NASA Kritik China soal Roket 21 Ton Jatuh ke Bumi: Tak Bertanggung Jawab

12 Mei 2021 2:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran roket Long March 5B China. Foto: China Daily via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran roket Long March 5B China. Foto: China Daily via REUTERS
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu, Badan Antariksa China mengkonfirmasi sampah puing roket China, Long March 5B, telah jatuh di Samudera Hindia pada Minggu (9/5) pagi. Kabar ini menjawab spekulasi publik sebelumnya yang mengkhawatirkan di mana benda seberat 21 ton itu akan jatuh ke daratan atau berpotensi menimpa pemukiman penduduk.
ADVERTISEMENT
"Setelah pemantauan dan analisis kami, pada pukul 10:24 (0224 GMT) pada 9 Mei 2021, puing-puing dari roket peluncuran Long March 5B Yao-2 telah masuk kembali ke atmosfer," kata Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China dalam sebuah pernyataan dilansir AFP.
Mereka menyebut, koordinat segmen roket berada di titik Samudera Hindia dekat Maladewa. Sebagian besar puing telah hancur saat masuk ke atmosfer bumi. Layanan pemantauan Space-Track yang menggunakan data militer AS juga mengonfirmasi hal tersebut.
"Kami yakin roket itu jatuh di Samudra Hindia, tetapi kami menunggu data resmi dari @ 18SPCS," tulis mereka dalam tweet terpisah, merujuk pada skuadron Angkatan Luar Angkasa AS.
Peluncuran roket Long March 5B China. Foto: China Daily via REUTERS
Hal ini sesuai dengan prediksi beberapa ahli yang meyakini puing-puing akan tercebur ke laut, mengingat 70 persen Bumi tertutup air. Kendati begitu, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah mengkritik China atas peristiwa masuknya puing roket Long March 5B ke Bumi.
ADVERTISEMENT
Administrator NASA, Bill Nelson, mengatakan bahwa negara-negara yang punya misi antariksa harus meminimalisir risiko bahaya sampah antariksa yang masuk ke Bumi dan berpotensi menimpa rumah penduduk atau manusia. Ia juga meminta agar setiap negara mengedepankan transparansi terkait operasi keantariksaan.
“Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab atas puing-puing luar angkasa miliknya,” ujar Nelson sebagaimana dikutip di web NASA.
Nelson juga bilang, sangat penting bagi China dan semua negara yang punya misi antariksa dan entitas komersial bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa. Ini tak lain untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan aktivitas luar angkasa dalam jangka panjang.
Sampah luar angkasa SkyLab yang jatuh di Australia. Foto: space
Roket Long March 5B diluncurkan dari pulau Hainan pada 29 April lalu membawa modul Tianhe, yang akan menjadi stasiun luar angkasa pertama China dengan kapasitas tiga awak. Peluncuran Tianhe adalah yang pertama dari 11 misi untuk menyelesaikan mega proyek tersebut.
ADVERTISEMENT
Sialnya, setelah berhasil mengorbit, sisa pecahan inti tahap utama roket, yang diyakini memiliki berat sekitar 21 ton turun kembali ke Bumi dalam kondisi tidak terkendali. Beberapa ahli khawatir bisa mendarat di daerah berpenghuni.
Menurut Ahli astrofisika, Jonathan McDowell, puing-puing roket memiliki potensi berbahaya, karena kemungkinan akan lolos dari pembakaran setelah menembus atmosfer dengan kecepatan hipersonik. Hal ini pernah terjadi pada Mei 2020, ketika potongan-potongan dari roket Long March 5B China menghujani Pantai Gading, merusak beberapa bangunan, meskipun tidak ada korban luka.
McDowell mengatakan sebagian besar negara telah berusaha merancang pesawat ruang angkasa sedemikian rupa untuk menghindari entri ulang atau masuk kembali ke Bumi dalam kondisi tidak terkendali, sejak potongan besar stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia.
ADVERTISEMENT
"Itu membuat perancang roket China terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," pungkas McDowell yang menyebut situasi tersebut sebagai kelalaian.