Misteri Otak Manusia yang Awet Alami Selama 2.600 Tahun

13 Januari 2020 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Heslington Brain, otak manusia kuno ini ditemukan di Inggris. Foto: Journal of the Royal Society Interface
zoom-in-whitePerbesar
Heslington Brain, otak manusia kuno ini ditemukan di Inggris. Foto: Journal of the Royal Society Interface
ADVERTISEMENT
Dunia senantiasa menyimpan misteri. Sebagian kecil telah terpecahkan, yang lainnya tetap menjadi rahasia. Begitupun dengan kehidupan manusia kuno, seperti misalnya orang-orang Mesir yang membangun Piramida Giza, atau masyarakat Maya yang terkenal akan ilmu astronominya.
ADVERTISEMENT
Di balik keterbatasan, nyatanya mereka mampu menciptakan sesuatu di luar nalar manusia saat ini. Salah satu keajaiban terjadi pada otak manusia berusia 2.600 yang terawetkan alami dengan sangat baik. Dijuluki Heslington Brain, otak manusia kuno ini ditemukan di Heslington, Inggris, pada 2008 lalu.
Otak kuno ini ditemukan dalam tengkorak pria berusia 30-an yang hidup antara tahun 482 hingga 673 Sebelum Masehi (SM). Berdasarkan hasil pemeriksaan, peneliti menemukan bekas luka pada vertebra leher yang menunjukkan bahwa ia meninggal dengan cara digantung. Kepalanya kemudian dipenggal menggunakan pisau berbilah tipis, hingga darahnya terkuras, dan tak lama dari kematiannya ia langsung dikuburkan.
Saat ini, Heslington Brain telah menjadi salah satu otak tertua yang terawetkan dengan baik secara alami.
ADVERTISEMENT
Kasus ini dianggap aneh karena otak manusia terdiri dari 80 persen air dan jaringan saraf yang lazimnya terdegradasi dengan cepat saat mereka meninggal. Namun, hukum itu tidak berlaku pada otak manusia Zaman Besi ini.
“Pelestarian jaringan otak manusia ini tetap menjadi misteri mengingat dekomposisi atau autolisis dimulai dalam beberapa menit setelah kematian,” tulis peneliti dalam Journal of the Royal Society Interface. “Pengawetan protein otak manusia pada suhu ruangan tidak mungkin terjadi dalam waktu ribuan tahun di alam bebas.”
Bahkan, kata peneliti, luka terbuka seharusnya mempercepat laju pembusukan, bukan malah memperlambat proses disintegrasi. Ilmuwan menduga, cepatnya proses penguburan dan kontur tanah yang kaya akan tanah liat telah mengurangi infeksi dan memperlambat dekomposisi.
ADVERTISEMENT
Yang menarik, peneliti tidak menemukan tanda-tanda bahwa jasad ini diawetkan dengan sengaja, atau menggunakan teknik pengawetan buatan seperti diberi balsem atau yang lainnya.
Untuk menguak misteri Heslington Brain, Dr Axel Petzold bersama timnya dari University College London lantas melakukan serangkaian penelitian, terutama mencari tahu bagaimana perkembangan protein dalam otak.
Tim kemudian membandingkan waktu pembusukan otak Zaman Besi dan otak modern selama satu tahun penuh. Hasilnya, mereka menemukan adanya protein agregat pada otak Zaman Besi yang lebih padat dan stabil ketimbang otak modern. Protein agregat inilah yang diduga membantu mengawetkan otak dari pembusukan.
Meski begitu, hal ini belum bisa dipastikan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap bagaimana protein agregat itu bisa berkembang. Peneliti juga menduga adanya semacam senyawa pengawet alami yang membantu proses pengawetan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Data menunjukkan bahwa protease dari otak kuno mungkin dihambat oleh senyawa yang tidak diketahui yang telah menyebar dari luar otak ke struktur yang lebih dalam," tulis peneliti sebagaimana dikutip dari IFL Science.
Bagaimanapun, Heslington Brain telah menjadi bagian dari contoh keajaiban sekaligus keanehan yang pernah terjadi di masa lampau, dan misteri ini belum terpecahkan seutuhnya.