news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Masyarakat Maluku Harus Bisa Evakuasi Mandiri Saat Gempa Dekat Laut

26 Maret 2019 19:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Tobololo, Maluku Utara Foto: Flickr / farih setta aji
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Tobololo, Maluku Utara Foto: Flickr / farih setta aji
ADVERTISEMENT
Provinsi Maluku rawan dilanda tsunami sehingga masyarakat di sana dituntut mampu melakukan evakuasi mandiri saat terjadi gempa di dekat laut karena bisa memicu tsunami. Pasalnya, sejumlah skenario pemodelan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkiraan waktu tiba tsunami di pantai sangatlah cepat, kurang dari lima menit setelah terjadi gempa.
ADVERTISEMENT
"Golden time yang dimiliki untuk evakuasi sangat sempit, bahkan ada wilayah yang diperkirakan kurang dari dua menit tsunami telah datang," ungkap Kepala BMKG saat membuka Sekolah Lapang Geofisika (SLG) di Kabupaten Maluku Tengah, Senin (25/3), sebagaimana dikutip dari siaran pers BMKG yang diterima kumparan, Selasa (26/3).
Oleh karena itu, kata Dwikorita, upaya satu-satunya yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan evakuasi secara mandiri. Dwikorita meminta masyarakat untuk tidak menunggu peringatan dini dari BMKG maupun pemerintah daerah setempat lantaran hanya akan mengurangi golden time yang sudah sedemikian sempit.
Waktu dikeluarkannya peringatan dini sekitar 5 menit, sementara golden time yang dimiliki kurang dari 5 menit. "Jadi apabila saat di pantai atau dekat laut masyarakat merasakan gempa kuat, segera saja lari menuju tempat-tempat yang tinggi. Bisa perbukitan maupun gedung-gedung tinggi yang kokoh. Sangat berisiko jika masyarakat yang bermukim di wilayah pantai hanya mengandalkan sistem peringatan dini tsunami," ujarnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Dwikorita memaparkan, di Maluku sedikitnya terdapat lima zona sumber gempa tektonik yang dapat membangkitkan tsunami yaitu Zona Subduksi Lempeng Laut Maluku, Zona Subduksi Utara Seram, Zona Sesar Naik Selatan Seram, Zona Subduksi Banda dan Weber Deep, dan Zona Greben Aru. Namun penyebab tsunami di Maluku tidak hanya bisa dipicu oleh gempa bumi tektonik, tapi juga oleh erupsi gunung api dan longsoran bawah laut.
ADVERTISEMENT
Provinsi Maluku, lanjut Dwikorita, memiliki sejarah cukup panjang dalam hal tsunami. Di wilayah Ambon saja sedikitnya telah terjadi lebih dari 50 kali tsunami dengan berbagai intensitas dan penyebab. Salah satu tsunami besar yang tercatat yakni yang terjadi pada tahun 1674 yang menewaskan 2.322 orang di Ambon dan Seram. Tinggi gelombang tsunami yang menerjang saat itu diperkirakan mencapai 80 meter.
"Apakah tsunami harus dibangkitkan oleh gempa kuat? Tidak. Tsunami yang terjadi di Selat Sunda beberapa waktu lalu, juga bisa terjadi di Maluku. Tsunami Selat Sunda itu tidak diawali dengan gempa kuat atau gempa tektonik. Begitu juga dengan tsunami yang terjadi di Palu merupakan tsunami cepat, yang datang lebih cepat dari peringatan dini yang diberikan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan evakuasi mandiri, tambah Dwikorita, masyarakat harus terus berlatih dan memahami jalur-jalur evakuasi yang bisa dilalui saat terjadi tsunami.
Ilustrasi tsunami Foto: Pixabay
Tahu Apa yang Harus Dilakukan Saat Gempa dan Tsunami
Salah satu upaya yang dilakukan BMKG untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menghadapi gempa dan tsunami adalah dengan menggalakkan SLG.
SLG yang diadakan di Kabupaten Maluku Tengah ini misalnya, mengambil tema "Manggurebe Membangun Budaya Tanggap Gempabumi dan Tsunami". Kegiatan diikuti kurang lebih 70 peserta yang terdiri dari berbagai unsur antara lain BPBD, masyarakat, akademisi, aparat keamanan, dan jurnalis.
Melalui SLG tersebut seluruh peserta diharapkan memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap potensi gempa dan tsunami yang berada di wilayahnya. Dengan begitu, kesiapsiagaan semua pihak terhadap bencana gempabumi dan tsunami dapat lebih meningkat.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengatakan kegiatan ini terutama bertujuan untuk menguatkan peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI/Polri, dan pemangku kepentingan lainnya di daerah agar lebih memahami informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, dan dapat memberikan arahan evakuasi yang tepat kepada masyarakat.
"Sehingga saat terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, para pemangku kepentingan sudah mengerti apa yang harus dilakukan tanpa harus meraba-raba kembali," ujar Sadly.