Krisis Lain di Tengah Pandemi Virus Corona: Kasus KDRT Meningkat

8 April 2020 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memakai masker saat beraktivitas di Istanbul, Turki, Selasa (17/3). Foto: Ozan KOSE / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga memakai masker saat beraktivitas di Istanbul, Turki, Selasa (17/3). Foto: Ozan KOSE / AFP
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, mengungkap jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat tajam di tengah pemberlakuan lockdown imbas wabah virus corona. Pernyataannya pada Minggu (5/4) itu juga menyertakan seruan bagi pemerintah di seluruh dunia untuk menjadikan isu kekerasan domestik sebagai bagian penting dari penanganan melawan wabah COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Bagi banyak wanita dan anak perempuan, ancaman terbesar tampak di mana mereka seharusnya paling aman--di rumah mereka sendiri," kata Guterres, dikutip NPR. "(Saya memohon) perdamaian di rumah--dan di rumah-rumah (lainnya)--di seluruh dunia."
“Kami tahu lockdown dan karantina sangat penting untuk menekan COVID-19, tetapi keduanya dapat menjebak para wanita dengan pasangan yang kasar,” lanjutnya. “Selama beberapa minggu terakhir, ketika tekanan dan ketakutan ekonomi dan sosial terus tumbuh, kami telah menyaksikan lonjakan mengerikan pada kekerasan rumah tangga.”
Guterres menyebut, jumlah perempuan yang menelepon unit layanan bantuan naik dua kali lipat di beberapa negara. Di saat yang bersamaan, penyedia layanan kesehatan dan polisi tengah kewalahan menangani pasien COVID-19 yang terus bertambah dari hari ke hari.
ADVERTISEMENT
“Saya mendesak semua pemerintah untuk membuat pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan sebagai bagian penting dari rencana respons nasional mereka terhadap COVID-19,” ujar Guterres.
Seorang wanita mengenakan masker dan sarung tangan di dalam kereta Mass Rapid Transit, Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: REUTERS / Lim Huey
Voice of America melaporkan, kasus KDRT di sejumlah negara memang mencatat kenaikan, dua di antaranya Prancis dan Afrika Selatan. Otoritas Afrika Selatan mengungkap ada hampir 90.000 laporan KDRT terhadap perempuan di minggu pertama sejak lockdown mulai berlaku pada 26 Maret.
Di Turki, para aktivis sosial menuntut perlindungan yang lebih besar setelah banyak wanita jadi korban pembunuhan usai otoritas setempat menerapkan kebijakan ketat, seperti pemberlakukan jam malam.
Lebanon dan Malaysia juga mencatat kenaikan jumlah kasus KDRT terhadap perempuan. Data PBB mengungkap, panggilan yang ditujukan pada unit layanan bantuan naik berkali-kali lipat dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Di tengah isu perlindungan terhadap perempuan, Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga, dan Masyarakat Malaysia justru meluncurkan kampanye yang mendiskreditkan perempuan. Dengan tagar #WanitaLawanCOVID-19, pemerintah menarasikan tugas-tugas perempuan selama imbauan untuk tetap di rumah; berpakaian rapi, berhias diri, dan bantu kebijakan lockdown pemerintah dengan tidak mengomeli suami di rumah.
Kampanye tersebut diluncurkan lewat unggahan di Facebook dan Instagram. Kementerian juga meminta para istri untuk menahan diri agar tidak bernada sarkastik ketika meminta bantuan dalam pekerjaan rumah tangga.
Kampanye ini tak pelak memicu kontroversi. Pihak kementerian pun menghapus kampanye besutan mereka dan berdalih gerakan #WanitaLawanCOVID-19 hanya bertujuan menjaga hubungan positif di antara anggota keluarga selama masa bekerja dari rumah.
Mereka pun mengakui bahwa saran itu bisa menyinggung beberapa orang dan berjanji untuk lebih berhati-hati di masa depan.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!