Mengenal Kelinci Belang Sumatra Super Langka yang Nyaris Dijual Online

18 Agustus 2021 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kelinci belang Sumatera.  Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelinci belang Sumatera. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, kelinci belang Sumatra nyaris dijual online di media sosial Facebook oleh seorang petani. Pasalnya, kelinci asli Indonesia ini masuk sebagai hewan paling langka di dunia yang populasinya terus menurun.
ADVERTISEMENT
Beruntung, tak lama setelah posting-an penjualan kelinci belang itu muncul di Facebook, komunitas konservasi, Fauna & Flora International (FFI), dan petugas Taman Nasional Kerinci Seblat bergerak cepat melacak penjual dan menyelamatkan hewan langka yang tak ternilai harganya.
Kelinci itu berhasil diselamatkan saat petugas bertemu dengan si penjual. Menurut pengakuannya, ia menangkap kelinci secara kebetulan di tepi sungai yang baru diterjang banjir deras. Kelinci itu mengalami luka ringan di bagian panggulnya, kemungkinan karena dampak dari banjir bandang.
“Begitu petani yang menangkap kelinci ini mengerti kelangkaannya, dia senang melihatnya kembali ke taman nasional,” kata Deborah Martyr, seorang manajer program Fauna & Flora International (FFI), seperti dikutip Channel News Asia.
Kelinci dengan nama ilmiah Nesolagus netscheri, yang juga dikenal sebagai kelinci Sumatra telinga pendek atau kelinci belang Sumatra, adalah jenis kelinci liar yang hanya bisa ditemukan di hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan dan Kerinci Seblat, Sumatra, Indonesia. N. netscheri diyakini sebagai satu-satunya ras kelinci asli Indonesia.
Kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri). Foto: Jeremy Holden/Fauna and Flora International.
Kelinci belang Sumatra pertama kali dideskripsikan pada 1880, ditemukan di Daratan Tinggi Padang Sumatra Barat. Saking langkanya, penampakan dari kelinci belang ini hanya terjadi beberapa kali saja, dapat dihitung dengan jari.
ADVERTISEMENT
Selain super langka, laporan tentang spesies N. netscheri menunjukkan bahwa populasinya sangat terbatas. Hewan endemik pulau Sumatra ini sendiri hidup di hutan hujan di ketinggian 600 hingga 1.600 mdpl.
Kelinci belang Sumatra punya panjang kepala sampai tubuh berkisar antara 350 hingga 400 mm. Panjang ekor sekitar 15 mm. Warna bagian belakang tubuh abu-abu kekuningan, dengan garis-garis coklat mencolok, termasuk garis tengah punggung dari bahu ke pantat, pola wajah, kaki, dan tubuh. Pantat dan ekornya berwarna merah cerah dan bagian bawahnya berwarna putih.
Ciri yang paling khas dari kelinci belang Sumatra adalah telinganya yang lebih pendek dari kelinci pada umumnya. Mereka adalah hewan nokturnal, alias lebih aktif di malam hari. Ia beristirahat pada siang hari di liang yang digali oleh hewan lain.
ADVERTISEMENT
Sama seperti kelinci pada umumnya, kelinci belang Sumatra adalah herbivora, pemakan tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian. Yang perlu diketahui, sangat sedikit informasi yang menjelaskan seluk beluk hewan langka ini sehingga status kelinci belang Sumatra cukup sulit ditentukan.
Kelinci belang sumatera (Nesolagus netscheri). Foto: Dok. Taman Nasional Kerinci Seblat
Spesies kelinci belang dimasukkan sebagai Terancam Punah pada 1994. Statusnya berubah menjadi Sangat Terancam Punah pada 1996, dan masuk kategori Rentan pada 2008. Perubahan status yang membingungkan ini menandakan bahwa informasi tentang ekologi spesies yang bertahan selama ini sangat sedikit.
Ancaman paling nyata yang dihadapi kelinci belang Sumatra adalah hilangnya habitat dan degradasi dalam skala besar di seluruh pulau Sumatra. Karena mereka merupakan spesies yang bergantung pada hutan, dengan demikian alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian merupakan ancaman yang besar. Dari 1990 sampai 2010, Sumatra diperkirakan kehilangan 7,54 juta hektare hutan primer, kira-kira 70 persen dari total tutupan hutan di sana.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Taman Nasional Bukit Barisan dan Kerinci Seblat terus mengalami deforestasi. Kawasan lindung di Sumatra juga semakin terisolasi satu sama lain oleh hilangnya habitat dan pembangunan, menimbulkan masalah fragmentasi populasi jika konektivitas di sepanjang pegunungan Barisan hilang.
Tidak ada bukti perburuan menjadi ancaman bagi kelinci belang Sumatra, karena kemungkinan karena mereka sulit ditemukan dan ditangkap. Penduduk setempat juga melaporkan daging kelinci ini punya rasa tidak enak. Ini pula yang mungkin menjadi alasan kenapa kelinci ini tidak diburu. Namun, mereka mungkin rentan terkena jebakan yang dipasang oleh penduduk.