Obat Disfungsi Ereksi Diuji untuk Obati Pasien Kritis Virus Corona COVID-19

6 April 2020 10:20 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Para peneliti masih terus memutar otak untuk mendapatkan obat yang bisa menyembuhkan penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2. Proses penemuan ini diyakini bakal memakan waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Berbagai eksperimen dan uji coba obat dan cara penyembuhan dilakukan untuk menemukan formula terbaik untuk melayani ribuan pasien. Saat ini, dokter dan tenaga medis memberikan obat yang sudah mendapatkan izin untuk merawat pasien COVID-19 sesuai dengan gejala mereka, bukan obat yang bisa menyembuhkan virus corona.
Kini berdasarkan hasil penelitian terbaru, obat disfungsi ereksi memiliki potensi untuk membantu pasien COVID-19. Obat itu bernama Aviptadil (VIP) yang diklaim mampu mengobati pasien virus corona yang berada dalam situasi krisis.
Diketahui, pasien COVID-19 yang berada dalam kondisi kritis biasanya akan mengalami permasalahan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome alias ARDS) hingga membutuhkan alat bantu napas ventilator. Obat Aviptadil dianggap mampu membantu pasien kritis merasa lebih baik setelah mengonsumsinya.
Aktivitas tim medis Rumah Sakit Wuhan, China saat merawat pasien terjangkit virus corona. Foto: THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO /via REUTERS
Uji coba ini dilakukan oleh dua perusahaan farmasi, NeuroRx yang merupakan hasil kerja sama AS dan Israel serta Relief Therapeutic dari Swiss.
ADVERTISEMENT
“Jika hasil awal uji coba ini dapat direplikasi ke pada pasien dengan permasalahan penapasan akut karena COVID-19, perawatan ini akan memiliki dampak besar pada kelangsungan hidup pasien COVID-19 dan pada ketersediaan ventilator untuk pasien yang sangat membutuhkan,” kata CEO NeuroRx, Prof. Jonathan Javitt, dilansir BGR.
Menurut Javitt, berdasarkan hasil uji coba obat tersebut, tujuh dari delapan pasien yang membutuhkan bantuan ventilator untuk bertahan hidup dari COVID-19 kini dalam keadaan yang semakin baik. Sementara enam di antaranya diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Ia mengatakan kemungkinan bertahan hidup pasien COVID-19 yang memakai ventilator hanya 50 persen.
Polemik obat corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Obat ini telah digunakan selama 20 tahun dalam uji coba untuk sarkoidosis, fibrosis paru, dan hipertensi paru. Obat ini memang sudah disetujui untuk pengobatan penyakit paru-paru akut, dan digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi di Eropa.
ADVERTISEMENT
Javitt menambahkan apabila uji coba menunjukkan kemanjuran pada pasien COVID-19, Relief Therapeutic memiliki cukup persediaan untuk merawat 100.000 pasien COVIID-19 yang kritis.
Namun, hingga saat ini, obat Aviptadil ini belum mendapatkan persetujuan dari Food and Drugs Administration (FDA) untuk dipakai mengobati pasien COVID-19 secara luas. FDA sejauh ini baru setuju untuk memberikan izin kepada kedua perusahaan agar melanjutkan studi dan uji coba di tahap kedua untuk penggunaan Aviptadil pada pasien COVID-19.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!