LAPAN: Dentuman di Jabodetabek Bukan dari Erupsi Gunung Anak Krakatau

11 April 2020 9:58 WIB
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED
zoom-in-whitePerbesar
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED
ADVERTISEMENT
Sumber suara dentuman yang didengar sejumlah warga di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, hingga Bekasi pada Sabtu (11/4) dini hari hingga pagi masih menjadi misteri. Banyak warga mengaitkan fenomena tersebut sebagai imbas dari Gunung Anak Krakatau (GAK) yang mengalami erupsi sejak Jumat (10/4) malam.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, sebelumnya membantah jika suara dentuman misterius tersebut berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. PVMBG menyatakan tidak terdengar dentuman dari Pos Pengamatan di Pasauran, Pantai Carita.
"Letusannya itu kecil. Jadi bayangkan, kalau letusan kecil, dari pos enggak kedengaran, bisa kedengaran sampai Depok-Bogor enggak? Ini cuma sekitar 500 meter letusannya," kata Hendra kepada kumparan, Sabtu (11/4).
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu (11/8). Foto: Dok. PVMBG
Pernyataan serupa dilontarkan oleh Prof. Dony Kushardono, peneliti utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), lewat unggahan di akun Instagram resmi @lapan_ri. Berdasarkan pengamatan citra satelit pada 10-11 April, letusan Gunung Anak Krakatau mulai tampak mengeluarkan abu vulkanik pada pukul 23.10 WIB. Abu vulkanik lalu menyebar ke arah barat hingga pukul 05.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Pada sekitar pukul 00.00 WIB, tampak muncul semburan debu vulkanik yang membesar, hasil dari letusan besar.
“Jadi suara dentuman yang terdengar di Jakarta-Depok yang diisukan terjadi sekitar pukul 02.00 WIB dini hari tadi kemungkinan bukan dari suara letusan Gunung Anak Krakatau,” tulis LAPAN.
Berbeda pendapat, ahli vulkanologi yang juga mantan Kepala Badan Geologi PVMBG, Surono alias Mbah Rono, menyebut suara dentuman misterius itu justru berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.
“Malam hari yang sepi, semua mengisolasi diri, suara deru kendaraan lenyap terimbas corona. Maka tidak salah, dentuman GAK (Gunung Anak Krakatau) membahana, mengusir sepi. Itulah alam,” ujar Mbah Rono, kepada kumparan, pada Sabtu (11/4).
Mbah Rono menambahkan, hal itu merupakan fenomena alam biasa yang tidak perlu ditakuti. Gunung Anak Krakatau diibaratkan sebagai anak-anak yang ingin cepat tinggi dan besar, sehingga harus bergerak dinamis dengan cara meletus, melontarkan material pijar, kilatan petir, dan suara seperti pesawat terbang akan lepas landas.
ADVERTISEMENT
Terkait banyak warga Banten yang tidak mendengar dentuman tersebut, yang notabene dekat Anak Krakatau, Mbah Rono berpendapat gelombang suara merambat bergantung pada tekanan udara yang bisa tidak sama di tiap daerah atau lokasi.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!