Pandemi, Momen Tepat untuk Ajarkan Anak Pentingnya Cuci Tangan

31 Desember 2020 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS). Foto: Shutterstock
Menjaga kebersihan diri sejatinya harus diajarkan sejak dini, salah satu caranya adalah dengan cuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. Sebab tangan dapat menjadi jalan tersebarnya virus dan kuman ke seluruh tubuh.
Bagi orang dewasa, kebiasaan mencuci tangan memang terbilang sederhana dan mudah dilakukan. Namun lain halnya dengan anak-anak yang masih memiliki rasa penasaran tinggi dengan hal-hal baru di sekitarnya. Aktivitas anak di rumah yang terbilang padat juga meningkatkan risiko ia menyentuh banyak barang yang tidak terjamin kebersihannya.
Mengajarkan si kecil cuci tangan bisa menjadi salah satu cara melindungi anak dari penyakit. Apalagi di tengah kondisi pandemi yang kini masih harus kita lalui, kebiasaan cuci tangan bisa jadi salah satu langkah untuk menyelamatkan jiwa dari serangan virus corona.
Anak-anak termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi terpapar COVID-19. Bahkan dari data Kementerian Kesehatan pada Agustus 2020 lalu, angka kasus positif anak usia 0-17 tahun di Indonesia mencapai 7,6 persen. Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang proporsi negara Asia seperti di China (2,6 persen), serta Australia (4,59 persen) dan Amerika (4,1 persen).
Oleh sebab itu, guna meminimalisir penyebaran virus, badan dan organisasi kesehatan hingga pemerintahan berkali-kali menggaungkan pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS).
Dilansir laman edukasi Harvard, sebuah jurnal yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information (NCBI) tahun 2016, menyebutkan bahwa mencuci tangan dapat memangkas risiko terkena infeksi pernafasan sebesar 16 persen. Bahkan penelitian lain yang dimuat Global Handwashing menyebutkan praktik cuci tangan pakai sabun bisa mencegah kontaminasi COVID-19 hingga 36 persen.
Sayangnya, survei yang dilakukan Save the Children pada tahun 2020 membuktikan kebiasaan cuci tangan di Indonesia masih terbilang rendah. Melalui survei yang dilakukan secara online dan wawancara mendalam ini, ternyata hanya sekitar 26 persen dari total responden yang mencuci tangan lebih dari sembilan kali sehari. Padahal frekuensi tersebut adalah yang paling ideal untuk melindungi diri dari serangan virus.
Dalam survei yang sama, 79 persen orang yang langsung mencuci tangan setelah bepergian. Dan hanya 45 persen responden yang mencuci tangan sebelum memberi makan kepada anak.
Informasi yang simpang siur ditambah pengetahuan yang rendah terhadap pandemi menjadi beberapa faktor yang membuat kondisi tersebut terjadi. Dari total 11.989 responden, setengahnya masih memiliki persepsi yang kurang tepat terkait COVID-19, serta mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan saat punya risiko tinggi terhadap virus corona.

Cuci tangan untuk melindungi kesehatan anak

Cuci tangan pakai sabun mencegah anak terserang penyakit pernafasan. Foto: Shutterstock.
Tidak hanya melindungi tubuh dari serangan virus COVID-19, rutin mencuci tangan juga berfungsi memutus kontaminasi virus maupun bakteri ke tubuh yang menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti diare, penyakit yang disebabkan patogen seperti Kolera, Ebola, SARS dan Hepatitis E, serta Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Diare menjadi penyakit yang menyebabkan kematian anak berusia di bawah 5 tahun nomor empat paling banyak di dunia, mengalahkan malaria, meningitis, dan AIDS. Dari laporan Centers for Disease Control and Prevention tahun 2015, setiap harinya lebih dari 2.000 anak-anak meninggal dunia akibat diare. Artinya, 1 dari 9 anak di dunia menderita diare.
Di Indonesia sendiri, Kemenkes melalui Riskesdas 2018 melaporkan bahwa prevalensi diare pada balita masih berada di persentase 12,3 persen. Dengan mencuci tangan secara tepat, kita dapat mencegah setidaknya 1 dari 3 anak-anak terkena diare.
Selain itu, laman STOP Pneumonia mendapati fakta bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu dengan kasus mencapai 1 juta tiap tahunnya. Artinya, dalam sehari dua balita meninggal dunia akibat menderita pneumonia. Dikhawatirkan, bila tidak segera dicegah, gangguan kesehatan yang menyerang sistem pernafasan ini dikhawatirkan akan merenggut nyawa 11 juta anak di dunia.
Melatih CTPS sejak dini bisa menjadi salah satu cara pencegahan sekaligus melindungi anak dari risiko berbagai penyakit seperti diare dan pneumonia. Nah, berangkat dari kondisi ini, Save the Children Indonesia semakin mengukuhkan komitmen untuk mempromosikan pentingnya CTPS untuk seluruh keluarga Indonesia.
Salah satunya melalui program Training for Trainer (ToT) online selama 9 jam (3 hari) yang melibatkan guru sekolah dan madrasah serta nakes Puskesmas di Jakarta Utara, DKI Jakarta dan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Training for Trainer (ToT) online untuk guru sekolah dan madrasah serta nakes Puskesmas di Jakarta Utara, DKI Jakarta dan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat merupakan wilayah di Indonesia yang masih menjadi zona merah dengan angka positif tertinggi COVID-19 di Indonesia. Menjelang akhir Desember 2020 saja di Provinsi Jawa Barat angka positif per 17 Desember 2020 sudah mencapai lebih dari 4.800 jiwa. Sedangkan di Jakarta mencapai 158 ribu jiwa.
Menanamkan kebiasaan CTPS kepada anak di masa pandemi ini tidak cukup menjadi tanggung jawab orang tua, tapi juga memerlukan dukungan dari pihak-pihak sekitar termasuk guru dan nakes. Ini jugalah yang menjadi tujuan diadakannya Training for Trainer.
Diselenggarakan secara virtual, kegiatan program ini telah diikuti oleh 204 Guru dan staf Puskesmas dari 40 sekolah dan 25 puskesmas dampingan Save the Children di Jakarta Utara dan Bandung Barat. Tidak berhenti di sini, Save the Children juga akan melakukan pelatihan berjenjang yang diharapkan dapat menjangkau 1200 orang tua, 200 kader Posyandu dan 400 siswa.
Salah satu materi yang diajarkan adalah 6 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun di 7 Waktu Penting. Adapun 7 Waktu Penting yang dimaksud adalah sebelum memegang dan menyajikan makanan, setelah pergi ke toilet, setelah bermain, setelah memegang benda-benda atau hewan peliharaan, setelah beraktivitas dari luar rumah, setelah bersin/batuk, serta sebelum dan setelah memegang masker.
Melalui pendekatan emosi dan demonstrasi, pelatihan tersebut dirancang agar setiap tahapan cuci tangan yang tepat dapat diterapkan, karena sangat penting menyadari bahwa tangan yang terlihat bersih belum tentu bebas kuman. Pelatihan ini juga bertujuan bahwa cuci tangan tidak hanya harus diterapkan untuk membunuh virus corona, namun juga di kehidupan sehari-hari selanjutnya meski pandemi COVID-19 sudah berakhir.
“Cuci tangan pakai sabun ini bukan hanya tanggung jawab individu. Semua pihak mengambil peran. Pemerintah terlibat dalam komitmen menguatkan budaya cuci tangan. Sektor swasta mempromosikan cuci tangan melalui kemitraan, lembaga donor meragamkan kontribusi yang meliputi infrastruktur cuci tangan dan perubahan perilaku. Lembaga-lembaga tersebut didorong untuk terus berkomitmen memastikan adanya fasilitas cuci tangan di lingkungannya. Perilaku ini juga didukung oleh para periset untuk mengidentifikasi praktik baik cuci tangan di berbagai latar belakang serta pembentukan kebiasaan cuci tangan berdasarkan bukti (evidence),” ungkap Manager Program Hygiene Behaviour Change Coalition Save the Children, Agnes Widyastuti.
Program ToT merupakan bagian dari rangkaian program Hygiene Behavior Change Coalition dari Save the Children Indonesia yang juga berkoalisi dengan delapan negara lainnya untuk mempromosikan pentingnya cuci tangan pakai sabun di tengah pandemi. Selain itu, Save the Children melaksanakan proyek BISA (Better Investment for Stunting Alleviation) yang dimulai sejak Juli 2018 lalu, pendampingan kader Puskesmas NTT, serta distribusi paket kesehatan dan edukasi terkait protokol COVID-19.
Program Hygiene Behavior Change Coalition ini juga melakukan kegiatan sosialisasi dan kampanye cuci tangan pakai sabun seperti yang dilakukan pada Hari Cuci Tangan Sedunia tanggal 15 Oktober 2020, distribusi paket kebersihan baik untuk individu, keluarga dan sekolah, serta pelatihan kepada orang tua dan murid.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Save the Children