news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Nepal Bakal Gelar Festival Kurban Hewan Massal Terbesar di Dunia

30 November 2019 12:03 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival budaya di Nepal. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Festival budaya di Nepal. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Pada awal Desember 2019, penduduk Nepal yang tinggal di distrik Bara akan menyelenggarakan acara ritual kurban hewan massal terbesar di dunia. Menurut Humane Society International (HSI), ritual ini diberi nama Festival Gadhimai.
ADVERTISEMENT
Festival itu diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan berlangsung selama sebulan penuh, dengan puncak acara ditutup dengan penyembelihan puluhan ribu hewan, seperti kerbau, kambing, ayam, bebek, babi, merpati, hingga tikus. Hewan-hewan itu dipenggal menggunakan pedang tumpul selama penyembelihan berlangsung.
“Pembunuhan itu sangat brutal, hewan-hewan itu dipenggal menggunakan benda besar seperti pedang. Mereka dibunuh di hadapan hewan lainnya, termasuk induk yang dipenggal di depan anaknya, hingga menciptakan pemandangan miris. TIM HSI telah menyaksikan pembunuhan massal itu secara langsung, di mana kematian kerbau dilakukan dengan cara dipukul bertubi-tubi hingga mati,” ujar Wendy Higgins, juru bicara HSI kepada Newsweek.
Ilustrasi kuil di Nepal. Foto: Shutterstock
Secara historis, Festival Gadhimai pertama kali dilakukan sekitar 265 tahun yang lalu, tatkala pendiri kuil Gadhimai, Bhagwan Chowdhary, bermimpi Dewi Gadhimai. Dalam mimpinya, Sang Dewi meminta darah sebagai imbalan karena telah membebaskannya dari penjara, melindunginya dari kejahatan, dan membawanya pada kemakmuran.
ADVERTISEMENT
Dewi Gadhimai menginginkan darah manusia sebagai balas budi. Tapi entah kenapa, imam kuil justru membawakan hewan sebagai persembahan. Dan hingga saat ini, praktik pengorbanan untuk Dewi Gadhimai selalu dilakukan setiap lima tahun sekali.
“Para penyembah percaya, jika mereka tidak membawa tumbal, maka bencana akan muncul, dan kemakmuran akan hilang di masa depan,” ujar Higgins.
Pada 2009 misalnya, diperkirakan sekitar 500.000 hewan disembelih dalam Festival Gadhimai di Nepal. Pada 2014, penyembelihan menurun drastis, mereka hanya membunuh sekitar 30.000 hewan kurban. Ini diduga karena dampak dari kampanye yang dilakukan kelompok atau aktivis hak hewan di negara tersebut.
Pada 2015, Gadhimai Temple Trust sempat mengeluarkan larangan untuk tidak melakukan pengorbanan hewan dalam festival di masa depan. Ini berkat intervensi yang dilakukan Animal Welfare Network dan Humane Society International, India.
Ilustrasi sapi. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Namun saat ini, larangan tersebut tidak ada kejelasan. Begitupun dengan pihak Temple Trust yang belum diketahui apakah mereka akan melarang pengorbanan atau tidak saat Festival Gadhimai pada 3 dan 4 Desember 2019 mendatang.
ADVERTISEMENT
"Ketika Temple Trust menjanjikan larangan pengorbanan hewan di festival-festival mendatang, itu disambut dengan gembira. Tetapi baru-baru ini, mereka tidak bersuara lagi, dan tampaknya larangan itu tidak bisa menjadi jaminan," kata Higgins.
"Bahkan jika larangan itu ditegakkan, Temple Trust hanya melarang pembunuhan yang terjadi di area candi utama. Di situlah ribuan kerbau dipenggal, sehingga membuat dampak besar. Namun, kuil tidak melarang pembunuhan binatang yang terjadi di luar area. "
Terlepas dari larangan yang dikeluarkan oleh pihak kuil, kata Higgins, baru-baru ini Mahkamah Agung Nepal dan beberapa kementerian telah mengeluarkan pernyataan menentang pembunuhan hewan massal yang terjadi, dan ini memberi secercah harapan.
“Masalahnya adalah implementasi di lapangan karena begitu hewan mencapai lokasi festival, dengan ribuan atau bahkan jutaan umat, hampir tidak mungkin pada saat itu untuk menghentikan pembunuhan," ungkap Higgins.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, para aktivis hewan telah bekerja sama dengan para pejabat di perbatasan India-Nepal untuk menyita seluruh hewan yang diduga akan dikorbankan. Humane Society International memperkirakan, 70 persen hewan yang dikorbankan dalam festival diimpor melalui perbatasan India.
Ilustrasi festival di Nepal. Foto: AFP
Mahkamah Agung India sebenarnya telah mengeluarkan Undang-Undang untuk menghentikan ekspor-impor ilegal di negaranya pada 2014. Namun aturan tersebut masih banyak dilanggar.
Hingga saat ini, para pegiat hak-hak hewan terus berusaha untuk menyadarkan masyarakat. Alih-alih membunuh hewan, mereka mendorong orang-orang untuk menggantinya dengan membawa bunga dan permen sebagai persembahan kepada Dewi Gadhimai. Namun, banyak orang yang mengatakan bahwa mengubah tradisi yang telah tertanam selama berabad-abad merupakan hal yang sulit dilakukan.
"Festival Gadhimai adalah pertumpahan darah yang tidak suci yang bukan bagian dari agama Hindu dan tidak memiliki tempat dalam agama apa pun," ujar Tanuja Basnet, direktur Humane Society International, Nepal, dalam pernyataan resmi.
ADVERTISEMENT
"Di sini, di Nepal, kelompok-kelompok kesejahteraan hewan, pendeta kuil dan kelompok-kelompok agama yang menentang pembunuhan dan mengkampanyekan kasih sayang kepada hewan, mendesak semua agama untuk mendukung menghentikan pengorbanan hewan, dan menggantinya dengan benda lain sebagai persembahan dalam festival. Bersama-sama kita harus berusaha untuk membuat dunia yang lebih baik bagi semua binatang di Nepal," kata Basnet.