Levermu Bisa Rusak akibat Alkohol meski Kamu Bukan Peminum Bir

28 September 2019 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minum alkohol akan mempengaruhi organ hati. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Minum alkohol akan mempengaruhi organ hati. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Hasil sebuah riset terbaru menemukan bahwa di dalam usus manusia terdapat bakteri penghasil alkohol. Dan karenanya, sebagian manusia rentan mengalami kerusakan lever atau hati akibat bakteri tersebut, meski mereka tidak suka minum bir atau minuman beralkohol lainnya.
ADVERTISEMENT
Ya, fakta ini memang terdengar tak adil bagi mereka yang telah menahan diri dari minum bir dan sejenisnya.
Riset ini bermula pada data yang menyebut bahwa sekitar seperempat orang dewasa di dunia menderita penyakit hati berlemak non-alkohol (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD). NAFLD adalah kondisi terjadinya penumpukan lemak pada hati seseorang sehingga menghambat fungsi hatinya, meski orang tersebut tidak suka minum minuman beralkohol atau tidak meminumnya secara berlebihan.
Minum bir bersama. Foto: Flickr/Club Transatlantico
Selama ini belum diketahui apa penyebab yang membuat seseorang bisa terkena penyakit ini. Namun hasil riset terbaru yang menemukan peran bakteri penghasil alkohol di dalam tubuh manusia ini telah menjadi petunjuk baru.
Riset ini dilakukan oleh Jing Yuan dari Capital Institute of Pediatrics di China bersama rekan-rekannya. Mereka mempelajari kondisi kesehatan seorang pasien yang menderita NAFLD parah. Pasien ini jatuh mabuk setiap kali makan makanan kaya gula, suatu kondisi yang dikenal juga sebagai auto-brewery syndrome (ABS). Dia mabuk seolah habis minum minuman beralkohol.
ADVERTISEMENT
ABS biasanya dikaitkan dengan infeksi jamur. Namun berdasarkan hasil tes medis dan reaksi tubuh si pasien terhadap obat anti-jamur, pasien ini tampaknya tidak mengalami infeksi jamur.
Yuan dan timnya kemudian menggali lebih dalam kondisi si pasien dan akhirnya menemukan fakta bahwa alkohol tersebut berasal dari bakteri di dalam usus si pasen.
"Kami terkejut bahwa bakteri dapat menghasilkan begitu banyak alkohol," kata Yuan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir IFL Science.
"Ketika tubuh kelebihan beban dan tidak dapat memecah alkohol yang diproduksi oleh bakteri ini, Anda dapat mengembangkan penyakit hati berlemak bahkan jika Anda tidak minum (alkohol)," ujarnya lagi.
Ilustrasi minum bir. Foto: Free-Photos via pixabay
Tim peneliti itu kemudian mempelajari kotoran orang-orang dengan kondisi ABS untuk mengidentifikasi bakteri spesifik yang bertanggung jawab atas hal ini. Hasilnya, mereka menetapkan bakteri Klebsiella pneumonia yang ada di dalam usus manusia sebagai tersangkanya.
ADVERTISEMENT
Meskipun hampir setiap orang memiliki K. pneumonia di dalam sistem pencernaan mereka, sebagian besar orang hanya menghasilkan alkohol dalam jumlah kecil. Strain bakteri Klebsiella pneumonia yang ditemukan pada orang-orang dengan kondisi NAFLD menghasilkan alkohol empat hingga enam kali lebih banyak daripada orang-orang pada umumnya. Perbandingannya adalah bakteri usus orang-orang dengan NAFLD ini mampu menghasilkan satu botol besar anggur, sedangkan bakteri usus orang-orang biasa hanya menghasilkan satu gelas anggur.
Yuan dan timnya menemukan 60 persen dari sampel orang-orang China yang menderita NAFLD memiliki bakteri usus yang menghasilkan alkohol dalam jumlah cukup besar. Dengan kata lain, menurutnya, satu dari tujuh orang dewasa di dunia memiliki bakteri usus penghasil alkohol yang cukup untuk membahayakan kesehatan mereka sekalipun mereka tak pernah menikmati bagaimana rasanya anggur atau wiski yang enak.
Bersulang dengan segelas wiski. Foto: Reuters/Steve Marcus
Untuk mengonfirmasi bahwa semua alkohol dari bakteri ini benar-benar bertanggung jawab atas kondisi NAFLD, Yuan memberi makan tikus-tikus percobaan dengan bakteri K. pneumonia yang memiliki tingkat fermentasi tinggi. Dalam waktu sebulan, hati tikus-tikus itu menunjukkan penumpukan lemak. Setelah satu bulan lagi, hati tikus-tikus itu jadi terluka dan memperlihatkan adanya kerusakan jangka panjang. Yang menarik, menghilangkan bakteri K. pneumonia dari tubuh tikus-tikus itu dapat menghentikan efek penumpukan lemak tersebut.
ADVERTISEMENT
"NAFLD adalah penyakit yang heterogen dan mungkin memiliki banyak penyebab," kata Yuan. "Studi kami menunjukkan K. pneumonia sangat mungkin menjadi salah satu dari penyebabnya. Bakteri ini merusak hati Anda seperti alkohol, kecuali Anda tidak punya pilihan."
Yuan timnya akan melanjutkan penelitian terkait hal ini untuk menjawab pertanyaan kenapa bakteri K. pneumonia dengan tingkat fermentasi yang tinggi ada dalam usus sebagian orang, tapi tidak ada dalam usus sebagian orang yang lain. Selain itu, Yuan juga ingin menemukan adakah cara penanganan lain yang lebih tepat untuk orang-orang dengan kondisi NAFLD karena bakteri ini, selain meminta orang-orang tersebut mengurangi asupan gula mereka.