Negara yang Pakai Vaksin TBC Catat Lebih Sedikit Kematian Akibat Virus Corona

17 April 2020 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas berjaga di sekitar jalan saat bunga sakura mekar di Taman Ueno, Tokyo, Jepang. Foto: AP / Eugene Hoshiko
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas berjaga di sekitar jalan saat bunga sakura mekar di Taman Ueno, Tokyo, Jepang. Foto: AP / Eugene Hoshiko
ADVERTISEMENT
Riset dari New York Institute of Technology (NYIT) menemukan korelasi antara negara-negara yang mewajibkan vaksin Tuberkulosis (TBC), Bacillus Calmette-Guerin (BCG), dengan jumlah kematian akibat virus corona SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa dekade, vaksin BCG telah digunakan untuk mencegah penyakit TBC. Baik TBC maupun COVID-19 sama-sama merupakan penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan manusia.
Dalam penelitian yang dipimpin oleh Gonzalo Otazu, asisten profesor di NYIT, negara-negara yang mengharuskan warganya untuk disuntik vaksin BCG memiliki jumlah kematian akibat COVID-19 yang lebih rendah dibanding negara-negara tanpa kebijakan serupa. Otazu mulai mengerjakan analisisnya setelah mengetahui jumlah kasus yang rendah di Jepang, sebagaimana dikutip Japan Times.
Negara ini termasuk yang melaporkan beberapa kasus COVID-19 paling awal di luar China, episentrum wabah. Kendati begitu, Jepang tidak menerapkan kebijakan lockdown seperti banyak negara lainnya.
Seorang pekerja yang menggunakan pakaian pelindung menyemprotkan diisnfektan di alun-alun kota Milan, Italia, Selasa (31/3). Foto: REUTERS/Flavio Lo Scalzo
Sebelumnya, Otazu telah mengamati hasil penelitian yang membuktikan vaksin BCG tak hanya ampuh menangkal bakteri tuberkulosis, tetapi juga jenis penyakit menular lainnya. Berangkat dari temuan tersebut, Otazu dan timnya mulai mengumpulkan data tentang negara mana saja yang memiliki kebijakan vaksin BCG dan kapan aturan tersebut mulai efektif.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti membandingkan jumlah kasus COVID-19 dan kematian yang dikonfirmasi untuk menemukan korelasi yang kuat. Di antara negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti AS dan Italia, punya jumlah kasus tertinggi di urutan pertama dan ketiga, meski keduanya punya kebijakan vaksin BCG. Namun vaksin itu hanya sebatas rekomendasi bagi kelompok yang berisiko.
Sedangkan Jerman, Spanyol, Prancis, Iran, dan Inggris pernah mengeluarkan vaksin BCG tetapi dicabut bertahun-tahun lalu. Sedangkan China, tempat pandemi dimulai, memiliki kebijakan vaksin BCG yang diterapkan dengan baik setelah 1976.
Negara-negara lain, termasuk Jepang dan Korea Selatan, yang sejauh ini tampak berhasil menekan penyebaran wabah, memiliki kebijakan imunisasi BCG universal. Artinya, seluruh warga diwajibkan mendapat vaksin ini.
Para peneliti juga membandingkan Iran dengan Jepang, dua negara yang telah menerapkan vaksinasi BCG universal, tetapi pada waktu berbeda.
ADVERTISEMENT
Jepang memulai kebijakan vaksinasi BCG universal pada 1947, sementara aturan itu berlaku di Iran per 1984. Menurut hasil risetnya yang yang terbit di jurnal medRxiv pada 28 Maret 2020, Jepang memiliki sekitar 100 kematian lebih sedikit per juta penduduk daripada Iran.
Seorang karyawan dari perusahaan layanan desinfeksi membersihkan lantai pasar tradisional di Kota Seoul, Korea Selatan, Senin (24/2). Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
"Negara-negara yang terlambat memulai kebijakan BCG universal (Iran, 1984) memiliki angka kematian yang tinggi, konsisten dengan gagasan bahwa BCG melindungi populasi lansia yang divaksinasi," tulis para peneliti. "Kami juga menemukan bahwa vaksinasi BCG juga mengurangi jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan di suatu negara."
Meski begitu, tim peneliti menekankan hasil temuannya masih sebatas studi awal. Terlepas dari masih dibutuhkannya riset lebih lanjut, vaksin untuk penyakit TBC memang tengah dibidik oleh setidaknya enam negara untuk melindungi tenaga medis dan lansia yang rentan tertular virus SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Australia, misalnya, tengah menguji coba pemberian vaksin TBC kepada 4.000 petugas medis di rumah sakit seluruh Australia untuk menguji efikasi vaksin dalam mencegah COVID-19. Langkah serupa juga sedang diupayakan beberapa negara lain yang terdampak COVID-19, termasuk Belanda, Jerman, dan Inggris.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!