LIPI: Pencarian KM Sinar Bangun Sulit karena Dasar Danau Toba Curam

25 Juni 2018 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pencarian korban KM Sinar Bangun di Danau Toba. (Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
zoom-in-whitePerbesar
Pencarian korban KM Sinar Bangun di Danau Toba. (Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
ADVERTISEMENT
Duka mendalam masih menyelimuti keluarga korban tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara. KM Sinar Bangun dilaporkan tenggelam di perairan Danau Toba pada Senin (18/6), sekitar pukul 17.30 WIB saat sedang membawa ratusan penumpang.
ADVERTISEMENT
Pencarian KM Sinar Bangun ternyata tidak mudah, sampai Minggu (24/6) atau hari ketujuh setelah peristiwa terjadi, tim gabungan dari Basarnas serta TNI AL belum bisa memastikan di mana keberadaan kapal.
Peneliti dari Pusat Limnologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hadiid Agita Rustini, memiliki pendapat mengenai mengapa pencarian KM Sinar Bangun di danau Toba menjadi sulit.
"Kami berpikir ini (pencarian sulit dilakukan) murni karena kedalaman," kata Hadiid saat dihubungi oleh kumparanSAINS, Senin (25/6).
P2O LIPI (Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
P2O LIPI (Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan)
Hadiid menduga danau Toba memiliki dasar permukaan yang tidak mulus, terlihat dari sekeliling danau yang dipenuhi pegunungan curam.
"Dasarnya (danau Toba) tidak seperti danau Singkarak (danau di Sumatera Barat) yang relatif datar. Dasarnya danau bisa kita prediksi dari bagian sekeliling danau. Kita lihat danau Toba ini memang daerah pegunungan curam. Wajar kalau di dasarnya pun curam," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Gelombang yang tinggi dan angin kencang menyebabkan kapal tidak stabil sehingga mudah terbalik, menurut Hadiid. Dan selama kapal belum berada di dasar danau dengan permukaan stabil, maka ada kemungkinan ia akan terus terseret ke area yang lebih dalam.
Tim pencari korban KM Sinar Bangun (Foto: Ade Nurhaliza/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim pencari korban KM Sinar Bangun (Foto: Ade Nurhaliza/kumparan)
Hadiid juga mengatakan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan timnya, wilayah utara danau Toba merupakan bagian dengan kedalaman tertinggi dibanding area lain.
"Perbedaan besaran dan arah arus menyebabkan gelombang. Kalau anginnya tinggi mudah timbul gelombang di wilayah utara danau Toba. Di daerah Simalungun hingga Samosir itu memang begitu polanya, arusnya cenderung ke utara. Dan di utara ada beberapa pusaran, karena memang daerah terdalam menurut pemetaan kita ada di utara, di sebelah barat Teluk Haranggaol. Titik terdalamnya di situ," jelas Hadiid.
ADVERTISEMENT