Lockdown Covid Dilonggarkan, Polusi Udara Kembali Penuhi Atmosfer Dunia

26 Maret 2021 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jalanan di Beijing, China Foto: APexchange
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalanan di Beijing, China Foto: APexchange
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Secara global, emisi karbon dioksida kembali meningkat pada Desember 2020 setelah sejumlah negara melonggarkan penguncian dan pembatasan aktivitas sosial di luar ruangan untuk mencegah penyebaran virus corona.
ADVERTISEMENT
Artinya, penurunan polusi udara yang terjadi selama pandemi hanya bersifat sementara dan emisi gas rumah kaca akan terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Menurut International Energy Agency, emisi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan energi di seluruh dunia mengalami kenaikan sebanyak 2 persen pada Desember 2020 jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya di tahun yang sama.
China yang merupakan negara penyumbang CO2 paling terbesar di dunia juga mengalami peningkatan emisi menjelang akhir tahun 2020. Sebelumnya, data menunjukkan bahwa terjadi penurunan emisi di seluruh dunia sebagai akibat dari pembatasan sosial untuk menghentikan penyebaran COVID-19.
Orang-orang menjalani hari mereka pada jam sibuk pagi, saat badai pasir melanda Beijing, China, Senin (15/3). Foto: Thomas Peter/REUTERS
Namun, penurunan emisi yang bersifat sementara ini tidak akan cukup untuk menangani krisis iklim yang semakin parah. Untuk mencegahnya, para pelaku bisnis, industri, dan manusia harus mengadopsi energi ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
“Meningkatnya emisi karbon global menjelang akhir tahun lalu merupakan peringatan keras bahwa tidak cukup banyak yang dilakukan untuk mempercepat transisi energi bersih di seluruh dunia,” ujar Fatih Birol, direktur eksklusif IEA, dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip The Verge.
Kenaikan emisi global ini didorong oleh negara-negara besar termasuk China, India, dan Brasil. Menurut IEA, China mengalami peningkatan emisi karbon dioksida pada tahun 2020 sekitar 0,8 persen. Bahkan, menurut analisis situs web Carbon Brief kenaikan emisi karbon dioksida lebih tinggi ketimbang analisis IEA. Menurut situs tersebut, emisi China naik 1,5 persen pada tahun 2020.
Suasana Monumen Nasional (Monas) yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Senin (29/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Peningkatan tersebut disebabkan oleh pembukaan kembali aktivitas ekonomi dan industri setelah kasus pandemi di negara tersebut melandai. Maka, tidak mengherankan jika polusi di China masih terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Dalam Perjanjian Paris China ditetapkan sebagai negara dengan emisi tertinggi dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Kendati Presiden, Xi Jinping, telah berjanji untuk mengurangi emisi karbon dioksida dalam beberapa tahun ke depan.
Bagaimanapun, emisi di atmosfer harus turun sebagai pemenuhan kesepakatan Paris untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celsius. Sekarang suhu global telah naik lebih satu derajat Celsius.
Ini terbukti dari serangkaian bencana yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti kekeringan, kebakaran hutan dan gambut, badai, dan gelombang panas yang mematikan. Untuk menangani ini semua, satu-satunya jalan yang bisa manusia lakukan adalah mengurangi emisi gas rumah kaca.