Pascaerupsi, Gunung Tangkuban Parahu Masih Ditutup untuk Umum

30 Juli 2019 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lansekap Kawah Ratu pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu, di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
zoom-in-whitePerbesar
Lansekap Kawah Ratu pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu, di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu masih ditutup untuk umum setelah gunung tersebut mengalami erupsi freatik pada Jumat (26/7) pekan lalu. Penutupan dilakukan mengingat pentingnya keselamatan pengunjung dan pedagang yang beraktivitas di kawasan wisata tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam siaran pers yang kumparan terima dari Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, Selasa (30/7), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah menyatakan akan memastikan terlebih dahulu rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelum membuka kembali Gunung Tangkuban Parahu.
“Bagaimana yang terbaik untuk semua orang, kita tunggu dari pemerintah dan yang pertama adalah keselamatan manusia,” ujar Ridwan Kamil, kemarin (29/7). Selain itu, dia menyatakan pihaknya juga akan mengevaluasi terkait dengan jalur evakuasi dan sistem standard operating procedure (SOP) untuk mengantisipasi ancaman bahaya erupsi.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) mengunjungi Gunung Tangkuban Parahu dan melihat aktivitas Kawah Ratu, Gunung Tangkuban Parahu. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Menurut Agus Wibowo, dari kemarin (29/7) hingga pagi ini (30/7) visual gunung api terlihat jelas. “Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kondisi tersebut, PVMBG merekomendasikan beberapa poin sebagai berikut: Pertama, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, dan pendaki tidak diperbolehkan mendekati Kawah Ratu dan Kawah Upas dengan radius 500 meter, serta tidak diperbolehkan menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkuban Parahu.
Kedua, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu diminta untuk mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas gas vulkanik dan diimbau tidak berlama-lama berada di bibir kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.
Pedagang membersihkan atap kiosnya dari debu vulkanik pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Ketiga, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu diminta mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas.
ADVERTISEMENT
Pada 26 Juli lalu, Gunung Tangkuban Parahu mengalami erupsi pada pukul 15.48 WIB selama sekitar 5 menit 30 detik. Dari erupsi tersebut, muncul kolom abu dengan tinggi sekitar 200 meter di puncak Gunung Tangkuban Parahu.
Sebelum 26 Juli 2019, Gunung Tangkuban Parahu terakhir kali mengalami erupsi pada 11 Oktober 2013. Jenis erupsi keduanya sama, yakni erupsi freatik.