Peneliti Indonesia di Inggris Kembangkan Vaksin Oral Corona, Masuk Uji Klinis

19 Juni 2020 16:10 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini para peneliti di seluruh dunia tengah berlomba mengembangkan vaksin COVID-19 untuk menyudahi pandemi virus corona. Tak terkecuali Dr. H. Satria Arief Prabowo, MD, Ph.D, yang tergabung dalam tim Research Fellow di London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), salah satu universitas terbaik di dunia untuk bidang Kedokteran Tropis.
ADVERTISEMENT
Satria mengatakan, ia bersama tim telah memulai pengembangan calon vaksin COVID-19 sejak awal 2020, ketika pandemi pertama kali menyebar. Calon vaksin corona yang dia kembangkan berbasis oral yang diberi nama V-SARS-COVID-19.
“Vaksin yang kami buat mengandung komponen virus yang sudah terinaktivasi, sehingga aman diberikan baik kepada orang sehat untuk mencegah penyakit (preventif) maupun kepada orang sakit untuk mempercepat dan meningkatkan kesembuhan (vaksinasi terapeutik),” ujar Satria saat dihubungi kumparan, Jumat (19/6).
Dalam pengembangan calon vaksin ini, Satria berkedudukan sebagai Consultant di Immunitor Inc. yang merupakan lembaga pengembangan vaksin non-profit di Eropa. Timnya juga bekerja sama dengan Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.
Dr. H. Satria Arief Prabowo, MD, Ph.D. Foto: dok istimewa
Calon vaksin oral COVID-19 adalah vaksin yang dibuat dalam bentuk tablet dan dapat diminum layaknya meminum obat biasa. Satria mengklaim, vaksin oral berbentuk tablet lebih efisien dan dapat diberikan kepada banyak orang dalam waktu yang lebih singkat ketimbang vaksin injeksi atau suntik.
ADVERTISEMENT
Secara teori, vaksinasi oral juga dapat digunakan sebagai terapi. Hal ini sudah dibuktikan untuk penyakit Tuberkulosis, yang mana sudah menjalani uji klinis fase 3 atau tahap akhir, kata Satria. Untuk calon vaksin oral COVID-19, saat ini masih harus menunggu hasil dari uji klinis yang sedang berjalan terlebih dahulu.
“Vaksin oral ini bertujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia (imunitas) dalam melawan virus. Sedikit berbeda dengan obat yang menarget virusnya secara langsung,” ujarnya.
Menurut Satria, prototipe dari vaksin oral sudah siap dan sedang dilakukan uji klinis di beberapa negara. Ia juga mengaku telah bekerja sama dengan konsorsium mancanegara yang sekarang tengah dan akan menjalani uji klinis di Kanada, Rusia, Ukraina, China, Inggris, dan Mongolia.
Ilustrasi Imunisasi / Vaksin Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra
“Negara-negara ini merupakan mitra dari Immunitor Inc. Untuk uji klinis, karena sedang berjalan, hasilnya belum dapat kami publikasikan dikarenakan analisis data sedang dalam proses,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Satria bersama tim menargetkan pada pertengahan tahun 2020, calon vaksin oral COVID-19 sudah bisa diberikan untuk uji coba kepada tenaga medis yang berisiko tinggi terpapar COVID-19. Vaksin oral virus corona juga rencananya akan diberikan kepada pasien corona dalam kondisi kritis.
Sedangkan penggunaan vaksin secara luas ditargetkan rampung pada akhir tahun 2020, dengan tujuan mencegah terjadinya gelombang kedua virus corona yang dikhawatirkan bisa berdampak lebih parah.
Soal apakah vaksin ini akan dibawa ke Indonesia atau tidak, Satria menyebut bahwa saat ini proses pengembangan calon vaksin bersama ITD Unair sedang dalam tahap Ethical Clearance. Uji klinis akan dapat dilakukan di Indonesia, terutama di Surabaya, Jawa Timur, jika Ethical Clearance selesai dilakukan. Sementara uji klinis di negara lain saat ini sedang masuk dalam tahap persiapan (recruitment/screening partisipan studi).
ADVERTISEMENT
Selain mengembangkan vaksin oral COVID-19, Satria mengaku tengah mengerjakan riset vaksin untuk Tuberkulosis (TB) yang merupakan kerja sama antara LSHTM dan Archivel Farma. Vaksin TB ini juga sedang dicoba untuk COVID-19 kendati uji coba masih sangat terbatas, hanya dilakukan di Eropa.
Baru-baru ini, Satria dipercaya menjadi tim penyusun guideline atau pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) untuk penanganan Tuberkulosis resisten-obat (MDR-TB) pada anak-anak dan remaja di wilayah Eropa.
Buku guideline ini juga telah dipublikasikan pada tahun 2019 dan dapat diakses di website WHO. Selain itu, ia juga baru saja menerima penghargaan dari MURI sebagai Doktor Termuda Indonesia di bidang Ilmu Kedokteran.