Pasien Covid Membeludak, Dokter Beri Kesaksian Ngerinya Suasana di Wisma Atlet

15 Juni 2021 14:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antrean pasien Corona di RSDC Wisma Atlet, Senin (14/6). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Antrean pasien Corona di RSDC Wisma Atlet, Senin (14/6). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kasus penularan virus corona penyebab penyakit COVID-19 di DKI Jakarta kembali melonjak. Beberapa rumah sakit termasuk Wisma Atlet dipenuhi oleh antrean pasien Covid yang akan menjalani isolasi.
ADVERTISEMENT
Hal ini terlihat dari sebuah video yang dibagikan oleh dokter sekaligus musisi, Tompi, di akun Twitter miliknya. Dalam video tersebut tampak kerumunan orang mengantre di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran untuk mendapatkan layanan kamar. Ada yang duduk di kursi, dan mayoritas berada di lantai.
"Mendapat sebaran video IGD Wisma Atlet semalam, sangat mengkhawatirkan. Stay safe semua. PROKES PERKETAT! Video ini saya enggak tahu siapa yang rekam, tapi semoga bisa menjadi pengingat kita semua ya. Bukan untuk menakut-nakuti tapi TOLONG PAKE MASKER karena kalau sampai sakit, dapat ruangannya susah," tulis dr Tompi.
Unggahan tersebut dikonfirmasi oleh dr Efri, dokter spesialis saluran pernapasan yang bertugas di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet. Tim kumparanSAINS meminta konfirmasi kepada dr Efri soal kondisi di Wisma Atlet, dan dia membenarkan video yang diunggah Tompi. Ia juga memberi izin kumparanSAINS untuk mengutip pernyataan yang diunggahnya di Twitter.
ADVERTISEMENT
Efri mengatakan kondisi IGD dan triase Wisma Atlet ramai dengan pasien Covid. Mereka berdatangan dari berbagai wilayah pada sore dan dini hari. Kondisi ini disebut Efri sempat membuat tim tenaga medis di Wisma Atlet kaget.
Sejak lonjakan kasus, IGD dan triase RSDCWA sudah seperti ‘pasar’ terutama sore (sampai dengan) dini hari yang datang bukan hanya silih berganti malah menumpuk,” tulis dr Efri dalam cuitannya, Selasa (15/6).
Pola seperti ini selalu terjadi pascalibur panjang, yang kali ini terkait dengan mudik Lebaran, di mana banyak orang melakukan perjalanan ke luar kota. Para epidemiolog mengingatkan bahwa kunci penting menekan wabah penyakit adalah dengan mengurangi mobilitas publik, yang diyakini akan berdampak pada menurunya penularan.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini membuat dokter dan tenaga medis di daerah perkotaan kewalahan dalam menangani pasien yang membeludak.
Salah satu pasien Covid di Wisma Atlet, Alif (bukan nama sebenarnya), mengabarkan kepada kumparanSAINS bahwa suasana di sana memang ramai. Ia harus antre berjam-jam untuk mendapatkan kamar isolasi pada Minggu (13/6) malam.
"Kemarin datang jam 8 malam, baru masuk (dapat kamar isolasi) jam 2 pagi," kata pria 28 tahun itu kepada kumparanSAINS.
Dalam setiap 10 menit, Alif bercerita pasti ada satu unit ambulans yang datang membawa pasien. Dia juga mendengar kabar ada ratusan calon pasien yang sedang mengantre pendaftaran saat ini untuk mendapatkan kamar isolasi.
"Antre banget, tiap 10 menit ada ambulans bawa pasien. Pas tanya-tanya di pendaftaran, ada ratusan ini. Antre!," tutupnya.
Ambulans bersiap memasuki Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (14/6/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, Ketua KPCPEN yang juga Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa pemerintah akan menambah ribuan tempat tidur untuk menekan persentase keterisian tempat tidur rumah sakit agar berada di angka 63,4 persen.
ADVERTISEMENT
Strategi PPKM Mikro juga diperpanjang hingga 28 Juni.
dr Efri mengatakan bahwa penanganan Covid adalah tanggung jawab bersama. Harus ada sinergi antara masyarakat dan pemerintah pusat. Tidak bisa hanya mengandalkan penambahan kapasitas tempat tidur di rumah sakit.
Bukan hanya dokter yang harus siap-siap, semua yang terlibat dalam penanggulangan Covid juga kudu ready. Yang terpenting bukan perbanyak isolasi saja, kebijakan di hulu bagaimana mencegah sebaran virus dan menghambat mobilisasi orang di samping 5M dan 3T. Kalau enggak, ya begini-begini terus,” papar dr Efri.