Menyoal Suplemen Mantan Menteri Jokowi, Benarkah Bantu Kesembuhan Pasien Corona?

14 Juli 2020 10:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suplemen Rhea Health Tone. Foto: Dok. Eko Sandjojo
zoom-in-whitePerbesar
Suplemen Rhea Health Tone. Foto: Dok. Eko Sandjojo
ADVERTISEMENT
Lama tidak terdengar namanya, kini mantan menteri Presiden Jokowi dari Kabinet Kerja, Eko Putro Sandjojo yang menjabat sebagai Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sering mem-posting suplemen yang diklaim dapat membantu mempercepat kesembuhan pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Nama suplemen itu Rhea Health Tone (RHT). Sudah lama Eko membanjiri akun media sosialnya dengan unggahan mempromosikan RHT ini.
Menariknya, selain Eko, Rudiantara yang juga mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, juga terlibat dalam pengembangan dan promosi suplemen ini.
Pada awal memperkenalkan suplemen ini, Rudiantara menyebutkan, "obat" yang dia kembangkan bukanlah obat untuk mengatasi virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19. Dia menekankan, obat ini dikembangkan untuk menjaga atau meningkatkan imunitas secepat mungkin.
"Saat ini kami sudah berproses untuk melakukan uji klinis terhadap kandidat "obat" tersebut. Konsepnya adalah menjaga dan/atau meningkatkan imunitas orang secepat mungkin. Insyaallah, hasil uji klinis bisa diperoleh paling lama akhir Agustus nanti," kata Rudiantara, kepada kumparan pada 17 Mei 2020.
ADVERTISEMENT
Selang tiga bulan dari pernyataan Rudiantara itu, "obat" yang kini disebut sebagai suplemen RHT sudah jadi dan diproduksi terbatas.
Suplemen ini didesain bukan untuk COVID-19. Ia dikembangkan untuk untuk mengatasi masalah sejumlah kesehatan, seperti menjaga tekanan darah, penyumbatan pembuluh darah, dan mencegah atau mengurangi potensi terkena kanker dengan me-regulate ACE-2 yang ada di sel tubuh.
"Kebetulan COVID-19 masuk ke sel tubuh melalui ACE-2. Sederhananya begini, dengan memperkuat ACE-2, virus corona tidak bisa masuk sehingga tak akan mendapatkan inang dan dalam waktu tertentu virus itu akan mati dengan sendiri," ujar Eko saat dihubungi kumparan pada Senin (13/7).
ACE-2 sendiri dikenal sebagai "pintu masuk" virus corona SARS-CoV-2 ke tubuh manusia. Virus penyebab penyakit COVID-19 ini memasuki sel yang diinfeksinya melalui suatu reseptor di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2).
ADVERTISEMENT
Suplemen ini telah melalui serangkaian uji lab, termasuk uji in vitro dan in vivo yang dilakukan di Armenia. Dipilihnya Armenia karena menjadi tempat produksi dan uji coba karena fasilitas yang sangat mendukung, termasuk fasilitas penyulingan lima komponen esensial oil sebagai bahan dasar pembuatan suplemen RHT.

Dapat izin edar BPOM dan belum resmi dijual di Indonesia

Setelah melakukan sejumlah tahap uji di Armenia hingga Texas, Amerika Serikat, kini RHT sudah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dengan nama produk Health Tone. Dari izin yang terbit pada 2 April 2020, RHT teregistrasi dengan nomor TI204633151 dan diklasifikasi sebagai suplemen kesehatan.
Pihak yang mendaftarkan RHT ke BPOM adalah PT Rhea Pharmaceuticical Sciences Indonesia yang beralamat di Kabupaten Serang, Banten. Sementara pada kolom pabrik tertulis Esco Pharm LLC yang berada di Armenia.
Surat izin edar Suplemen Rhea Health Tone dari BPOM. Foto: Dok. Eko Sandjojo
Eko adalah salah satu investor atau pemilik saham dari PT Rhea Pharmaceuticical Sciences Indonesia. Ia menjelaskan bahwa perusahaan itu tidak memproduksi obat atau suplemen, melainkan sebagai perusahaan riset dan pengembangan.
ADVERTISEMENT
"Rhea itu perusahaan Indonesia, kita juga buka di Singapura dan di Armenia juga. Saya adalah salah satu pemegang saham," jelasnya.
Eko menjelaskan dalam pengembangannya, RHT ini melibatkan para ilmuwan dari Armenia dan Indonesia. Namun, hingga kini semua proses produksi dilakukan di Armenia.
Mantan Mendes ini pun mengatakan bahwa RHT belum resmi diedarkan secara retail. Ia mengatakan, distribusi suplemen ini masih dilakukan sesuai permintaan. Diharapkan ke depan ada perusahaan-perusahaan obat di Indonesia mau memproduksi suplemen RHT ini.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Meski begitu, dalam penelusuran kumparan, suplemen Rhea Health Tone ini sudah ada yang menjual di e-commerce Tokopedia dengan harga Rp 275 ribu.
Saat ditanya, Eko menjelaskan, bahwa produk tersebut kemungkinan berasal dari distributor yang membelinya dalam jumlah banyak dari perusahaannya.
ADVERTISEMENT
"Di Indonesia sudah beredar, mungkin sudah ada dijual di online kaya Tokopedia. Tapi itu belum resmi dari kita, jadi orang hanya beli terus dijual kembali. Kita baru jual hanya untuk perusahaan-perusahaan. Jadi perusahaan memberikan kepada karyawannya, supaya bisa memproteksi. Tapi kalau ada rumah sakit yang minta kita kasih gratis," tuturnya.

Efektif percepat kesembuhan? Ada efek samping?

Dalam penuturan Eko, ada sejumlah pasien positif COVID-19 di Armenia yang dinyatakan sembuh dalam waktu kurang lebih 5 hingga 7 hari setelah mengkonsumsi RHT, dan tentu saja juga mengkonsumsi obat dari dokter. Hasil tes PCR pasien itu menunjukkan negatif virus corona.
Eko juga klaim Kementerian Kesehatan Armenia sudah memberikan surat semacam rekomendasi atau anjuran bahwa RTH bisa dijadikan terapi untuk pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Tapi karena ini adalah suplemen, saya tidak bisa mengklaim bahwa ini bisa menyembuhkan penyakit. Karena suplemen sifatnya hanya membantu," Kata Eko.
Selain di Armenia, Eko juga berinisiatif memberikan RHT kepada sejumlah pasien di Indonesia. Menurut Eko, sejumlah pasien corona di salah satu rumah sakit di lampung dan Banyuwangi dinyatakan negatif virus corona setelah beberapa hari diberi suplemen RHT dan tentu saja setelah mengkonsumsi obat dari dokter.
"Suplemen ini cuma tambahan saja, tapi pasien tetep harus meminum obat yang direkomendasikan dokter. Ada beberapa pasien yang selama tiga bulan enggak sembuh-sembuh, setelah dikasih suplemen ini, 7 hari sembuh. Ada yang 110 hari di Banyuwangi, saya dapat laporan dari Kadis Kesehatannya, enggak sembuh sembuh. Setelah dikasih suplemen ini ternyata sembuh. Rata-rata 5 sampai 7 hari mereka sembuh," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Eko sendiri menceritakan bahwa sudah tiga tahun konsumsi RHT ini. Bahkan, Eko menyebutkan ada beberapa pejabat negara yang tidak mau disebutkan namanya, juga mengkonsumsi suplemen RHT untuk menjaga kesehatannya.
"Kalau dari hasil riset kita, dari hasil jurnal, jurnal 'kan dikeluarkan berdasarkan risetnya belum keliatan ada efek sampingnya. Dan kita juga sudah lakukan akut toksisitas tes, karena sebelum melakukan akut toksisitas, belum dikeluarkan izinnya oleh BPOM Armenia juga," jelasnya.
Adapun kandungan lengkap dari suplemen Rhea Health Tone dalam kemasannya:
Dari penelusuran kumparan, sejumlah bahan dikandung oleh RHT ini sedang dalam proses uji coba untuk penghambat perkembangan virus corona, seperti Daucus carota dan Commiphora myrrha.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian Universitas Gadjah Mada, Daucus carota memiliki senyawa emodin. Senyawa itu berpotensi mencegah interaksi antara reseptor ACE2 dengan protein S pada SARS-CoV, sehingga mengurangi infeksi terhadap virus corona. Sementara, Commiphora myrrha dalam jurnal Iberoamerican Journal of Medicine disebutkan memiliki sifat obat, seperti imunomodulator, antiinflamasi, sitotoksik, antioksidan, antimikroba dan lainnya.

Hati-hati mengonsumsi

Meski diklaim suplemen percepat kesembuhan pasien COVID-19, konsumsi RHT perlu diperhatikan. Suplemen ini bisa dikonsumsi untuk orang yang sehat dan pasien corona dengan cara diminum.
"Jadi kalau untuk pencegahan itu satu mililiter satu hari sekali. Kalau untuk pengobatan dua mililiter dua kali sehari. Jadi satu botol itu cukup untuk pencegahan satu bulan, atau pengobatan satu minggu. Rata-rata satu minggu sembuh, jarang yang sampai lebih dari satu minggu," jelas Eko.
Suplemen Rhea Health Tone Oil. Foto: Dok. Istimewa
Konsumsi suplemen perlu pertimbangan dan anjuran dari dokter. drh. Retno Murwanti, selaku dosen di Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menyarankan agar seseorang menghindari mengkonsumsi suplemen untuk keperluan pengobatan tertentu. Cara terbaik adalah dengan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, karena setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Retno menekankan bahwa suplemen harus dikonsumsi ketika tubuh membutuhkannya. "Jika diperlukan, bacalah label kemasan terlebih dahulu untuk mengetahui bahan yang terkandung, jumlah konten, dan bahan tambahan lainnya," jelasnya dilansir dari situs UGM.
Efektivitas dan keamanan suplemen dapat dinilai dari kandungan kimia produk, cara kerjanya dalam tubuh, dosis penggunaan, dan proses pembuatan. Jika tidak tepat maka dapat menyebabkan efek yang tidak terduga.
Di sisi lain, menurut Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia dan Guru Besar Universitas Indonesia, penggunaan suplemen harus benar-benar diperhatikan. Sebab, jika pemakaiannya berlebihan maka bisa menimbulkan efek samping berbahaya.
"Banyak suplemen yang menyatakan bagus untuk daya tahan tubuh, tapi yang penting ada penelitiannya secara evidence base medicine," ujar Prof Iris saat dihubungi kumparan, Selasa (14/7).
ADVERTISEMENT
Evidence base medicine dilakukan untuk melihat, menalaah, menemukan manfaat dan efek samping yang bisa ditimbulkan suplemen berdasarkan bukti-bukti ilmiah. "Efek toxic-nya harus disebutkan dalam penelitian atau jurnal, agar orang tidak kelebihan dosis," katanya.