang masih kami coba untuk pahami,” pungkas Glaßmeier.
“Apakah kita akan mencoba mengamati jenis gelombang komet yang klasik, seperti saat kita mengamati komet Halley, masih sulit ditentukan. Kami masih bekerja kerja untuk menganalisis lebih lanjut ihwal dinamika dari sektor ini untuk mengetahui lebih jauh."
ADVERTISEMENT
(EDR)
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.