Orang yang Kurang Tidur Bisa Tularkan Rasa Kesepian

17 Agustus 2018 18:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Insomnia (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Insomnia (Foto: Thinkstock )
ADVERTISEMENT
Kurang tidur bisa memberikan dampak negatif pada kesehatan fisik maupun mental seseorang. Dilansir Gizmodo, sebelumnya telah diketahui bahwa kualitas tidur yang buruk memiliki hubungan dengan pengalaman negatif seperti rasa cemas, depresi, dan juga kesepian. Dilaporkan juga ada banyak riset yang menduga adanya hubungan antara rasa kesepian dengan kebiasaan tidur seseorang.
ADVERTISEMENT
Sekarang, menurut hasil riset terbaru yang dikerjakan oleh University of California, kurang tidur juga dapat membuat seseorang merasa terasing dan menyebarkan rasa kesepian kepada orang lain.
Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications ini, para peneliti mempelajari apakah kurang tidur bisa menyebabkan rasa kesepian. Untuk itu para peneliti melakukan dua sesi eksperimen berbeda.
Untuk kepentingan eksperimen, peneliti merekrut 18 orang mahasiswa yang sehat dan tidak memiliki masalah tidur. Pada eksperimen sesi pertama, para peneliti hanya meminta para peserta untuk tidur di laboratorium. Aktivitas tidur para peserta ini kemudian dipantau dan lalu mereka diminta untuk pulang ke rumahnya masing-masing dan tidur seperti biasa.
Adapun pada eksperimen sesi kedua, para peserta diminta untuk begadang di laboratorium.
ADVERTISEMENT
Pada akhir dari setiap sesi, para peserta diminta untuk mengisi survei atas kondisi mood dan tingkat kecemasan diri mereka sendiri. Para peserta juga diminta melakukan dua tugas untuk menilai tingkat interaksi sosial yang mereka sukai.
Pada tugas pertama, para peserta eksperimen dan peneliti berdiri berhadapan dengan jarak sekitar satu meter. Kemudian peneliti berjalan ke arah peserta sampai ke jarak yang sangat dekat dan membuat peserta sampai merasa tidak nyaman.
com-Kurang Tidur (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Kurang Tidur (Foto: Thinkstock)
Kemudian skenario tugas tersebut dibalik, yakni para peserta diminta berjalan ke arah peneliti. Dijelaskan bahwa dua skenario tersebut diulang dengan peneliti yang memiliki gender berbeda.
Pada tugas kedua, hal yang serupa juga dilakukan, tapi kali ini eksperimen dilakukan secara virtual. Setelah itu, para peserta diwawancara mengenai berbagai peristiwa terbaru saat ini selama kurang lebih 20 menit.
ADVERTISEMENT
Dari eksperimen tersebut para peneliti menemukan bahwa keinginan seseorang untuk menyendiri meningkat ketika mereka belum tidur pada malam sebelumnya. Selain itu, dilaporkan juga para peserta merasa lebih kesepian dibanding setelah mereka mendapat tidur cukup.
Kemudian para peneliti meminta orang-orang di internet untuk melakukan penilaian terhadap para peserta eksperimen dengan cara menonton video mengenai eksperimen tersebut. Menurut orang-orang di internet, peserta yang kurang tidur terlihat sebagai orang yang anti sosial.
Ilustrasi anti sosial (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anti sosial (Foto: Unsplash)
Uniknya, saat ditanya mengenai keadaan mood mereka saat menonton video orang yang merasa kesepian, mereka menjawab bahwa mood mereka menjadi lebih buruk saat menonton video tersebut.
"Pertama-tama, kami menemukan bahwa individu lain kurang tertarik untuk berinteraksi secara sosial dengan peserta yang mengalami kurang tidur. Dari situ bisa diduga bahwa kualitas tidur yang buruk bisa menyebabkan terjadinya pengucilan sosial pada seseorang," ujar Eti Ben Simon, salah satu anggota riset.
ADVERTISEMENT
"Lalu, efek menular rasa kesepian dapat menyebar dari individu yang mengalami kekurangan tidur ke anggota masyarakat yang melakukan kontak dengan mereka. Hal ini membuat rasa kesepian dan isolasi sosial menyebar," tambahnya lagi.
Dalam riset juga ditemukan adanya aktivitas yang lebih tinggi di daerah-daerah otak yang bertanggung jawab mengevaluasi ancaman dari luar. Selain itu, otak juga menunjukkan aktivitas yang lebih rendah di daerah otak yang membantu kita untuk memahami keinginan orang lain.
Ilustrasi otak manusia. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi otak manusia. (Foto: Shutterstock)
Namun demikian riset ini memiliki batasan, yaitu jumlah peserta eksperimen dalam riset yang sangat kecil. Para peneliti juga berpendapat diperlukan riset lain untuk mengonfirmasi temuan mereka.
"Ironisnya, tidur sering kali dilihat sebagai sesuatu yang menjauhkan kita dari aktivitas sosial, karena kita terkadang terpaksa menolak berkumpul dengan orang demi mendapat tidur yang cukup. Sekarang hal sebaliknya justru terjadi," kata Simon.
ADVERTISEMENT
"Tidur ternyata membuat kita menjadi lebih dekat dengan lingkungan sosial, dengan teman, kolega, rekan kerja dan bahkan orang asing. Kami berharap temuan ini bisa mendorong orang untuk menghindari media sosial sebelum tidur demi kualitas tidur yang baik," imbuh dia.