news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal Sensing Self, Startup Orang Indonesia Pencipta Alat Tes COVID-19

2 April 2020 17:24 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapid test COVID-19 buatan Sensing Self, produsen alat kesehatan yang salah satu pendirinya adalah WNI bernama Santo Purnama. Foto: Dok. Sensing Self
zoom-in-whitePerbesar
Rapid test COVID-19 buatan Sensing Self, produsen alat kesehatan yang salah satu pendirinya adalah WNI bernama Santo Purnama. Foto: Dok. Sensing Self
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Santo Purnama dalam membuat alat tes cepat virus corona COVID-19 seharga Rp 160.000 tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Sensing Self, startup bioteknologi yang dia dirikan. Melalui startup tersebut, dia bekerja sama dengan sejumlah ilmuwan di China dan Hong Kong untuk mengembangkan alat tes tersebut.
ADVERTISEMENT
Sensing Self didirikan oleh Santo, bersama Shripal Gandhi, pada 2016 lalu. Saat ini, perusahaan yang berkantor pusat di Singapura itu telah memiliki lebih dari 20 staf dengan 6 di antaranya adalah ilmuwan.
Santo menjelaskan, Sensing Self fokus kepada peralatan deteksi penyakit secara mandiri. Startup-nya disebut sedang mengembangkan aplikasi yang dapat mengecek 14 markers atau acuan kondisi kesehatan pengguna, mulai dari kadar gula darah hingga tingkat keasaman tubuh. Alat yang mereka produksi didesain untuk mengecek kesehatan manusia lewat darah, air seni, maupun air liur.
“Sensing Self itu tujuannya kita bikin alat medis untuk bisa dipakai di berbagai kalangan untuk mendeteksi penyakit sendiri. Jadi salah satunya untuk deteksi dini,” kata Santo, ketika dihubungi kumparan, Rabu (1/4).
Rapid test Sensing Self. Foto: YouTube/Sensing Self
“Sekarang ini kita masih mengembangkan aplikasi, dalam waktu dekat akan dirilis. Karena ada masalah COVID-19 ini, sekarang kita tiba-tiba harus mengalihkan fokus ke COVID-19. Karena kita merasa COVID-19 itu sangat penting dan kita harus membantu sebanyak mungkin orang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pria lulusan Stanford University dan Purdue University di bidang ilmu komputer itu menjelaskan, Sensing Self dalam sehari dapat memproduksi 500.000 alat tes kesehatan COVID-19, termasuk alat rapid test yang mengambil sampel darah. Jumlah produksinya bakal ditingkatkan menjadi 600.000 unit per hari karena permintaan yang sangat tinggi.
Alat tes COVID-19 yang mengambil sampel darah buatan Sensing Self saat ini telah digunakan di AS, India, kawasan Eropa termasuk Italia, Spanyol, Jerman, Inggris, Swiss, Republik Ceko. Pemesanan juga mulai datang dari kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam, dan Thailand.
Alat ini kerap disebut alat rapid test COVID-19, karena harganya yang murah, dan bisa mengeluarkan hasil pemeriksaan dalam 10 menit. Meski hasilnya keluar secara instan, tes ini masih berbasis serologi, yakni pengidentifikasian virus berdasarkan antibodi yang terbentuk dalam tubuh setelah terinfeksi virus. Pada orang yang terinfeksi virus kurang dari seminggu, respons imun tubuh belum terbentuk.
ADVERTISEMENT
“Pertama kali kami jualnya di negara-negara Eropa, karena mereka yang parah. Masalah COVID-19 ini tidak berhenti, tetapi malah jadi lebih besar. Kemudian kita mulai masuk ke negara yang berkembang. Soalnya negara berkembang itu memerlukan alat tes yang lebih murah,” ungkap Santo.
Rapid test Sensing Self. Foto: YouTube/Sensing Self
Selain memproduksi alat tes COVID-19 yang mengambil sampel darah, Sensing Self juga punya alat tes COVID-19 yang mengambil sampel cairan pernapasan lalu memanfaatkan metode molekuler alias PCR (Polymerase Chain Reaction). Alat ini dibanderol sekitar Rp 1,2 juta.
Alat tes PCR disebut lebih akurat karena menggunakan spesimen swab tenggorokan.
“PCR itu harganya sekitar 75 atau 100 dolar AS per tes dan waktunya itu perlu 1-2 hari untuk dapat hasilnya. Bayangkan 75 dolar per tes, bagaimana bisa dimasukkan ke Indonesia? Mungkin untuk sebagian orang saja yang bisa dites, tetapi untuk khalayak luas susah soalnya harganya mahal sekali,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Santo menjelaskan, pada awal wabah virus corona, pihaknya menjual alat tes COVID-19 yang mengambil sampel darah dengan harga 20 dolar AS. Mereka menjual alat tersebut di Eropa.
Ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menaikkan status virus corona sebagai pandemi, Sensing Self menurunkan harga jual tersebut di kisaran Rp 160.000 atau 10 dolar AS agar lebih banyak negara yang dapat melakukan rapid test. Santo mengklaim, Sensing Self tak mendapat untung dengan harga baru tersebut.
Alat rapid test buatan Sensing Self. Foto: Dok. Sensing Self
Alat tes COVID-19 dari Sensing Self sendiri belum mendapatkan izin edar dari pemerintah Indonesia. Meski demikian, alat rapid test Sensing Self telah mendapatkan izin edar dari Conformitè Europëenne (CE), sebuah sertifikat barang yang aman dipakai untuk pasar Eropa. Ia juga boleh dipakai di India setelah National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research mengizinkannya, serta telah disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat oleh badan pengawas obat dan makanan setempat (Food and Drug Administration/FDA).
ADVERTISEMENT
“Saya mulai masuk ke Indonesia banyak halangan. Pertama, halangan dari pemerintah. Kami mau pemerintah merestui produk ini. Kami enggak mau jual produk yang tidak direstui,” kata Santo. “Inilah yang bikin saya ingin sekali mendorong pemerintah untuk bertindak cepat.”
Selain alat tes COVID-19 yang berbasis sampel darah dan PCR, Santo dan tim juga tengah mengembangkan tes asam nukleat (nucleic acid test) untuk mendeteksi infeksi COVID-19 sedini mungkin dan akan dibanderol dengan harga terjangkau. Hasil tesnya diklaim mampu mendeteksi dengan akurasi hingga 99 persen pada hari pertama mereka terpapar virus corona.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT