Masjid Kuno Ditemukan, Dibangun Tak Lama Nabi Muhammad Wafat

4 Februari 2021 10:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara 2014 ini menunjukkan situs Masjid Al-Juma (Jumat) di Tiberias, Israel utara. Foto: NTEP / David Silverman dan Yuval Nadel melalui AP
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara 2014 ini menunjukkan situs Masjid Al-Juma (Jumat) di Tiberias, Israel utara. Foto: NTEP / David Silverman dan Yuval Nadel melalui AP
ADVERTISEMENT
Para arkeolog baru saja menemukan sisa-sisa salah satu masjid pertama di dunia yang terletak di Tiberias, Israel. Menurut analisis terhadap fondasinya, para peneliti memprediksi bangunan yang disebut Masjid Al-Juma ini dibangun satu generasi setelah Nabi Muhammad wafat.
ADVERTISEMENT
Peneliti bilang, masjid tersebut merupakan salah satu masjid paling kuno yang pernah ditemukan oleh arkeolog. Ia merupakan salah satu masjid tua yang usianya sepantaran dengan Masjid Nabawi di Madinah (Arab Saudi), Masjid Agung Damaskus (Suriah), dan Masjid Al-Aqsa Yerusalem.
“Kami tahu tentang banyak masjid awal yang didirikan tepat pada awal periode Islam,” kata Katia Cytryn-Silverman, seorang spesialis arkeologi Islam di Universitas Ibrani, Israel, yang memimpin penggalian, kepada Associated Press.
Penggalian sejumlah situs arkeologi di sekitar kota Tiberias sebenarnya telah dimulai sejak seabad yang lalu. Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti berhasil menemukan sejumlah bangunan monumental di kota kuno tersebut.
Dr. Katia Cytryn-Silverman, seorang arkeolog dari The Hebrew University of Jerusalem, berpose di situs Masjid Al-Juma (Jumat), di Tiberias, Israel utara. Foto: Maya Alleruzzo/AP Photo
Beberapa monumen bersejarah yang peneliti temukan di kota ini di antaranya adalah teater Romawi dan sebuah gereja Bizantium. Meski demikian, sebenarnya masih banyak bangunan monumental lain yang tidak bisa peneliti gali, karena terletak di bawah rumah ibadah.
ADVERTISEMENT
"Tidak mungkin untuk menggali situs-situs itu, karena mereka umumnya terletak di bawah masjid yang masih digunakan," ucap Cytryn-Silverman, seperti dikutip Live Science. "Di sini, di Tiberias, kami mendapat kesempatan luar biasa untuk menggali situs dan meneliti apa yang ada di bawahnya."
Adapun penggalian awal di situs masjid yang para ilmuwan teliti telah dimulai dari tahun 1950-an. Pada awalnya, para peneliti saat itu menduga bahwa bangunan itu adalah pasar Bizantium.
Namun, ketika pandemi virus corona muncul sejak tahun lalu, para peneliti sempat menghentikan penggalian mereka di situs itu. Akibatnya, rumput, tumbuhan dan gulma tumbuh subur di atas reruntuhan situs arkeologi tersebut.
Pada Februari 2021, Universitas Ibrani dan Institut Arkeologi Protestan Jerman memulai kembali penggalian mereka di sana. Nah, ketika tim penelitian Cytryn-Silverman menggali lebih dalam di bawah lantai situs tersebut, dia berhasil menemukan petunjuk kalau bangunan tersebut adalah masjid kuno dan waktu ia dibangun.
Foto udara tahun 2013 ini menunjukkan situs Masjid Al-Juma (Jumat) di Tiberias, Israel utara. Foto: NTEP / David Silverman dan Yuval Nadel melalui AP
Dalam penggaliannya, Cytryn-Silverman menyadari bahwa situs arkeologi tersebut sebagai masjid dari fondasinya. “Saya menyadari fondasi dari 'pasar tertutup' itu sangat mirip dengan Masjid Agung Damaskus awal abad kedelapan, yang masih berdiri," kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia juga menemukan koin dan keramik yang terletak di antara dasar fondasi masjid, yang membantu penanggalan bangunan tersebut berdiri sejak 660-680 M. Dimensi bangunan, denah lantai berpilar, dan kiblat sholat di masjid itu pun sangat mirip dengan masjid lain pada masa itu.
Dengan demikian, masjid kuno itu dibangun beberapa dekade setelah kota Tiberias ditaklukkan Muslim pada 635. Sejak berdiri pada abad pertama Masehi, kota ini merupakan pusat utama kehidupan dan pendidikan umat Yahudi selama hampir lima abad. Ia juga rumah bagi salah satu situs suci Kristen yang menghiasi garis pantai Laut Galilea, yang membentang di sebelah barat kota tersebut.
Cytryn-Silverman mengatakan, penggalian masjid di Siberia memungkinkan kesempatan langka untuk mempelajari arsitektur rumah ibadah umat Muslim pada masa pertumbuhan awal. Ia juga menyebut, bangunan ini menunjukkan toleransi para pemimpin Islam awal terhadap agama lain pada waktu itu.
Batu-batu dari fondasi Masjid he Al-Juma (Jumat) di Tiberias, Israel utara. Foto: Maya Alleruzzo/AP Photo
Menurut Cytryn-Silverman, masjid tersebut berdiri berdampingan dengan sinagoga dan gereja Bizantium setempat. Gereja sendiri merupakan rumah ibadah yang lebih mendominasi kota tersebut, menurut Cytryn-Silverman, setidaknya hingga abad ke-8 M.
ADVERTISEMENT
Fase paling awal dari masjid ini "lebih rendah hati" daripada struktur yang lebih besar dan megah yang menggantikannya setengah abad kemudian, kata Cytryn-Silverman.
"Jadi temuan kami, yang mengajarkan bahwa pada tahap pertama masjid adalah struktur yang lebih sederhana dan sederhana dibandingkan dengan rumah ibadah di dekatnya, menunjukkan bahwa islamisasi kota itu bertahap, bahwa penguasa baru toleran, dan bahwa yang baru agama disesuaikan dengan dinamika agama lain,” kata dia.
Dengan penemuan ini, Cytryn-Silverman tidak sepakat dengan pendapat bahwa ada proses penaklukan, perusakan, dan kehancuran ketika pendudukan Islam di Tiberias.
Di kaki Gunung Bernice, bebatuan dari Masjid Al-Juma (Jumat) terlihat melalui tumbuhan yang tumbuh subur, di Tiberias, Israel utara. Foto: Maya Alleruzzo/AP Photo
Dia mengatakan, temuannya mendukung gagasan bahwa para penguasa Muslim awal, yang memerintah sebagian besar populasi non-Muslim, mengadopsi pendekatan toleran terhadap agama lain, memungkinkan "zaman keemasan" di mana masyarakat berbeda agama hidup berdampingan.
ADVERTISEMENT
“Anda lihat bahwa permulaan pemerintahan Islam di sini sangat menghormati penduduk yang merupakan penduduk utama kota: Kristen, Yahudi, Samaria,” kata Cytryn-Silverman.
“Mereka tidak tergesa-gesa mengungkapkan keberadaan mereka ke dalam gedung. Mereka tidak menghancurkan rumah doa orang lain, tetapi mereka benar-benar menyesuaikan diri dengan masyarakat yang mereka pimpin sekarang.”