Lidah Api Matahari Mendadak Tabrak Bumi, Bikin Radio di Australia Padam

8 November 2022 12:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/flickr
ADVERTISEMENT
Flare atau lidah api Matahari tiba-tiba meledak dari area magnetisme padat di permukaan Matahari, menyebabkan pemadaman radio di beberapa bagian Australia dan seluruh Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
Suar Matahari kelas M5 itu direkam oleh Solar Dynamics Observatory NASA saat meletus dari bintik Matahari AR3141 pada Minggu (6/11) pukul 19.11 ET. Suar menciptakan gelombang radiasi yang mengionisasi atmosfer Bumi.
Bintik Matahari sendiri adalah daerah gelap di permukaan Matahari di mana terdapat medan magnet kuat yang tercipta oleh aliran muatan listrik. Pelepasan energi yang dihasilkan dari bintik Matahari meluncurkan semburan radiasi disebut semburan Matahari dan pancaran bahan surya yang disebut coronal mass ejections (CMEs).
Kali ini, lidah Matahari meletus secara tak terduga dan mengejutkan para ilmuwan.
“Permintaan maaf kami karena tidak ada peringatan untuk peristiwa ini. Lidah api itu implusif,” tulis situs web pelacak aktivitas Matahari, SpaceWeatherLive, di Twitter.
ADVERTISEMENT
Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengklasifikasikan jilatan api Matahari dalam lima tingkat, yakni A, B, C, M, dan X, tergantung pada intensitas sinar-X yang dikeluarkan, di mana setiap tingkat memiliki 10 kali intensitas terakhir.
Begitu mencapai Bumi, sinar-X dan radiasi ultraviolet yang dihasilkan oleh semburan Matahari mengionisasi atom yang ada di atmosfer Bumi sehingga mustahil untuk memantulkan gelombang radio frekuensi tinggi dan menciptakan pemadaman radio.
Pemadaman radio terjadi di area yang diterangi Matahari selama waktu jilatan api terjadi, dan mereka diklasifikasikan dari R1 hingga R5, tergantung pada tingkat keparahan yang ditimbulkan. Lidah api Matahari terbaru yang melanda Australia diklasifikasikan R2 atau sedang.
Aktivitas Matahari yang telah dilacak para astronom sejak 1775 mengalami pasang surut dalam siklus 11 tahun. Baru-baru ini, aktivitas Matahari tercatat sangat tinggi, dengan jumlah bintik Matahari hampir dua kali lipat dari prediksi NOAA.
ADVERTISEMENT
Peningkatan aktivitas ini telah mengirim gelombang plasma energi tinggi dan ledakan sinar-X menghantam medan magnet Bumi, menjatuhkan satelit Starlink, dan memicu pemadaman radio serta menyebabkan aurora di selatan Pennsylvania, Iowa, dan Oregon.
Peneliti menyebutkan bakal lebih banyak lidah api Matahari yang menyerang Bumi di masa depan. Sebab, aktivitas Matahari diproyeksikan akan terus meningkat, mencapai maksimum pada tahun 2025, sebelum menurun lagi.