PBB Sebut 2020 Bisa Jadi Tahun Terpanas Kedua dalam Sejarah: Ini Bunuh Diri

6 Desember 2020 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekeringan. Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekeringan. Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
2020 akan menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas dalam catatan sejarah. Hal tersebut diungkap oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sekaligus memperingatkan bahwa dunia sedang berada di ambang bencana iklim.
ADVERTISEMENT
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) yang berada di bawah naungan PBB melaporkan dalam Status Iklim Global 2020 sementara, enam tahun terakhir (2015-2020) ditetapkan menjadi enam tahun terpanas sejak pencatatan modern dimulai. Catatan itu dimulai pada tahun 1850.
"Kebakaran dan banjir apokaliptik, topan dan badai semakin menjadi bagian dari new normal. Umat manusia sedang berperang melawan alam. Ini adalah bunuh diri,” kata Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, seperti dikutip ScienceAlert.
“Alam selalu menyerang balik dan hal itu sudah terjadi dengan kekuatan dan amarah alam yang terus meningkat," lanjutnya.
Perubahan iklim, pemanasan global. Foto: Pixabay
Dalam Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim, diserukan untuk membatasi pemanasan global di bawah dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri (1850-1900). Sementara itu, negara-negara akan mengupayakan upaya untuk membatasi kenaikan hingga 1,5 Celsius.
ADVERTISEMENT
"Sayangnya, 2020 merupakan tahun yang luar biasa bagi iklim kita. Suhu panas global rata-rata pada 2020 ditetapkan menjadi sekitar 1,2 derajat Celcius, di atas tingkat pra-industri. Setidaknya ada satu dari lima kemungkinan suhu global melebihi 1,5 derajat Celcius pada tahun 2024," ucap Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO.
Berdasarkan catatan WMO, 2020 tengah berada dalam jalur menuju tahun terpanas kedua sepanjang sejarah setelah 2016. Saat ini, 2019 masih menjadi tahun terpanas kedua dalam sejarah.
Pemanasan global. Foto: Pixabay
Profesor Neville Nicholls, ilmuwan dari Monash University yang mempelajari ilmu iklim dan dampaknya di Melbourne, Australia, mengatakan ini adalah bukti percepatan pemanasan global.
"Kita akan melihat kenaikan suhu sebesar 1 derajat Celcius hanya dalam waktu 30 tahun ke depan," kata Nicholls.
ADVERTISEMENT
Produksi minyak, gas, dan batu bara setidaknya harus turun 6 persen setahun untuk membatasi bencana pemanasan global. Gas rumah kaca di atmosfer telah mencapai rekor tertinggi tahun lalu dan terus meningkat pada 2020, meskipun ada pengurangan terkait pandemi COVID-19.
Dampak tahunan dari krisis virus corona diperkirakan menurunkan emisi karbon dioksida antara 4,2 dan 7,5 persen. Namun, karbon dioksida tetap berada di atmosfer selama berabad-abad sehingga dampak pandemi tidak terlalu berarti.
Taalas menambahkan, suhu ekstrem baru di darat, laut, dan terutama di Kutub Utara tercatat di tahun 2020. WMO melaporkan lebih dari 80 persen wilayah laut mengalami setidaknya satu gelombang panas laut sejauh ini pada 2020.
Laporan Keadaan Iklim Global sementara 2020 didasarkan pada data dari Januari hingga Oktober. WMO akan menerbitkan laporan akhir 2020 pada Maret 2021.
ADVERTISEMENT