Peneliti ITB Prediksi Puncak dan Akhir Pandemi Virus Corona di Indonesia

18 Maret 2020 7:03 WIB
comment
31
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Ambulans RSUD Kota Depok berdiri di depan ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Ambulans RSUD Kota Depok berdiri di depan ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Virus corona telah menjadi pandemi. Artinya, penyebaran penyakit ini telah merebak ke hampir seluruh dunia. Indonesia menjadi salah satu yang terdampak. Setidaknya sudah ada 172 orang dinyatakan positif COVID-19 pada Selasa (17/3), penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah terjadinya penularan semakin masif, beberapa pejabat daerah mengimbau agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan, salah satunya dengan meliburkan sekolah dan memberlakukan kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) bagi beberapa instansi pemerintahan.
Yang jadi pertanyaan, kapan pandemi ini akan berakhir? Untuk menjawab hal itu, para peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mencoba menjawab kemungkinan yang terjadi dari peristiwa bencana wabah SARS-CoV-2.
Dr. Nuning Nuraini, Lektor Kepala di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, bersama rekannya melakukan serangkaian penelitian dengan menggunakan metode matematika. Model yang digunakan adalah pengembangan dari model logistik Richard’s Curve yang diperkenalkan oleh F.J.Richards.
Mereka menghitung parameter kasus COVID-19 di lima negara yang paling parah mengalami pandemi, yakni China, Italia, Iran, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Untuk menghitung parameter tersebut, peneliti menghitung laju awal pertumbuhan, asumsi batas atas penderita atau dikenal sebagai carrying capacity, dan efek asimtotik. Parameter yang dibutuhkan diestimasi dengan Least Square Method sehingga menghasilkan kurva yang merepresentasikan dinamika penderita.
ADVERTISEMENT
Secara umum, Richard’s Curve dan Least Square Method memberikan model yang cukup merepresentasikan dinamika penderita COVID-19 pada setiap negara yang ditinjau. Sebagai contoh, jumlah penderita di China relatif tidak bertambah pada angka sekitar 80.000 penderita. Hal tersebut juga bisa dilihat dari jumlah kasus baru yang telah mengalami penurunan signifikan sejak 5 Februari 2020.
Perilaku serupa juga terjadi di Korea Selatan dan Iran. Hal tersebut ditunjukkan dari jumlah kasus baru yang telah mengalami penurunan yang signifikan. Di sisi lain, jumlah kasus baru masih terus bertambah hingga 13 Maret 2020 di Italia dan Amerika Serikat. Hal itu berdampak pada skala global yang juga menunjukkan peningkatan jumlah kasus baru hingga tanggal 13 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Setelah dibangun model untuk 5 negara, parameter yang diperoleh digunakan untuk mensimulasi ekspektasi jumlah kasus COVID-19 di Indonesia melalui pendekatan Kurva Richard. Mereka mengambil model di Korea Selatan untuk melakukan proyeksi kasus di Indonesia. Ini tak lain karena tren kasus di Korea Selatan relatif sama dengan yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan data yang digunakan, Indonesia mulai menyatakan kasus awal COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah penderita sebanyak 2 orang. Jumlah ini tidak bertambah hingga 7 Maret 2020. Sehingga, dilakukan simulasi dengan nilai awal 2 orang penderita dan waktu awal simulasi pada 7 Maret 2020.
Dari hasil simulasi, peneliti melakukan perhitungan kasar dan sederhana proyeksi kasus di Indonesia dengan menggunakan parameter tersebut. Hasilnya, kasus COVID-19 di Indonesia diprediksi akan memuncak pada akhir Maret 2020, di mana pandemi diperkirakan berakhir di pertengahan April 2020, dengan jumlah maksimum kurang dari 8.000 kasus. Sedangkan kasus baru harian terbesar diperkirakan mencapai 600 kasus.
Simulasi penanganan pasien virus corona di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. pada Jumat (06/3). Foto: Dok. Pemkab Bojonegoro
Meski begitu, peneliti mengatakan bahwa penelitian ini masih bersifat sederhana dan butuh penelitian lebih lanjut. “Kami tidak tahu jumlah kasus yang sebenarnya, tetapi yang jelas kasus yang terjadi jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan,” tulis peneliti dalam sebuah makalah penelitian berjudul “Data dan Simulasi COVID-19 Dipandang dari Pendekatan Model Matematika”.
ADVERTISEMENT
Menurut peneliti, ada satu cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan kasus di Indonesia, yakni dengan menerapkan jaga jarak sosial atau social distancing.
Social distancing ini dapat diartikan dengan menahan diri memasuki kerumunan dan membatasi keinginan untuk keluar rumah tanpa keperluan yang penting. Publik juga bisa beralih melakukan pekerjaan hingga belajar secara online, serta membatalkan atau menunda rekreasi dan kegiatan lain yang bersifat massal.

Puncak Pandemi Virus Corona Bisa Mundur dari Prediksi Awal

Nuning menegaskan bahwa data yang ada saat ini masih bersifat dinamis, sehingga proyeksi hasil penelitiannya bisa saja bergeser.
“Pergeseran waktu puncak dan proyeksi akumulasi data juga bisa berubah,” ujar dia saat dihubungi kumparanSAINS, Minggu (22/3). Maksud Nuning di sini, pandemi yang semula diprediksi akan mencapai titik puncak pada akhir Maret, bukanlah hasil final.
ADVERTISEMENT
Sebab secara matematika, estimasi tersebut masih bisa berubah sehingga waktu puncak pandemi bisa mundur atau bergeser. Hal ini karena pendekatan model matematika yang digunakan peneliti, imbuh Nuning, memproyeksikan secara kasar puncak dan akumulasi kasus COVID-19.
Ketika ditanya soal kemungkinan puncak pandemi yang bergeser ke April hingga Mei, Nuning menekankan bahwa proyeksi kasar tersebut pun masih sangat mungkin berubah. Berubah di sini diartikan menjadi lebih lama, dengan mempertimbangkan data update yang mereka gunakan ketika jumlah kasus positif corona di Indonesia masih menyentuh angka 369 orang per Jumat (20/3).
“Untuk data update sampai 369, (akan bergeser) lebih lama. (Namun) kita semua berharap bisa lebih cepat,” paparnya.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT