NASA Tangkap Momen Menakjubkan Bola Api dari Hujan Meteor Lyrid

9 Mei 2020 8:57 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hujan meteor Lyrid menyerupai bola api karena terbakar saat bergesekan dengan lapisan atmosfer. Foto: NASA
zoom-in-whitePerbesar
Hujan meteor Lyrid menyerupai bola api karena terbakar saat bergesekan dengan lapisan atmosfer. Foto: NASA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hujan meteor Lyrid menyambangi Bumi setiap tahun pada bulan April. Tahun ini, meteor Lyrid mencapai puncaknya pada 22 April lalu. Semua orang di belahan bumi manapun bisa menonton pancuran hujan meteor menghiasi langit malam tanpa bantuan teleskop.
ADVERTISEMENT
Biasanya, hujan meteor Lyrid dapat menghasilkan sekitar 20 meteor per jam pada saat puncak. Meteor ini berasal dari komet C/1861 G1 Thatcher yang ditemukan pada 1861. Saat menghujani langit, ia tampak seperti bola api karena terbakar ketika bergesekan dengan lapisan atmosfer.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil memotret hujan meteor Lyrid dengan 17 kamera berbeda yang tersebar antara lain di Alabama, Georgia, Tennessee, Carolina Utara, New Mexico, Arizona, Ohio, Pennsylvania, dan Florida.
"Sementara Lyrid tidak seproduktif hujan meteor lainnya seperti Perseids atau Geminids, mereka biasanya menghasilkan bola api yang terang," kata Bill Cooke, kepala Kantor Lingkungan Meteoroid NASA dikutip Space.
"Lyrids tampaknya berasal dari sekitar salah satu bintang paling terang di langit malam, Vega," kata pejabat NASA dalam sebuah pernyataan. "Vega adalah salah satu bintang yang paling mudah dikenali, bahkan di daerah yang berpolusi cahaya."
Bintang Vega dipotret Teleskop Luar Angkasa Spitzer NASA, terletak 25 tahun cahaya di konstelasi Lyra. Foto: Wikimedia Commons
Dalam beberapa kali kesempatan, hujan meteor Lyrid dapat menghasilkan hingga 100 meteor per jam, disebut sebagai sebuah "ledakan," tetapi sulit untuk memprediksi kapan itu akan terjadi. Jumlah aktual dari tahun ke tahun bervariasi.
ADVERTISEMENT
Komet C/1861 G1 Tatcher yang menaungi meteor Lyrids terakhir melewati bagian dalam Tata Surya pada tahun 1861. Menurut perhitungan berdasarkan lintasan komet, ia mengunjungi Bumi setiap 415 tahun.
Meskipun diperlukan waktu berabad-abad bagi komet untuk menyelesaikan siklusnya, jejak debu kosmiknya yang masif tetap stabil di Tata Surya. Sehingga setiap tahun, awan puing ini mencapai Bumi dan menyebabkan tampilan “bintang jatuh” yang menakjubkan.
***
Yuk! Bantu donasi atasi dampak corona.