Masker Ventilasi dan Face Shield Tak Efektif Cegah Corona, Ini Buktinya

3 September 2020 10:42 WIB
Tim Paskibaraka Kota Bandung melakukan latihan menggunakan masker dan pelindung wajah di Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (9/8). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Tim Paskibaraka Kota Bandung melakukan latihan menggunakan masker dan pelindung wajah di Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (9/8). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian menunjukkan efektivitas antara face shield dengan masker ventilasi untuk mencegah penularan virus corona. Video hasil riset membuktikan, droplet yang keluar dari mulut masih bisa menyebar melewati kedua alat kesehatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Face shield dan masker yang memiliki katup memang jadi dua alat kesehatan yang paling sering ditemui di tengah pandemi COVID-19. Penggunaan alat kesehatan memang menjadi penting untuk mencegah penularan virus lewat droplet.
Namun, sebuah penelitian dari Florida Atlantic University menunjukkan bahwa face shield dan masker berventilasi ternyata kurang ampuh menahan penyebaran droplet. Meski awalnya tertahan, face shield yang memiliki banyak ruang terbuka membuat butiran liur kecil mudah menyebar.
Visualisasi tersebut tergambar dengan jelas pada sebuah video yang dirilis oleh peneliti. Riset ini kemudian dipublikasikan pada jurnal Physics of Fluid beberapa hari lalu.
Simulasi pada penelitian ini mengindikasikan bahwa face shield dan masker yang memiliki katup pernapasan tidak seefektif masker wajah dalam pencegahan penyebaran droplet yang teraerosoliasi.
ADVERTISEMENT
Face shield dan masker yang diberikan lubang memang lebih nyaman dikenakan. Alat semacam itu disebut membuat penggunanya merasa nyaman karena lebih mudah bernapas. Selain itu, pengguna juga dengan mudah dapat memperlihatkan ekspresi wajahnya.
Namun, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat tidak merekomendasikan penggunaan alat tersebut sebagai alternatif masker kain atau masker medis.
Peneliti menyimulasikan batuk menggunakan sebuah manekin dan alat penghasil kabut. Kemudian, sinar laser digunakan agar uap yang dihasilkan dapat terlihat dengan jelas.
Penggunaan face shield di era new normal. Foto: Shutterstock
Terlihat bagaimana pengguna face shield dapat mencegah droplet menyebar ketika batuk terjadi. Namun, droplet berukuran kecil kemudian dapat terbang hingga sejauh hampir satu meter. Penyebaran ini terpantau terjadi ke segala arah. Sementara pada simulasi kedua, masker berkatup pernapasan diuji. Hasilnya, droplet meluncur ke arah bawah lewat katup pernapasan tersebut. Tak lama, droplet terlihat terbang ke segala arah.
ADVERTISEMENT
Penelitian juga menguji dua buah masker medis yang tersedia di pasaran. Salah satu dari keduanya dilaporkan tidak secara efektif mencegah penyebaran droplet ketika disimulasikan.
“Hal ini mengindikasikan bahkan di antara masker yang tersedia secara komersial, yang terlihat mirip, terdapat beberapa perbedaan mendasar pada kualitas dan tipenya,” ungkap peneliti.
Petugas KPPS mengenakan alat pelindung wajah (face shield) saat simulasi pemungutan suara pemilihan serentak 2020 di Jakarta. Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
Dilansir dari Live Science, masker berlubang atau berkatup sebenarnya dibuat bagi pekerja konstruksi. Fungsinya adalah agar pengguna dapat menghirup udara yang telah tersaring dari debu konstruksi.
Sementara untuk face shield, ilmuwan menyatakan bahwa belum ada cukup bukti untuk menyatakan bahwa face shield dapat secara efektif mencegah penyebaran butiran liur.
“Bahkan masker yang terbaik juga memiliki tingkatan kebocoran,” ujar peneliti dari Florida Atlantic University, Siddharta Verma. "Jadi, masih menjadi penting untuk menjaga physical distancing ketika menggunakan (masker) untuk mencegah transmisi (virus corona)."
ADVERTISEMENT
(EDR)