Kualitas Udara di Sumsel Memburuk Akibat Karhutla, Sekolah Diliburkan

14 Oktober 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelajar di Kabupaten Tanjungjabung Timur beraktivitas di Jalan Lintas Jambi-Muara Sabak yang diselimuti kabut asap karhutla. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar di Kabupaten Tanjungjabung Timur beraktivitas di Jalan Lintas Jambi-Muara Sabak yang diselimuti kabut asap karhutla. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih melanda sejumlah wilayah di Sumatera. Asap karhutla dikabarkan telah mengganggu aktivitas warga di Palembang pada Senin (14/10).
ADVERTISEMENT
Akibatnya, sejumlah sekolah di kota tersebut diliburkan mengingat ancaman berbahaya bagi kesehatan, khususnya pada anak-anak, yang bisa ditimbulkan karhutla.
Berdasarkan rilis dari Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang telah menginstruksikan untuk menghentikan sementara semua aktivitas belajar mengajar dari tingkat paud, TK, SD, dan SMP hingga batas yang belum ditentukan.
Kegiatan belajar diliburkan karena polusi asap dari karhutla telah mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut pantauan BNPB, kualitas udara dilihat dari indikator PM 2,5 pada Senin pagi (14/10) di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) mencapai tingkat berbahaya atau pada angka 921.
Pelajar Kabupaten Tanjungjabung Timur dan warga beraktivitas di Jalan Lintas Jambi-Muara Sabak yang diselimuti kabut asap karhutla. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Kualitas udara itu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah titik panas atau hotspot di wilayah tersebut, hingga mencapai 691 titik. Di mana, jumlah itu yang tertinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain, seperti Riau, Jambi, dan beberapa wilayah di Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, penanganan darurat di wilayah Sumsel masih terus dilakukan. BNPB sendiri telah mengerahkan tujuh helikopter untuk melakukan water bombing, serta menyediakan pesawat khusus untuk teknologi modifikasi cuaca (TMC).
BNPB mengaku telah mengeluarkan setidaknya 66 juta liter air untuk water bombing, sedangkan TMC, mereka telah mengeluarkan sekitar 14 ribu garam (NaCl) di udara. Operasi udara ini juga didukung oleh sekitar 8.000 personel gabungan yang beroperasi di darat.
Lebih lanjut, menurut data BNPB yang diambil dari citra satelit modis-catalog LAPAN dalam 24 jam terakhir, pada 14 Oktober 2019, pukul 09.00 WIB, jumlah titik panas mencapai 1.184. Sedangkan dilihat dari sebaran titik panas di wilayah Sumatera, pada umumnya arah angin mengarah dari tenggara ke barat laut.
ADVERTISEMENT
Adapun arah sebaran asap di Sumsel menyebar ke arah barat laut. Terpantau titik panas berada di wilayah-wilayah seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin.
Seorang petugas pemadam kebakaran memadamkan api di lahan gambut dan hutan yang terbakar di taman nasional Sebangau pada tanggal 14 September 2019 di pinggiran kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Sementara itu, berdasarkan data yang diambil dari citra satelit Himawari untuk melihat citra sebaran asap, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, bahwa tidak terdeteksi adanya transboundary haze atau asap yang melewati batas negara. Dari citra satelit itu pula terpantau persebaran asap hanya terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kualitas udara dengan parameter PM 2,5 di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan semakin memburuk.
Seperti di Jambi menunjukkan angka 235, atau masuk kategori sangat tidak sehat; Kalimantan Tengah 102, tidak sehat; Kalimantan Selatan 174, sangat tidak sehat; dan Riau 51 atau tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan sebaran titik panas sendiri terbagi di beberapa wilayah, di antaranya Sumatera Selatan berjumlah 691 titik, Kalimantan Tengah 230 titik, Jambi 117 titik, Kalimantan Selatan 28 titik, Riau 16 titik, dan Kalimantan Barat 12 titik.