Lama Lihat Layar HP Bisa Ubah Bentuk Mata, Waspada Risiko Kebutaan

24 November 2021 12:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi bermain HP. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi bermain HP. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Gaya hidup yang sebagian besar terpaku pada layar, baik dalam bentuk smartphone, laptop, atau TV terlalu lama dapat membuat mata seseorang memanjang. Perubahan bentuk mata tersebut meningkatkan risiko rabun jauh (miopia) yang tentu dapat menyulitkan seseorang melihat secara normal.
ADVERTISEMENT
Mengutip The Guardian, Dr. Aaron Miller--seorang dokter mata anak di Houston Eye Associates--mengatakan, menatap layar terlalu lama ditambah dengan kebiasaan melihat dengan jarak yang amat dekat dapat memperparah kondisi mata memanjang.
Memanjangnya mata adalah kondisi di mana jarak antara kornea dengan retina (axial length) bertambah, sehingga menjauh satu sama lain. Ilustrasi di bawah ini menjelaskan, seorang yang terkena rabun jauh atau mata minus, memiliki bentuk mata yang berbeda dengan orang dengan mata normal.
Perbandingan mata normal hingga rabun jauh. Foto: Dok. Creative commons via ResearchGate
Persoalan ini mungkin bisa saja diperbaiki oleh kacamata, tetapi perubahan bentuk mata ini dapat menyebabkan beberapa masalah. Rabun jauh yang sudah terlalu parah dapat menyebabkan ablasi retina.
Ablasi retina merupakan kondisi di mana lapisan retina di mata terlepas dari pembuluh darah di bagian terdalam mata seseorang. Lepasnya retina--yang bisa meregang dan menipis ini--berakibat asupan oksigen dan nutrisi ke mata terganggu, bahkan menyebabkan kebutaan.
ADVERTISEMENT
"Bentuk mata (itu) bulat seperti bola basket," kata Dr. Miller.
"Ketika mata menjadi rabun jauh, rabun, mata lebih panjang, seperti anggur atau zaitun. Seiring bertambahnya usia, terkadang ada kerusakan pada retina, seperti retakan di wallpaper. Itulah yang kami sebut ablasi retina yang menyebabkan banyak orang menjadi buta.”
ilustrasi retina normal ablasi retina. Foto: Dok. Creative commons via ResearchGate

Pandemi corona dan kebiasaan anak-anak menatap layar

Sebuah studi yang diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmology baru-baru ini telah menyoroti bagaimana miopia masa kanak-kanak dapat menjadi krisis kesehatan masyarakat.
Mengutip India Times, studi yang dilakukan para peneliti di Chinese University of Hong Kong itu melihat peningkatan yang cukup besar dalam kasus miopia pasca-pandemi. Ini terjadi karena meningkatnya waktu menatap layar di kalangan anak-anak sekolah selama pandemi.
Ilustrasi belajar online. Foto: Shutterstock
Para peneliti mengamati dua kelompok terpisah. Kelompok 1 berjumlah 709 anak yang melakukan berbagai aktivitas sejak awal dan selama wabah COVID-19 berlangsung. Kelompok 2 (pra-pandemi), berjumlah 1084 anak yang melakukan aktivitas sebelum COVID-19 muncul. Mereka semua memiliki rentang usia enam hingga delapan tahun.
ADVERTISEMENT
Kedua kelompok menjalani pemeriksaan mata dengan kuesioner yang menanyakan tentang gaya hidup mereka dan rutinitas mereka, termasuk frekuensi kegiatan di dalam dan di luar ruangan.
Kelompok 1 menghabiskan 0,90 jam di luar ruangan per hari karena wabah COVID-19. Sebelum COVID-19 muncul, kelompok 2 mencatat rata-rata 1,27 jam aktivitas di luar ruangan per hari. Pandemi menyebabkan durasi menatap layar rata-rata melonjak dari 2,45 jam per hari menjadi 6,89 jam per hari.
Peneliti menemukan adanya peningkatan laporan anak-anak yang terkena rabun jauh (miopia) antara dua kelompok tersebut. Kelompok 1 mengalami peningkatan 36,57 persen terkena miopia dibandingkan kelompok 2 yang banyak beraktivitas di luar ruangan di angka 19,44 persen.