Mengenang Katherine Johnson, Pemikir Matematika yang Bantu Pendaratan di Bulan

25 Februari 2020 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Katherine Johnson, pakar matematika di NASA, wafat pada usia 101 tahun. Sumber: NASA
zoom-in-whitePerbesar
Katherine Johnson, pakar matematika di NASA, wafat pada usia 101 tahun. Sumber: NASA
ADVERTISEMENT
Katherine Johnson, pakar matematika Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) alias NASA, meninggal dunia pada Senin (23/2) di sebuah rumah jompo di Newport News, AS. Ia meninggal di usia 101 tahun.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, nama Katherine Johnson mungkin terdengar asing, atau bahkan tidak pernah mendengarnya sama sekali. Namun, bagi para peneliti di bidang astronomi atau mungkin para pegiat dunia antariksa, nama Katherine Johnson sudah tidak asing lagi.
Ya, dia adalah salah satu orang yang paling berjasa di NASA. Dia adalah ahli matematika yang berhasil membantu serangkaian penerbangan antariksa, termasuk pendaratan pertama di Bulan.

Siapakah Katherine Johnson?

Pemilik nama asli Creola Katherine Coleman lahir pada 26 Agustus 1918 di White Sulphur Springs, Greenbrier County, Virginia Barat, Amerika Serikat. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara dari keluarga Joshua dan Joylette Lowe Coleman. Ibunya adalah seorang guru di sebuah sekolah, sedangkan ayahnya bekerja sebagai petani.
ADVERTISEMENT
Katherine kecil sudah gemar menghitung berbagai hal, mulai dari jumlah piring di lemari, langkah kaki saat berjalan ke gereja, hingga menghitung jumlah bintang yang ada di langit. “Saya tidak sabar pergi ke sekolah untuk mengambil aljabar dan geometri,” ujar Katherine, saat mengenang masa kecilnya kepada The Associated Press pada 1999.
Sebagai anak-anak yang terlahir dari ras kulit hitam, dia sadar betul bahwa dirinya berada dalam lingkaran diskriminasi yang saat itu santer di Amerika Serikat. Tak ayal, Khaterine harus menempuh pendidikan lebih keras. Salah satunya pindah tempat tinggal demi menemukan sekolah khusus untuk orang-orang kulit hitam.
Katherine Johnson. Sumber: Twitter @NASA STEM Engagement
Di usia 10 tahun, Katherine sudah masuk SMA, dan lulus 4 tahun kemudian. Tahun berikutnya ia masuk ke perguruan tinggi di West Virginia Collegiate Institute, yang sekarang menjadi West State Virginia University dan mengambil jurusan matematika.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus cumlaude pada 1937, dia mengambil pekerjaan sebagai guru di Marion. Pada 1940, ia dipilih oleh pimpinan negara bagian Virginia Barat menjadi salah satu dari tiga mahasiswa pascasarjana kulit hitam untuk meneruskan studi di West Virginia University.
Di tahun yang sama, dia menikah dengan James Francis Goble, seorang guru kimia. Katherine kemudian hamil anak pertamanya dan memutuskan untuk keluar dari universitas. Ia memilih ikut bersama suaminya ke Marion dan fokus terhadap biduk rumah tangganya. Setelahnya, Katherine memilih menjadi seorang guru selama lebih dari satu dekade.
Katherine Johnson. Sumber: NASA/David C. Bowman.

Bekerja di NASA

Kiprahnya di NASA diawali pada Juni 1953, ketika NASA mulai mempekerjakan wanita dan orang-orang kulit hitam. Ia ditempatkan secara terpisah, di sebuah meja yang diberi nama “Coloured Computers” merujuk pada matematikawan perempuan kulit hitam.
ADVERTISEMENT
Dia juga diberi kamar mandi khusus, terpisah dengan wanita kulit putih. Ya, bagaimanapun diskriminasi terhadap ras kulit hitam kala itu masih sangat kuat. Dua pekan bekerja di NASA, dia dipinjam oleh Divisi Penelitian Penerbangan yang menempati hanggar besar di Lapangan Langley. Di sana, dia menjadi satu-satunya staf kulit hitam.
Katherine ditugaskan untuk membantu menghitung kekuatan aerodinamis di pesawat terbang. Dengan cepat dia menunjukkan kemampuannya dan berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.
“Semua orang memiliki gelar sarjana dalam matematika, tapi mereka telah melupakan semua geometri yang pernah mereka ketahui,” ujar Katherine, dalam wawancara Fayetteville Observer.
Katherine Johnson. Sumber: NASA
Berkat kelihaiannya dalam matematika, Katherine akhirnya ditempatkan di Divisi Penelitian Penerbangan untuk waktu yang cukup lama. Pada 1960-an, Amerika Serikat mendapatkan pukulan telak dari Uni Soviet berkat kecakapannya dalam dunia antariksa.
ADVERTISEMENT
NASA ada di bawah tekanan besar untuk meluncurkan seorang astronaut ke luar angkasa. Di sinilah peran Divisi Penelitian Penerbangan ditentukan untuk melakukan banyak perhitungan terkait peluncuran pesawat ke luar angkasa.
“Tugas kami sederhana. Ketika NASA bersiap-siap untuk menempatkan seseorang ke luar angkasa, mereka perlu tahu apa kondisi peluncuran itu. Itu adalah tugas kami untuk mengembangkan jendela peluncuran dan menentukan ke mana ia akan mendarat,” ujar Katherine.
Katherine memang dikenal sebagai seorang yang jenius dan masuk dalam jajaran pemikir matematika terbaik di Amerika Serikat. Ia juga memiliki peran besar dalam pendaratan Apollo 11 di bulan pada 1969, hingga berhasil membawa Neil Armstrong menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di Bulan dan kembali ke Bumi.
Katherine Johnson. Sumber: @JimBridestine
Dalam misi antariksa, Katherine tahu betul resiko yang dihadapi oleh para kru. Namun, berkat perhitungannya yang sempurna, dia telah membantu serangkaian keberhasilan penerbangan antariksa, termasuk penerbangan Alan B. Shepard Jr., yang menjadi orang Amerika pertama ke luar angkasa ketika pesawat ulang-alik Merkurius mengudara pada 1961.
ADVERTISEMENT
Tahun berikutnya, Katherine membantu John Glenn menjadi orang pertama yang mengorbit Bumi menggunakan Mercury Vessel Friendship 7. Katherine menghabiskan karier di Divisi Penelitian Penerbangan, dan pensiun dari NASA pada 1986.
Katherine telah mendapat banyak penghargaan semasa hidupnya. Sebagai wanita ras kulit hitam yang hidup di tengah konflik rasial, ia berhasil sukses dan keluar dari tekanan. Katherine menjadi kader kecil wanita kulit hitam paling terkenal, berkarier sebagai salah satu ahli matematika untuk badan antariksa.
Kisahnya bahkan diangkat ke layar lebar pada 2016 dengan judul 'Hidden Figures'. Film ini dibintangi oleh Taraji P. Henson yang berperan sebagai Katherine, tokoh sentral dalam film. Pada 2017, 'Hidden Figures' mendapatkan penghargaan bergengsi Screen Actors Guild Award.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada 2015, Katherine mendapatkan penghargaan dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Ia diganjar penghargaan Presidential Medal of Freedom, yang menyatakan bahwa Katherine menolak untuk membatasi harapan masyarakat tentang gender dan ras sembari memperluas batas-batas jangkauan kemanusiaan.
Pada 2017, NASA memberikan nama bangunan untuk menghormatinya, yakni sebuah fasilitas penelitian komputasi Katherine G. Johnson, di Pusat Penelitian Langley di Hampton. Dia dikenal sebagai “the most high-profile of the computers”, kata computers merujuk pada Katherine dan rekan-rekannya karena dianggap sebagai mesin tik yang digunakan pada abad ke-19.
Semasa hidupnya, Katherine telah menikah sebanyak dua kali. Pertama dengan James Francis Goble, yang meninggal karena kanker otak pada tahun 1956. Katherine ditinggalkan suaminya pada usia 38 tahun, bersama tiga anak perempuan. Ia kemudian menikah lagi dengan James A. Johnson, seorang kapten Angkatan Darat Amerika Serikat pada 1959.
ADVERTISEMENT
Kini, kematian Katherine diumumkan oleh NASA pada Senin, 25 Februari 2020. Dia meninggalkan dua putri bernama Joylette Hylick dan Katherine Moore; enam orang cucu; dan 11 cicit. Sedangkan anak perempuan lain bernama Connie Garcia telah meninggal pada 2010 silam. Suami kedua Katherine, James Johnson, meninggal pada 2019.
Katherine telah menerbitkan lebih dari 24 makalah teknis. Ia adalah salah satu wanita pertama di NASA yang menjadi penulis ternama. Setelah pensiun dari NASA, Katherine menjadi penasihat publik untuk pendidikan matematika, mengisi seminar, dan mengunjungi sekolah-sekolah. Autobiografi Katherine berjudul “Reaching for the Moon” diterbitkan pada tahun lalu.