Mantan Pasien Covid Cuma Butuh Satu Suntikan Vaksin Corona?

6 April 2021 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Yves Herman/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Yves Herman/REUTERS
ADVERTISEMENT
Mantan pasien corona cuma perlu satu suntikan vaksin, menurut riset terbaru. Melalui temuan ini, para peneliti menganjurkan agar pemangku kebijakan mengalokasikan jatah dosis kedua untuk orang lain yang belum terinfeksi virus corona.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, semua vaksin corona yang tersedia membutuhkan dua dosis suntikan dengan rentang 28 hari. Namun, dalam sebuah studi baru di jurnal Nature Medicine, para ilmuwan AS menemukan bahwa orang yang pernah terinfeksi COVID-19 sebenarnya cuma perlu satu kali suntikan saja.
“Kami menemukan, dalam kohort besar kami, bahwa dosis vaksin kedua tidak menawarkan manfaat yang jauh lebih besar kepada individu yang terinfeksi sebelumnya dibandingkan dosis tunggal dalam potensi penetralisir antibodi,” tulis peneliti dalam laporan yang terbit pada 1 April 2021 tersebut.
Dalam riset mereka, peneliti mencoba membandingkan tingkat antibodi yang didapatkan mantan pasien COVID-19 lewat vaksinasi dengan orang yang belum terinfeksi corona.
Penelitian tersebut, yang memakai vaksin Pfizer sebagai alat uji cobanya, menemukan bahwa 35 mantan pasien COVID-19 yang divaksinasi sekali punya tingkat antibodi yang setara dengan 225 orang non-pasien yang mendapat dua kali suntikan vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, setelah dosis pertama, hampir 37 persen dari mantan pasien COVID-19 yang divaksin mengalami efek samping yang signifikan, dibandingkan dengan 25 persen di kelompok peserta penelitian yang tidak pernah terinfeksi COVID-19. Setelah dosis kedua, para peneliti menyebut bahwa tidak ada banyak perbedaan antara kedua kelompok, yang 51 persen mantan pasien COVID-19 merasa efek samping, berbanding 59 persen pada yang belum.
“Demam dan menggigil lebih umum di antara penerima vaksin yang sebelumnya terinfeksi setelah dosis pertama, sedangkan orang yang naif infeksi lebih mungkin mengalami sakit kepala, pusing atau pusing setelah dosis kedua,” kata ilmuwan.

Rekam jejak studi: Apa mantan pasien COVID-19 perlu dua kali suntik vaksin?

Ini bukan kali pertama penelitian yang menelaah urgensi suntikan vaksin dosis kedua bagi mantan pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, sebuah penelitian yang belum melalui peer-review juga menemukan mantan pasien COVID-19 enggak perlu suntikan kedua vaksin berbasis mRNA seperti Pfizer dan Moderna. Penelitian itu, yang ditampilkan di situs pra-publikasi MedRxiv pada 2 Januari 2021, menemukan bahwa setidaknya mantan pasien COVID-19 punya titer antibodi “10-20 kali lebih tinggi” dari mereka yang mendapat vaksin tapi belum pernah terinfeksi.
Ilustrasi vaksin corona Pfizer. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
“Dalam laporan singkat ini, kami menunjukkan bahwa respons antibodi terhadap dosis vaksin pertama pada individu dengan kekebalan yang sudah ada sama dengan atau bahkan melebihi titer yang ditemukan pada individu yang naif setelah dosis kedua,” jelas para peneliti dalam laporan mereka.
“Mengubah kebijakan untuk memberi orang-orang ini hanya satu dosis vaksin tidak akan berdampak negatif pada titer antibodi mereka, menghindarkan mereka dari rasa sakit yang tidak perlu dan membebaskan banyak dosis vaksin yang sangat dibutuhkan.”
ADVERTISEMENT
Temuan ini juga didukung oleh studi lain, yang juga dirilis pada hari Senin (1/2) di MedRxiv, yang menemukan bahwa petugas kesehatan mantan pasien COVID-19 punya tingkat antibodi yang lebih tinggi setelah suntikan pertama ketimbang orang yang tidak pernah terinfeksi.

Urgensi: kurangnya pasokan vaksin corona

Perhatian utama para peneliti soal urgensi dua suntikan vaksin bagi mantan pasien COVID-19 terletak pada kurangnya pasokan vaksin corona hingga saat ini.
Jika benar tingkat antibodi mantan pasien COVID-19 yang disuntik vaksin satu dosis lebih tinggi daripada dua dosis vaksin yang dimiliki orang yang enggak pernah ketularan corona, maka kita bisa mengalokasikan dosis kedua mantan pasien COVID-19 itu kepada orang yang belum mendapatkan vaksin.
"Apa intinya? Ini (suntik vaksin corona dosis kedua untuk mantan pasien COVID-19) semacam suntikan yang sia-sia," kata Akiko Iwasaki, ahli imunobiologi di Universitas Yale, dalam sebuah wawancara kepada Insider.
ADVERTISEMENT
Vaksin corona yang tersedia memang mengharuskan dua kali suntik. Sebab, berdasarkan data uji klinis, sejumlah vaksin corona awal tak cukup memberikan tingkat antibodi yang kuat dengan hanya satu dosis. Jadi, diperlukan dosis kedua sebagai penguat yang umumnya dikenal sebagai 'dosis booster'.
Nah, menurut Jeremy Faust, seorang dokter pengobatan darurat di rumah sakit Brigham and Women di Massachusetts, AS, temuan studi sejauh ini menunjukkan kalau suntikan pertama vaksin corona bagi mantan pasien COVID-19 sudah berperan sebagai 'booster'. Sebab, mantan pasien COVID-19 sudah punya antibodi bawaan setelah terinfeksi corona.
"Dosis pertama akhirnya berfungsi sebagai booster," kata Faust. "Jika Anda telah terinfeksi, kemungkinan besar satu dosis akan sangat baik untuk cukup lama."
Ilustrasi obat virus corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Para ahli kesehatan sebenarnya sepakat bahwa mantan pasien COVID-19 tetap perlu diberikan vaksin. Sebab, antibodi bakal menghilang seiring waktu dan kita sampai sekarang tidak mengetahui secara pasti berapa lama mantan pasien COVID-19 bakal kebal dari virus corona.
ADVERTISEMENT
Namun, ketentuan pemberian vaksin corona bagi mantan pasien COVID-19 berbeda di tiap negara. Di Indonesia, pemerintah menganggap kebutuhan vaksin corona mantan pasien COVID-19 tidak mendesak. Tujuannya agar dosis vaksin corona yang tersedia saat ini, yang jumlahnya masih terbatas, dapat diberikan terlebih dahulu kepada orang yang belum memiliki antibodi natural seperti mereka yang belum pernah terinfeksi corona.

Masalah: Berapa lama antibodi akan menghilang? Bagaimana dengan vaksin lain?

Lantas, mengapa belum ada regulasi apapun secara global yang menegaskan mantan pasien corona hanya perlu suntik satu kali vaksin saja? Masalahnya adalah ketidakpastian soal berapa lama vaksin corona dapat memberikan kekebalan bagi manusia.
Sejauh ini, para peneliti belum memiliki kesepakatan soal berapa lama kekebalan dari vaksin dapat bertahan. Ketidakpastian ini adalah salah satu alasan para ahli ragu-ragu untuk menganjurkan apa pun selain standar dua dosis vaksin corona.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sudah ada dua negara yang menunda pemberian vaksin corona dosis kedua bagi mantan pasien COVID-19. Kedua negara tersebut adalah Inggris dan Kanada.
Meski demikian, kebijakan Inggris dan Kanada itu kemudian mendapat kritik dari para ilmuwan dari Universitas Princeton.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasi jurnal Science pada 9 Maret lalu, para ilmuwan Princeton menyebut bahwa menunda atau melewatkan dosis kedua bakal memberikan banyak tekanan pada dosis pertama untuk memberikan perlindungan kekebalan jangka panjang yang solid.
Para peneliti pun menyatakan keprihatinan mereka bahwa mengganti takaran dapat menyebabkan hasil yang "luas" di antara orang yang divaksinasi.
Selain masalah ketidakpastian berapa lama kekebalan vaksin corona tersedia, sejauh ini belum banyak penyelidikan soal urgensi suntik dosis kedua bagi mantan pasien corona dengan menggunakan vaksin lain.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan kumparanSAINS, studi yang membahas urgensi dosis kedua vaksin corona bagi mantan pasien COVID-19 umumnya hanya menguji vaksin Pfizer dan Moderna. Artinya, kita tidak tahu hasilnya jika pakai vaksin lain, seperti Coronavac buatan Sinovac, yang sejauh ini mendominasi vaksinasi corona di Indonesia.