NASA Kaget Bukti Kehidupan Alien Purba di Mars Menghilang, Kok Bisa?

23 Juli 2021 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar yang diambil oleh Kamera Navigasi, atau Navcams, di atas kapal penjelajah Perseverance Mars NASA menunjukkan lanskap Mars, Sabtu (20/2/2021). Foto: NASA/JPL-Caltech/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Gambar yang diambil oleh Kamera Navigasi, atau Navcams, di atas kapal penjelajah Perseverance Mars NASA menunjukkan lanskap Mars, Sabtu (20/2/2021). Foto: NASA/JPL-Caltech/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Dalam 2 dekade terakhir, agensi antariksa AS, NASA, rajin mengirim robot ke Mars guna mencari bukti kehidupan alien purba di planet tersebut. Namun, mereka baru-baru ini sadar bahwa bukti kehidupan alien di Mars bisa hilang dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan terbaru NASA di jurnal Science pada 9 Juli 2021, bukti kehidupan purba di Mars telah 'terhapus'. Laporan ini berdasarkan sampel yang dikumpulkan robot Mars bernama Curiosity yang bertugas di sana sejak 2012.
Peneliti NASA menjelaskan, robot Curiosity telah mengambil dua sampel batu lumpur (batu sedimen yang mengandung tanah liat) purba dari Kawah Gale di Mars. Kedua sampel batu tersebut hanya berjarak 400 meter ketika diambil, dan masing-masing berusia sekitar 3,5 miliar tahun.
Tanah liat sendiri adalah penunjuk bukti kehidupan. Sebab, tanah liat biasanya terbentuk ketika batu mineral menghilang dan membusuk setelah kontak dengan air — bahan utama kehidupan. Tanah liat juga merupakan bahan yang sangat baik untuk menyimpan fosil mikroba.
ADVERTISEMENT
Melalui instrumen analisis kimia dan mineralogi bernama CheMin yang ada di Curiosity, para ilmuwan NASA kemudian membandingkan kedua sampel tersebut. Anehnya, meski diambil dari tempat dan waktu yang sama, kedua sampel batu lumpur tersebut mengandung mineral tanah liat yang berbeda.
Planet Mars Foto: AlexAntropov86/ Pixabay
Para peneliti NASA menemukan bahwa salah satu sampel hanya berisi setengah dari jumlah mineral lempung yang diharapkan. Sampel tersebut juga menyimpan lebih banyak oksida besi, senyawa yang memberi warna merah karat pada Mars, ketimbang sampel yang lain.
Untuk menjelaskan fenomena ini, peneliti NASA percaya bahwa hilangnya material tanah liat diakibatkan oleh air asin. Mereka menduga bahwa air asin yang merembes di celah dasar danau Kawah Gale bertanggung jawab atas perubahan komposisi batuan di sana.
ADVERTISEMENT
"Kami dulu berpikir bahwa begitu lapisan mineral tanah liat ini terbentuk di dasar danau di Kawah Gale, mereka tetap seperti itu, melestarikan momen dalam waktu yang mereka bentuk selama miliaran tahun," penulis utama studi Tom Bristow, seorang peneliti di Pusat Penelitian Ames NASA di Mountain View, California, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Tapi kemudian air asin memecah mineral tanah liat ini di beberapa tempat - pada dasarnya mengatur ulang catatan batuan."
Kawah Gale merupakan bekas danau yang terbentuk saat asteroid menghantam Mars sekitar 3,6 miliar tahun yang lalu. NASA sebelumnya sudah tahu bahwa sebelum danau Kawah Gale mengering, air tanahnya bergerak ke bawah permukaan, melarutkan dan menyembunyikan bahan kimia.
Setelah mengendap dan terbukur, beberapa kantong batu lempung di dasar Kawah Gale tampaknya mengalami proses yang berbeda akibat interaksi dengan perairan bawah permukaan yang mengubah komposisi mineral batuan, kata peneliti. Proses perubahan sedimen ini dikenal sebagai “diagenesis”.
ADVERTISEMENT

Peneliti NASA senang meski bukti kehidupan alien purba menghilang

Meski proses diagenesis menghapus bukti kehidupan purba di Mars, peneliti NASA senang dengan temuan ini. Sebab, di sisi lain, diagenesis juga merupakan petunjuk adanya kehidupan di Mars.
Planet Mars. Foto: Elena11/Shutterstock
Diagenesis menciptakan lingkungan bawah tanah yang dapat mendukung kehidupan mikroba. Di beberapa habitat unik di Bumi, proses diagenesis terbukti menciptakan tempat mikroba berkembang biak, yang biasa dikenal sebagai “biosfer dalam.”
“Ini adalah tempat yang sangat baik untuk mencari bukti kehidupan purba dan mengukur kelayakhunian,” kata John Grotzinger, peneliti instrumen CheMin di Institut Teknologi California.
“Meskipun diagenesis dapat menghapus tanda-tanda kehidupan di danau asli, itu menciptakan gradien kimia yang diperlukan untuk mendukung kehidupan di bawah permukaan, jadi kami sangat senang telah menemukan ini.”
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan mengatakan mereka beruntung dapat menemukan kedua batu lumpur yang begitu berdekatan, karena mereka dapat menggunakan minerologi untuk mengetahui bagian mana dari batuan Mars yang akan menuntun kita pada kehidupan alien dan mana yang tidak.
Data dari robot Curiosity ini juga bisa dipakai untuk menyeleksi batuan mana yang perlu diambil robot penjelajah terbaru milik NASA, Perseverance, saat membawa sampel batuan Mars ke Bumi.