Makam Anak Berusia 8.000 Tahun Ditemukan di Pulau Alor, NTT

6 November 2020 10:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi penemuan tengkorak anak berusia 8.000 tahun.  Foto: Australian National University
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi penemuan tengkorak anak berusia 8.000 tahun. Foto: Australian National University
ADVERTISEMENT
Sekelompok arkeolog dari Australian National University berhasil menemukan makam manusia kuno berusia 8.000 tahun di Goa Makpan, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Makam itu diduga milik anak kecil yang berasal dari awal pertengahan Holosen.
ADVERTISEMENT
Makam tersebut merupakan lokasi penguburan satu-satunya di wilayah Pulau Alor sekaligus memberikan wawasan penting tentang praktik penguburan pada masa itu. Peneliti utama Dr. Sofia Samper Carro mengatakan, tulang anak kecil yang ditemukan di dalam makam kuno itu diperkirakan berusia empat hingga delapan tahun, dan dimakamkan dengan cara upacara atau ritual tertentu.
Rahang dan tengkorak yang terfigmentasi. Foto: Australian National University
"Pigmen berwarna coklat kekuningan dioleskan di pipi dan dahi. Sementara itu, batu bulat berwarna ditempatkan di bawah kepala anak ketika dikuburkan," jelas Samper Carro sebagaimana dikutip Phys.
"Dari 3.000 tahun yang lalu hingga zaman modern, kami mulai melihat lebih banyak penguburan anak-anak dan ini dipelajari dengan sangat baik. Tapi, tanpa apa pun dari periode awal Holosen, kami hanya tidak tahu bagaimana orang-orang di era ini memperlakukan anak-anak mereka yang telah meninggal."
Tengkorak manusia yang disimpan di bawah batu. Tiga tulang rusuk yang terfigmentasi. Foto: Australian National University
Peneliti arkeologi juga menemukan bahwa tulang lengan dan kaki bocah tersebut telah diambil sebelum dimakamkan, dan dibuang ke tempat lain. Praktik menghilangkan salah satu bagian tubuh juga pernah didokumentasikan di beberapa pemakaman kuno lain dari periode waktu yang sama, termasuk di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Flores. Namun, kata Carro, ini menjadi yang pertama dilakukan di pemakaman anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak tahu mengapa pengangkatan tulang panjang dilakukan, tapi kemungkinan itu adalah beberapa aspek dari sistem kepercayaan orang-orang yang hidup saat ini,” ujarnya.
Bagian kerangka berwarna abu-abu tua didokumentasikan dari penguburan. Garis diagonal menunjukkan lokasi pigmentasi. Foto: Australian National University
Selanjutnya, Carro dan tim akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui soal makanan atau lingkungan di sebuah pulau. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada tengkorak manusia yang lebih dewasa, diketahui bahwa manusia yang hidup di Alor adalah pemburu dan pengumpul makanan laut. Namun, mereka mengalami kejenuhan protein sehingga terjadi gejala malnutrisi.
“Dengan membandingkan penguburan dewasa lainnya yang kami temukan dari periode waktu yang sama dengan penguburan anak ini, kami berharap dapat menjelaskan kronologi dan pandangan umum tentang praktik penguburan di wilayah ini dari antara 12.000 hingga 7.000 tahun yang lalu,” papar Carro.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.