Kunci Sehat Hadapi Menopause: Jaga Berat Badan dan Tak Merokok

18 November 2019 10:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan pusing. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan pusing. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tanda seorang wanita memasuki masa menopause tak hanya saat siklus menstruasinya berhenti. Banyak perubahan yang dirasakan tubuh, mulai dari rasa panas yang muncul tiba-tiba hingga berkeringat di malam hari. Rasa panas itu kerap terjadi pada leher, wajah, dan dada.
ADVERTISEMENT
Meski menopause sebuah keniscayaan dalam hidup seorang wanita, lantas apakah gejala-gejala itu ada obatnya?
Menurut pakar dari University of Queensland, menjaga berat badan ideal dan berhenti merokok sebelum usia 40 tahun dapat meredakan serangan rasa panas yang mendera wanita menopause. Perlu dicatat bahwa rasa yang kurang nyaman ini tidak sepenuhnya hilang, sebab menopause merupakan siklus tubuh yang normal dan bukan suatu penyakit.
Namun dengan mengubah gaya hidup, perempuan setidaknya dapat mengurangi rasa tak nyaman saat melewati proses menopause. Apalagi serangan rasa panas--kerap disebut hot fleshes--merupakan gejala paling umum dari menopause, seperti dilansir Medical News Today.
Ilustrasi menopause.
Para ilmuwan memperkirakan, rasa panas itu bersumber dari perubahan pada hipotalamus, bagian dasar otak yang mengendalikan fungsi yang tidak dapat dikontrol, seperti suhu tubuh, pelepasan hormon, dan lain sebagainya. Ketika hipotalamus salah memberi komando, ia malah mengirim sinyal ke pembuluh darah di permukaan kulit untuk melebar dan menyebarkan panas tubuh.
ADVERTISEMENT
Perubahan hipotalamus yang berefek ke pembuluh darah ini lantas membuat praktisi kesehatan kerap menyebut serangan rasa panas dan tubuh berkeringat di malam hari sebagai “gejala vasomotor”.
Simtom vasomotor bukannya tak bisa dihindari. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti yang disebutkan sebelumnya, bisa membantu meringankan gejala-gejala menopause ini.
Saran menghadapi menopause ini berasal dari hasil riset yang dilakukan Dr. Hsin-Fang Chung dari School of Public Health di University of Queensland, Australia. Ia dan timnya mengamati data dari delapan studi terdahulu, yang total respondennya mencapai 21.460 orang perempuan dengan rata-rata usia 50 tahun. Mereka berasal dari Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang.
Ilustrasi menopause. Foto: Thinkstock
Para peneliti mengamati hubungan antara indeks masa tubuh (BMI) dan kebiasaan merokok dengan risiko terjadinya gejala vasomotor. Analisis ini juga melihat apakah ada hubungan yang berbeda berdasarkan masing-masing tahap menopause.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 60 persen dari responden mengalami rasa panas dan keringat di malam hari. Sebagian dari mereka kelebihan berat badan, bahkan obesitas, dan sisanya perokok.
Secara keseluruhan, hasil temuan menyimpulkan responden dengan angka BMI tinggi dan kebiasaan merokok lebih sering merasakan gejala vasomotor.
“Wanita yang obesitas berisiko hampir 60 persen lebih tinggi mengalami (gejala vasomotor) yang lebih parah dan lebih sering, dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal,” kata Chung, selaku ketua tim penelitian.
Ilustrasi timbangan berat badan Foto: Pixabay
Sementara wanita perokok berisiko 80 persen lebih tinggi mengalami gejala yang sama. Itu sebabnya Chung menegaskan pentingnya memulai gaya hidup sehat dengan tidak merokok.
“Merokok meningkatkan risiko obesitas dan (demikian) memberi wanita obesitas yang juga perokok berisiko tiga kali lipat lebih parah dan lebih sering mengalami (gejala vasomotor), daripada wanita dengan berat badan norman yang tidak pernah merokok,” tambahnya,
ADVERTISEMENT
Adapun menurut beberapa sumber, ada sekitar 1,5 juta wanita mengalami menopause tiap tahunnya. Sebanyak 85 persen di antaranya dilaporkan mengalami serangan rasa panas. Bahkan, gejala itu dirasakan oleh 55 persen wanita lainnya sebelum gejala lain muncul, seperti tidak teraturnya siklus menstruasi.