Mengapa Mudik Sangat Berbahaya di Tengah Wabah COVID-19?

1 April 2020 17:26 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon penumpang bersiap menaiki bus Antar Kota Antar Provinsi di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Minggu (29/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Calon penumpang bersiap menaiki bus Antar Kota Antar Provinsi di Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Minggu (29/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Total kasus COVID-19 di Indonesia terus melesat, data terbaru mencatat pasien positif mencapai 1.677 orang per Rabu (1/4). Jubir penanganan COVID-19 Indonesia, Achmad Yurianto, menyebut ada menambahkan 149 kasus konfirmasi positif dari jumlah sebelumnya.
ADVERTISEMENT
DKI Jakarta masih menjadi titik terparah dengan total 794 kasus. Pemerintah juga secara bertahap melakukan rapid test massal untuk mempercepat deteksi kasus positif. Imbauan untuk menerapkan physical distancing atau menjaga jarak minimal 1 meter juga terus digaungkan.
Jaga jarak ini menjadi sangat krusial dalam upaya menekan laju pertumbuhan kasus. Virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 bersifat sangat cepat menular. Kelalaian dalam menjaga jarak berpotensi membuka sumber-sumber penularan baru.
Sejumlah bus terparkir di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Senin (30/3/2020). Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Mendekati momen Ramadan, Yuri juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudik atau pulang kampung. Pergerakan massa besar-besaran dikhawatirkan dapat membuat penyebaran virus menjadi semakin tak terkendali.
“Kita tahu bahwa Ramadan sebentar lagi akan kita hadapi, sudah barang tentu bahwa kita rindu untuk bisa pulang kampung halaman. Namun yang lebih penting, mari kita jaga kampung halaman kita tetap sehat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak melakukan perjalanan jauh, sebaiknya tidak melakukan mudik,” ujar Yuri dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Rabu (1/4).
ADVERTISEMENT
“Kita sadari bahwa virus ini berpindah karena dibawa oleh manusia oleh karena itu, pergerakan manusia yang tidak terkendali, ini akan menimbulkan permasalahan,” lanjutnya.
Penyakit COVID-19 memang tergolong highly infectious atau sangat menular. Seorang profesor kedokteran di University College London, Dr. Hugh Montgomery, menjelaskan virus corona dapat menular dari satu orang ke ribuan orang lainnya. Jauh melampaui kemampuan virus flu musiman biasa.
"Jika saya sakit flu yang normal, saya akan menginfeksi rata-rata 1,3 atau 1,4 orang. Dan jika 1,3 orang itu menularkan ke yang lain, maka itu tahap kedua. Jika terjadi selama 10 kali, saya bertanggung jawab menularkan pada sekitar 14 kasus flu," jelasnya, seperti dikutip The Independent.
ADVERTISEMENT
Sedangkan orang yang positif COVID-19 bisa menularkan virus corona ke tiga orang sekaligus. Jika hal itu terus terjadi, kasus positif bisa naik berkali-kali lipat, bahkan bisa mencapai ribuan orang tertular.
"Virus corona ini sangat menginfeksi sehingga tiap orang menularkan ke tiga lainnya. Kelihatannya tidak banyak perbedaan, tapi jika tiga yang tertular, itu menularkan ke masing-masing tiga, dan terjadi 10 kali, maka saya bertanggung jawab menginfeksi 59 ribu orang," jelasnya.
Tak pelak, aktivitas perjalanan jauh, apalagi dengan transportasi umum, akan sangat berbahaya di tengah situasi pandemi seperti ini. Pengetatan kebijakan sangat perlu ditegaskan untuk mencegah terjadinya gelombang mudik.
Suasana Terminal Kedatangan Internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Apalagi, hanya 3 pekan lagi sebelum sampai pada Ramadhan (kemungkinan jatuh pada 23 April) dan Idul Fitri (23 Mei) sebulan selanjutnya. Tanpa intervensi yang dengan tegas melarang mudik, orang-orang yang masih bandel bepergian keluar wilayahnya berisiko besar menyebarkan virus ke seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Indonesia bisa belajar dari Wuhan, titik nol penyebaran virus corona. Otoritas Wuhan baru menyegel kota yang jadi pusat perdagangan di China itu mulai 23 Januari, 13 hari setelah arus migrasi Liburan Tahun Baru Imlek dimulai. Sebelum efektifnya larangan bagi siapun untuk keluar-masuk Wuhan, Wali Kota Zhou Xianwang, menyebut 5 juta orang telah meninggalkan kota sehingga pergerakannya sulit terdeteksi.
Khusus untuk penerbangan internasional yang berangkat dari Wuhan dalam rentang 30 Desember 2019-22 Januari 2020, tercatat 26.674 penumpang terbang menuju ke Thailand, 10.680 penumpang terbang ke Singapura, 15.352 penumpang terbang ke Jepang, 7.078 penumpang terbang ke Hong Kong, 6.430 penumpang terbang ke Korea Selatan, 6.145 penumpang terbang ke Makau, dan 6.048 penumpang menuju Malaysia.
ADVERTISEMENT
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!