SQ- Polemik obat corona klorokuin

Mengenal Avigan dan Klorokuin, Obat untuk Pasien Virus Corona di Indonesia

20 Maret 2020 17:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polemik obat corona. Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Polemik obat corona. Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
Penularan virus coronna SARS-CoV-2 di Indonesia kian meluas. Jumat (20/3), jumlah kasus positif virus corona di Indonesia menembus angka 369, dengan 17 orang berhasil sembuh dan 32 orang meninggal.
Presiden Joko Widodo mengungkap pemerintah telah menyiapkan dua obat yang akan dipakai untuk perawatan pasien COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2. Kedua obat itu adalah Avigan dan Klorokuin.
Pertimbangan Jokowi menggunakan kedua obat itu ia katakan berdasarkan hasil riset dan pengalaman beberapa negara.
Presiden Jokowi memberikan keterangan pers terkait COVID-19 di Istana Bogor, Senin (16/3). Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak
“Obat tersebut akan sampai kepada pasien yang membutuhkan dari dokter keliling rumah ke rumah, melalui rumah sakit, dan puskesmas dari kawasan yang terinfeksi,” ujar Jokowi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jumat (20/3).
Ia mengatakan, BUMN farmasi ditugaskan memproduksi obat tersebut secara massal. Pada pengadaan obat gelombang pertama ini, Jokowi menyebut baru 5.000 unit Avigan yang sudah siap digunakan. Sedangkan sisanya sedang dalam proses pemesanan, yakni 2 juta unit Avigan dan 3 juta unit Klorokuin.

Avigan

Avigan. Foto: Shutter Stock
Avigan dikenal juga dengan nama Favipiravir. Obat ini dikembangkan oleh perusahaan asal Jepang, Fujifilm Toyama Chemical, sebagai obat anti-influenza sejak 2014 silam. Otoritas Kesehatan China mengklaim Avigan secara efektif bisa mengobati pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.
Terkait hal itu, Fujifilm Toyama Chemical selaku produsen obat enggan memberikan komentar. Meski demikian, sejak diumumkannya Avigan sebagai obat yang bisa menyembuhkan pasien COVID-19 di China, saham perusahaan Fujifilm langsung melesat naik hingga 14,7 persen dengan pencapaian 5.207 yen.
Dokter di Jepang juga telah menggunakan obat yang sama dalam studi klinis pada pasien virus corona dengan gejala ringan hingga sedang, berharap apa yang diklaim China benar-benar terjadi dan bisa mencegah virus berkembang biak di tubuh pasien.
Obat-obatan. Foto: Shutterstock
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan bahwa obat Avigan tidak efektif mengobati pasien COVID-19 dengan gejala kronis.
“Kami telah memberi favipiravir pada 70 hingga 80 pasien, tetapi tampaknya tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda,” ujar juru bicara Kemenkes Jepang, kepada Mainichi Shimbun.
Klaim keampuhan Avigan dalam menyembuhkan pasien COVID-19 bermula saat uji klinis terhadap 340 pasien di rumah sakit Wuhan dan Shenzhen. Pasien positif dinyatakan sembuh empat hari setelah diberikan obat anti-influenza tersebut. Sedangkan pasien yang tidak diberikan Avigan, rata-rata membutuhkan 11 hari sampai akhirnya dinyatakan negatif virus corona.
Warga bermasker di Jepang. Foto: Shutterstock
“Ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam perawatan,” kata Zhang Xinmin, Direktur Pusat Nasional untuk Pengembangan Bioteknologi China, dalam konferensi pers di Beijing, China, Selasa (17/3), seperti dikutip dari The Guardian.
Selain itu, hasil sinar-X menunjukkan adanya peningkatan kondisi paru-paru pasien yang diobati dengan Avigan, peningkatannya mencapai 91 persen. Sedangkan mereka yang tidak diobati Avigan , hanya mengalami peningkatan sekitar 62 persen.

Klorokuin

Klorokuin. Foto: Shutterstock
Nama Klorokuin Fosfat sempat menjadi kontroversi, setelah beredarnya pesan WhatsApp di Nigeria bahwa Klorokuin bisa dipakai untuk mengobati virus corona SARS-CoV-2.
Pesan WhatsApp itu disertai dengan gambar satu boks berisi tablet Klorokuin. Pengirim pesan mengatakan, dokter merekomendasikan orang untuk mengonsumsi 500 mg klorokuin fosfat selama delapan hari untuk menyembuhkan virus corona.
Kabar tersebut adalah hoaks. Janet Diaz, kepala perawatan klinis dalam Program Emergensi WHO, membantah kalau Klorokuin ampuh menyembuhkan pasien COVID-19. Bantahan ini disampaikan dalam konferensi pers pada 20 Februari lalu.
"Untuk Klorokuin, tidak ada bukti bahwa itu adalah pengobatan (COVID-19) yang efektif saat ini," kata Diaz, seperti yang dilaporkan AFP.
Obat chloroquine phosphate. Foto: Joeguauk Goa via Flickr
Tak hanya itu, anjuran mengonsumsi Klorokuin 500 mg selama delapan hari juga berbahaya. Menurut Goke Akinrogunde, Direktur Klinis di GTAK Health Clinic di Lagos, Nigeria, takaran 500 mg selama delapan hari dapat menyebabkan overdosis. Bahkan, ketika obat itu masih digunakan untuk menyembuhkan malaria di Nigeria, durasi konsumsi obat hanya berlangsung selama tiga hari.
Bahkan, Klorokuin sudah dilarang beredar di Nigeria sejak tahun 2005. Pelarangan obat tersebut dibuat setelah WHO memperingatkan tingkat kegagalan obat yang tinggi dan temuan kasus resistensi obat di sejumlah negara.
Namun, nyatanya Klorokuin diyakini juga bisa membantu penyembuhan pasien virus corona. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi salah satu sosok yang mendukung penggunaan Klorokuin sebagai perawatan pasien COVID-19.
Padahal, Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan (Food and Drug Administration/FDA) AS, belum memberikan izin untuk obat Klorokuin dalam menangani virus corona. FDA saat ini masih melakukan pengujian terhadap Klorokuin.
***
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk membantu pencegahan penyebaran coronavirus COVID-19. Yuk, bantu donasi sekarang!
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten